Semalam tidak terjadi apa-apa di antara Aarav dan Zoe. Mereka hanya tertidur sambil saling memunggungi. Dan saat ini keluarga besar mereka beserta mereka berdua sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"Mom, Dad, Aarav ingin minta ijin. Siang ini rencananya Aarav ingin kembali ke kota karena urusan pekerjaan. Apakah Aarav boleh membawa serta Zoe untuk ikut bersamaku?" tanya Aarav.
Rania dan Kaaran saling memandang, kemudian saling mengangguk.
"Tentu saja, Nak. Sekarang ini Zoe adalah istrimu, kamu boleh membawanya kemana pun kamu pergi. Daddy sudah lepas tanggung jawab, sekarang putri Daddy sudah menjadi tanggung jawabmu," jawab Kaaran.
"Iya benar," tambah Rania.
Aarav tersenyum. "Terima kasih, Mom, Dad."
"Berarti kalau Kak Aarav membawa Kak Zoe ke kota, kita bisa tinggal berdekatan," kata Zack.
"Tentu saja. Aku sudah membeli apartemen yang kamu tunjukkan padaku waktu itu," ucap Aarav pada adik iparnya.
Sementara Zoe, gadis itu malah kehilangan nafsu makan saat mengetahui bahwa suaminya akan membawanya pergi dari rumah kedua orang tuanya.
"Aku naik ke kamar dulu. Aku sudah kenyang," ucap Zoe yang lebih dulu meninggalkan meja makan dibanding yang lainnya.
Melihat hal tersebut, Rania pun juga ikut pamit pada besan dan menantunya. Dia tahu putrinya itu meninggalkan meja makan pasti karena tidak setuju dengan keputusan Aarav, dirinya, dan Kaaran.
Begitu sampai di lantai atas, Rania membuka pintu kamar putrinya dengan pelan. Di sana dia bisa melihat kalau putrinya sedang menangis di atas tempat tidur.
"Zoe." Rania berjalan mendekati putrinya untuk membujuknya. "Sayang, kenapa kamu menangis, hm?"
Zoe langsung memeluk sang mommy dan menangis dengan keras. "Mom, Zoe tidak mau ikut. Zoe ingin tetap di sini bersama Mommy dan Daddy."
"Zoe ..." Rania balas memeluk putrinya sambil menepuk pundaknya dengan lembut, "kamu tidak boleh seperti itu, Nak. Sekarang Aarav adalah suamimu, kamu harus ikut kemana pun dia pergi."
"Mom, apa Mommy dan daddy sudah tidak sayang lagi pada Zoe?"
"Zoe, jangan berkata seperti itu, Nak. Jangan seperti anak kecil. Kamu itu sudah dewasa, sudah menikah, dan sebentar lagi mungkin kamu akan hamil dan punya anak."
Zoe langsung melepaskan pelukannya dari sang mommy ketika mendengar kata hamil dan punya anak.
"Punya anak dari mana? Zoe ini masih sangat muda, Mom, belum siap punya anak." Zoe berkata sambil menyeka air matanya. Bibirnya juga sudah mengerucut.
"Siapa bilang kamu masih sangat muda, Sayang? Waktu Mommy seumuran kamu, kamu dan Zack sudah berumur 3 tahun. Hayo, lebih muda siapa coba?"
"Ck, itu 'kan dulu, Mom."
"Dulu dan sekarang apa bedanya? Dimana-mana, orang itu menikah untuk mendapatkan keturunan."
"Keturunan dari mana? Orang dia bukan pria normal."
"Hust, jangan bicara seperti itu. Nanti Aarav marah loh," tegur Rania. "Ya sudah, sekarang Mommy bantu packing barang-barang kamu ya. Tinggal beberapa jam lagi kalian akan berangkat."
Zoe berdecak kesal. "Ck, Zoe bilang Zoe tidak mau pergi, Mommy."
"Tidak ada penolakan, Zoe, atau daddy akan marah."
"Ck, daddy lagi, daddy lagi yang dijadikan ancaman."
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau, Mommy tidak usah bantu kamu packing. Setelah keluar dari sini, Mommy akan langsung bilang pada Daddy kalau kamu tidak mau ikut suamimu."
"Mommy ...." Zoe langsung merebahkan diri di tempat tidurnya. Sekarang dia tidak punya pilihan lain selain hanya menurut.
Rania mengulum senyum melihat kelakuan putrinya. Dia sangat berharap setelah Zoe ikut pada Aarav dan mereka tinggal bersama, putrinya itu akan berubah, tidak semanja dan seegois dulu lagi.
"Zoe, Mommy bantu packing atau tidak?" goda Rania. "Atau Mommy lapor ke daddy saja."
"Mommy, ih. Packing saja," kesal Zoe, membuat Rania terkekeh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Rahmi Miraie
sabar zoe nanti lama"juga cinta sama arav
2023-03-07
0