MUA Husband

MUA Husband

Bab 1

"Mommy! Harus berapa kali Zoe bilang, kalau Zoe tidak mau menikah dengan ba*nci itu?!" Nada suara Zoe sudah meninggi, karena mommy-nya, Rania, terus-terusan saja memaksa dirinya untuk menikah dengan seorang pria yang sudah dianggap sebagai pria jadi-jadian oleh gadis cantik tersebut.

Ya, Aarav atau yang lebih dikenal sebagai Manny berprofesi sebagai seorang MUA. Setiap kali tampil di televisi atau pun pada foto-foto unggahannya di sosial media, wajah pria tersebut tidak pernah lepas dari riasan. Zoe bahkan tidak tahu seperti apa penampakan wajah calon suami pilihan daddy-nya jika tidak mengenakan riasan.

"Zoe, Sayang, dengarkan apa kata Mommy, Nak. Menurut saja apa keinginan daddy mu. Daddy pasti akan sangat marah jika kamu terus-terusan menolak untuk menikah dengan Aarav. Asal kamu tahu Sayang, kamu itu berhutang nyawa pada uncle Raymond. Jika uncle Raymond tidak menolong kamu waktu itu, kamu pasti tidak akan mungkin bisa tumbuh menjadi besar seperti sekarang ini."

Wanita cantik yang sudah berusia 40 tahunan lebih tersebut masih terus berusaha membujuk putri sulungnya. Di usianya yang sudah menginjak kepala empat, dia terlihat masih sangat muda dan cantik, seperti 15 tahun lebih muda dari usianya yang sebenarnya. Ketimbang dipanggil 'Mommy' oleh putra-putrinya, Rania malah lebih cocok dipanggil kakak oleh ketiga anaknya. Pantas saja seorang Kaaran Dirga semakin hari semakin tergila-gila pada istri tercintanya itu.

Kembali pada Zoe, mendengar ucapan mommy-nya, Zoe terlihat semakin frustasi. Gadis cantik versi Rania muda itu benar-benar tidak setuju dengan perjodohan yang sudah direncanakan oleh daddy-nya semenjak dirinya masih bayi.

"Mom, Zoe tahu, Zoe berhutang nyawa pada uncle Raymond, tapi apa kalian tega menikahkan putri kalian dengan pria yang tidak normal seperti putra uncle Raymond itu? Apa di dunia ini sudah tidak ada pria lain lagi sehingga kalian tega memaksa Zoe untuk menikah dengan pria seperti dia? Kenapa Mommy dan daddy sangat tega ingin menghancurkan masa depan putri kalian sendiri?!"

Mata Zoe mulai berkaca-kaca. Dia tidak habis pikir dengan cara berpikir kedua orang tuanya. Gadis itu sangat berharap, bahwa perjodohan yang direncanakan oleh daddy-nya sejak lama tidak akan pernah terjadi seumur hidupnya.

"Tidak Sayang, semuanya tidak sama seperti yang kamu pikirkan."

"Mom, Zoe masih sangat muda, Mom. Usia Zoe bahkan baru 22 tahun. Sejak awal kalian membicarakan mengenai perjodohan ini pada Zoe, Zoe sebenarnya tidak setuju, tapi karena Zoe tidak ingin Mommy dan daddy kecewa, Zoe lebih memilih diam," jelas Zoe dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya dia punya keberanian juga untuk mengungkapkan hal itu pada mommy-nya. "Mom, asal Mommy tahu, Zoe sebenarnya masih belum siap menikah. Zoe masih ingin mengejar cita-cita Zoe, kuliah di universitas yang Zoe impi-impikan sejak dulu."

Rania sebenarnya merasa sangat kasihan melihat putrinya bersedih seperti itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena yang berkuasa atas segala keputusan adalah Kaaran, bukan dirinya.

"Zoeanna Sayang, dengarkan Mommy, Nak. Setelah kalian menikah, Aarav tidak akan melarang kamu untuk mengejar cita-cita kamu. Dia sudah berjanji pada Mommy dan daddy." Rania berkata sembari menangkup kedua pipi putrinya. "Mommy dan daddy sangat menyayangi kamu Nak, sama seperti kami menyayangi anak-anak kami yang lain. Jadi tidak mungkin kami menginginkan hal yang buruk untuk masa depan kalian semua. Sebagai orang tua, kami hanya mengiginkan yang terbaik untuk kalian. Percayalah, Sayang." Rania masih terus berusaha membujuk Zoe, berharap agar putrinya itu mau mengerti.

"Tidak, Mom." Zoe menggelengkan kepalanya. Air matanya akhirnya terjatuh juga. "Mommy bilang Mommy dan daddy hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kalian. Menurut Zoe, pilihan daddy itu bukan yang terbaik untuk Zoe, Mom. Zoe tidak mau menikah dengan pria tidak normal seperti dia, karena pasti pernikahan kami tidak akan bahagia. Lagian, kenapa daddy sangat egois? Tega-teganya daddy menjodohkan anak-anaknya yang masih bayi. Daddy benar-benar jahat, egois, tak punya perasaan!"

"ZOE!!!"

Rania yang sudah kehilangan kesabarannya membujuk Zoe pun tanpa sengaja membentak putrinya itu. Dia sangat tidak suka mendengar kalimat kurang ajar yang keluar dari mulut putrinya barusan. Ditambah lagi dia sangat tidak suka dengan sikap keras kepala dan pembangkang yang dimiliki oleh Zoe. Namun, Rania sadar, bahwa sifat keras kepala dan sifat pembangkang yang dimiliki putrinya itu menurun darinya.

Hati Zoe terasa berdenyut saat mendengar bentakan dari sang mommy. Seingatnya, selama 22 tahun lebih dia hidup di dunia, ini pertama kalinya Rania membentaknya, dan itu benar-benar melukai perasaannya.

"Mommy jahat! Mommy juga sama jahatnya seperti daddy!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Zoe pun pergi meninggalkan rumah dalam keadaan menangis.

*

*

Kini kapal nelayan yang Zoe tumpangi sudah terombang ambang di tengah lautan. Saat ini gadis cantik itu sedang dalam perjalanan untuk pergi meninggalkan pulau. Setelah merasa batinnya lelah karena terus dipaksa dan dikekang oleh mommy dan daddy-nya untuk menikah, Zoe akhirnya memutuskan untuk minggat dari rumah.

Seumur-umur, baru kali ini gadis cantik itu pergi keluar pulau menggunakan kapal nelayan dan tanpa dikawal oleh para bodyguard-nya biar satu orang pun. Itu karena dia mengancam akan melompat ke laut jika ada pengawal yang berani mencegahnya pergi atau pun mengikutinya. Karena para pengawal itu tidak ingin nona mudanya celaka, mereka pun akhirnya menurut dan lebih memilih untuk pulang melapor pada Kaaran.

"Apa?! Zoe kabur dari rumah, dan sekarang sudah pergi meninggalkan pulau?!" Suara Kaaran menggema memenuhi seisi ruang baca, membuat nyali para pengawal Zoe yang datang melapor padanya langsung menciut. "Kalian ini bagaimana?! Kenapa kerja kalian tidak becus! Mengatasi 1 gadis saja tidak bisa!"

Kaaran merasa sangat kesal dan emosi. Resepsi pernikahan Zoe dengan Aarav sisa 7 hari lagi, dan besok lusa, pihak keluarga mempelai pria beserta mempelai prianya itu sendiri akan segera tiba di pulau. Apa yang akan Kaaran katakan pada sahabatnya, dokter Raymond, jika putrinya tidak ada alias menghilang.

"Anak itu benar-benar keras kepala. Apa dia ingin membuatku malu?" kesal Kaaran. Pria yang tetap terlihat tampan, gagah, dan awet muda di usianya yang sudah hampir menginjak pertengahan usia 50-an itu lalu merogoh ponsel yang ada di dalam saku celananya. Dia ingin menghubungi seseorang.

.

.

Sementara itu, Zoe duduk temenung sambil bersandar di atas kapal. Gadis itu baru saja berhenti menangis karena meratapi nasibnya yang menurutnya sangat menyedihkan. Bagaimana mungkin daddy-nya begitu tega mengatur perjodohan dan pernikahan untuknya seenaknya.

Kurang lebih 1 jam kemudian. Zoe akhirnya sampai di pelabuhan. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi dia tidak menemukan sosok yang dia cari. Setengah jam lalu sebelum Zoe sampai, dia sempat menghubungi adik kembarnya, Zack, untuk datang menjemputnya.

Sekarang ini Zack sudah menetap di kota. Beberapa bulan lalu saat usianya tepat menginjak 22 tahun, dia resmi diangkat menjadi CEO yang baru menggantikan posisi Roy, sang calon mertua.

Zoe berjalan mondar-mandir ke sana kemari. Dia merasa sangat kesal karena adiknya terlambat untuk datang menjemputnya.

Zoe berdecak kesal. "Ck. Kenapa sampai sekarang dia belum datang menjemputku? Apakah dia sedang sib- mmph-" Belum selesai Zoe berbicara, tapi tiba-tiba saja ada yang membekap mulutnya dari belakang. Zoe ingin berusaha melawan dan meminta pertolongan, tapi hanya seper sekian detik kemudian, dia sudah kehilangan kesadarannya. Sepertinya dia dibius oleh seseorang.

.

.

Beberapa jam kemudian

Zoe mengerjap-ngerjapkan matanya menatap langit-langit kamar yang begitu akrab di matanya. Ya, sekarang dia sudah berada di dalam kamarnya sendiri.

Zoe berusaha untuk bangun dan duduk dari posisi berbaringnya. "Aduh, kenapa kepalaku tiba-tiba pusing?" Zoe langsung memegangi kepalanya. "Sepertinya tadi aku bermimpi kabur dari rumah setelah bertengkar dengan mommy?" gumamnya.

Ceklek. Pintu kamarnya terbuka dari luar, nampak seorang pelayan muncul dari balik pintu.

"Nona, Tuan besar dan nyonya besar sudah menunggu Anda untuk bergabung di meja makan," kata pelayan wanita tersebut.

"Eh, rupanya sudah malam, ya? Aku pikir sekarang masih siang," gumam Zoe. Setelah tidak sadarkan diri selama beberapa jam, bangun-bangun dia sudah seperti orang linglung. "Baik, Bi. Katakan pada mereka untuk menungguku sebentar."

"Baik, Nona," jawab pelayan itu sebelum akhirnya meninggalkan kamar Zoe.

Terpopuler

Comments

Rahmi Miraie

Rahmi Miraie

pecuma aja zooena lari toh pada akhirnya akan tertangkap dan kembali kerumahnya

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!