“Saya tidak tahu.”
Durna, Damar, maupun Regan sempat saling pandang ketika mendengar jawaban Ardan. Pasalnya, pria berkulit agak tan ini merupakan orang yang posisinya paling dekat dengan lokasi kejadian.
Kok bisa tidak tahu?
Mengerti ekspresi keheranan mereka, Ardan pun melanjutkan, “Oh! Tadi saya memang kelempar sampai di posisi sini, tapi setelah itu saya langsung alih posisi ke sebelah sono, noh.”
Ketiganya mengikuti arah tunjuk Ardan, tepatnya mengarah ke bagian timur.
“Saya ke sana karena sempat nemu ada beberapa goblin di sana. Jadi, langsung saya lawan,” jelas Ardan. “Kebetulan banget, pas udah beres lawan goblin, tiba-tiba terjadilah ledakan yang dahsyat tadi. Karena penasaran, saya samperin ‘lah. Eh.... Taunya lokasinya udah rata begini.”
“Jadi, kau juga tidak tahu apa yang terjadi di sini?” tanya Regan menyelidik.
Ardan cuma menjawab dengan menaikkan kedua bahu sesaat.
“Kyaaak!”
Teriakan perawan metal Damar keluar saat baru menyadari celana bagian paha dalam Ardan sobek. Ketiga pria itu juga sempat kaget mendengar jeritan Damar yang lucu begitu.
“Apalah si culun ini teriak-teriak, macam monyet kejepit pintu aja,” sewot Regan pada Damar.
Durna yang merupakan komandan pengawas kelompok mereka sempat terkekeh sejenak, “....Duh, enggak nyangka aku kalau laki teriaknya kayak banci kena razia Satpol PP.”
“Noh! Kagak malu kau diledek Bapak Kolonel ini?” sewot Regan lagi.
Damar pun menepuk bahu Regan, “Pa’an, sih? Aku kaget sama celananya Ardan. Kok bisa sobek ampe pinggir sel*ngkangan gitu?” Lalu Damar bertanya pada Ardan. “Celana kau kenapa, Dan? Goblin birahi sama kau?”
Ardan masang muka masam. Aslinya, celana Ardan bisa sobek gini gara-gara pahanya hampir kena tebas monster misterius tadi. Tapi tak mungkin Ardan berkata jujur soal itu.
“Mana ada goblin birahi sama sesama jantan? Celanaku gini karena hampir kena tebas pedang goblin. Untung bijiku terselamatkan.”
“Kenapa enggak sekalian aja biji kau kena tebas?” ledek Damar.
“Dasar ketiak biawak! Bukannya prihatin ama temen, malah dikatain yang enggak-enggak,” omel Ardan pada Damar, “Kalau bijiku ketebas, terus diganti ama apa?”
“Biji ketumbar, lah.”
“Hm. Kuketekin juga ceker seblak ini.”
Karena gemas, Ardan beneran mengapit kepala Damar di ketiaknya, membuat si korban mengaduh minta lepas. Durna yang melihatnya sempat dibuat ngakak dengan kelakuan kedua murid random-nya ini, sedangkan Regan malah merasa malu sendiri punya teman macam mereka.
“Ish! Kalian ini, apa kagak malu di depan Komandan?” omel Regan.
Menyadari hal itu, Ardan langsung menjauh dari Damar, sedangkan Damar berusaha menghirup sebanyak-banyaknya oksigen karena sesak dijepit ketiak Ardan.
Ardan bercicit, “Abisnya, si culun ini ngeselin....”
Setelah dirasa nafasnya sudah teratur, Damar kembali meledek, “Uek! Ketekmu bau nafas biawak, Dan. Baru balik dari habitatmu?”
Ardan jadi kesal kembali. “Kau kira aku binatang, hah?!” Ia menunjuk ke Damar. “Awas aja nanti, kau. Enggak bakal aku coblangin kau sama Nadia.”
Mendengar nama gebetan tercinta diucap, Damar langsung bersikap baik pada Ardan sambil menggoyang-goyangkan lengan berotot Ardan.
Kalau bukan Ardan yang bantu dia buat pedekate dengan sang gebetan, siapa lagi yang bisa?
“I-iya maaf, Dan.... Bercanda tadi. Tetep bantuin aku dekat sama Nadia, ya? Abangnya serem, soalnya.”
Ardan menepis tangan Damar. “Berjuang sendiri, nape? Kau ‘kan laki! Nadia enggak suka lho sama cowok yang menye-menye.”
“Ish, Ardan...!”
“Udah, dah.” Durna menengahi. “Tidak ada yang peduli dengan perdebatan kalian walau kelihatannya lucu juga melihat kalian berseteru. Tapi saat ini, kita penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya di sini.”
Mereka berempat mengedarkan pandangan ke sekitar, melihat bekas ruang bawah tanah yang sudah rata dengan tanah.
Ardan sendiri baru menyadari jika tabung besar beserta dua generatornya sudah lenyap karena bagian-bagian metalnya sempat dibuat senjata oleh kekuatan Ardan. Hal itu semakin memudahkan Ardan untuk berbohong walau sebenarnya kejadian seperti ini patut dilaporkan pada sang guru.
“Kelihatannya, lokasi ini bekas ruang bawah tanah, Komandan,” tebak Regan saat memperhatikan keadaan sekitar. “Bisa dilihat dari sisa-sisa runtuhan ini. Terdapat dinding-dinding metal yang sudah retak dan mengelupas. Sayangnya, barang-barang yang ada di sini semuanya sudah hancur.”
Damar juga berjalan menghampiri flek hitam bekas makhluk misterius yang diserang Ardan tadi. “Di sini ada flek hitam besar, seperti habis terbakar.”
Durna mulai berpikir, “Sepertinya, ada sesuatu yang meledak dan efek ledakannya sangatlah besar sampai memporak-porandakan tempat ini. Bahkan ledakannya sampai tembus ke langit.”
Lalu Durna mendongak ke atas, melihat posisi lubang awan yang perlahan mulai tertutup ditiup angin.
“Sayang sekali, aku kecolongan. Tadi tidak sempat menerbangkan drone pengawas kemari. Jadi tidak tahu apa yang terjadi,” ucap Durna menyayangkan.
“Sungguh, ledakan tadi persis seperti meriam plasma.” Damar juga ikut mendongak ke atas. “Tapi kelihatannya, daya serangnya jauh lebih nyeremin. Bisa bikin hancur satu kota itu.”
Ardan meringis mendengarnya. Kekuatan asli Ardan yang seperti itu sungguh dapat membawa petaka kalau makin sulit dikendalikan. Ardan masih tetap harus menyembunyikan kekuatan asli itu, seperti janjinya pada sang ayah di masa lalu.
“Kira-kira itu bom atau semacam senjata pemusnah yang sudah lama terkubur di sini, tapi baru aktif gara-gara kerusuhan para goblin ini?” tanya Regan.
Durna pun meraih ponselnya dari saku mantel. “Hanya ada satu cara tuk memastikan.”
Sang kolonel segera menjauh dari murid-muridnya demi menghubungi seseorang. Ardan yakin, yang dihubungi merupakan tim penyelidik khusus dari pihak akademi. Hal seperti ini memang cukup serius untuk segera diselidiki.
Ardan cuma berharap, semoga saja kejadian aslinya tidak terungkap dulu.
Setelah beberapa menit menelepon, Durna kembali menghampiri ketiga Taruna itu.
“Kita tunggu tim penyidik dari akademi ke sini, lalu beri keterangan yang kalian tahu. Setelah itu, kita balik ke kantor administrasi buat ngurus hasil remedial kalian,” jelas Durna.
Ketiganya segera mengangguk mengerti.
Ardan pun menghela nafas setelah itu. Dia cukup lelah dengan kegiatan remedial dan juga pertarungan menghadapi makhluk misterius tadi.
Mata peraknya sempat menatap lurus ke arah flek bekas posisi sang monster berada. Dilihat dari hasil serangan senjata-senjata buatan kekuatan Ardan sendiri, tidak heran jika sang ayah menginginkan ia untuk menyembunyikan Kekuatan Kebangkitan-nya yang asli.
...~*~*~*~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Miss Troublemaker
Kalau bisa, pecahin aja sekalian
2023-03-05
0