"Hey, aku bisa jalan sendiri. Tidak usah menarikku," protes Zoe begitu Aarav tiba-tiba menariknya keluar dari ruang rias.
Aarav tidak menggubris ucapan Zoe. Pria itu terus menarik tangan Zoe masuk ke dalam lift hendak turun ke parkiran.
"Bos! Bos! Tunggu sebentar!" Suara teriakan seorang wanita menarik perhatian Aarav. Sontak pria itu menahan pintu lift agar tidak tertutup saat melihat salah satu asistennya selain Diana berlari ke arahnya.
Sementara Zoe yang melihat sosok perempuan yang tidak asing di matanya tersebut langsung mengerutkan dahinya heran.
'Loh, bukankah wanita itu dulu yang membantuku memakai gaun saat aku menikah. Kenapa dia memanggil Aarav dengan sebutan bos?' Batin Zoe heran sekaligus penasaran. Namun, sedetik kemudian matanya seketika terbuka lebar saat menyadari sesuatu. Waktu itu, wanita tersebut juga memanggil MUA yang mendandani Zoe dengan sebutan 'Bos'.
'Jangan-jangan ....'
Jantung Zoe mulai berdetak tidak karuan saat memikirkan segala kemungkinan.
"Halo, Nona Zoe. Lama tidak bertemu," sapa wanita muda tersebut sambil tersenyum.
"Ada apa, Stevi?" tanya Aarav.
"Oh, ini, Bos." Wanita itu lantas membuka map yang dia bawa kemudian memberikannya kepada Aarav. "Tolong bubuhkan tanda tangan Anda di sini."
"Tunggu-tunggu, apakah kamu yang waktu itu datang ke pulau bersama MUA laki-laki yang berpenampilan misterius itu? Atau ... aku hanya salah mengenali orang?" tanya Zoe ingin memastikan.
"Iya, memang benar itu saya, Nona," jawab Stevi.
"Hah." Zoe tidak bisa membayangkan jika pria penata rias itu ternyata adalah Aarav. Sebab, waktu itu dia sempat mencurahkan isi hatinya kepada pria penata rias tersebut. "Jangan bilang ... MUA yang bersamamu waktu itu adalah ...." Zoe sengaja menggantung ucapannya seraya mendongak menatap Aarav.
"Ya, memang benar itu, Bos, Nona. Maksud saya Pak Aarav. Apa Nona Zoe serius belum mengetahuinya?" tanya Stevi.
Zoe langsung menepuk jidatnya saat mengetahui fakta bahwa ternyata yang meriasnya saat dia menikah adalah suaminya sendiri.
'Mati aku. Berarti kalau begitu dia sudah mengetahui semuanya sejak awal.' Batin Zoe. Entah mengapa sekarang gadis itu malah merasa takut. Bagaimana kalau sekarang Aarav marah karena dia pernah mengatai pria itu sebagai pria yang tidak normal.
"Stevi, tidak usah banyak bicara, lanjutkan kembali pekerjaanmu," kata Aarav.
"Baik, Bos."
Pintu lift mulai tertutup rapat dan perlahan-lahan mulai bergerak turun. Tapi entah mengapa Zoe merasa oksigen di dalam lift semakin lama semakin menipis. Dadanya terasa sangat sesak, seolah-olah dia kehabisan stok oksigen. Padahal dirinya hanya berdua dengan Aarav di dalam lift.
Hanya berselang 15 menit kemudian. Mereka akhirnya sampai di apartemen mereka, tapi hingga detik ini keduanya masih belum berbicara walau sepatah kata pun.
Sebenarnya sejak tadi Zoe ingin menanyakan kepada Aarav kenapa selama ini pria itu berpura-pura tidak tahu apa-apa dan terus bersikap baik padanya, tapi saat melihat ekspresi Aarav yang lain dari biasanya Zoe pun jadi mengurungkan niat, takut Aarav malah semakin marah padanya.
"Masuklah ke kamar dan mandilah, aku akan memesan menu makan siang untuk kita berdua." Nada bicara Aarav terdengar normal, tapi ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong bahwa saat ini pria itu sedang menahan emosi.
Zoe yang takut lebih memilih untuk menjadi gadis yang patuh dan penurut. Aura yang terpancar dari tubuh Aarav saat ini benar-benar membuat nyalinya menciut.
Berselang setengah jam kemudian. Zoe keluar dari kamar dan sudah lengkap dengan setelan rumahan.
"Makanlah. Makan siangnya sudah siap," kata Aarav begitu melihat istrinya keluar dari kamar.
Zoe lantas duduk di kursi meja makan dengan pelan. Dia heran, kenapa menu makan siang di atas meja makan hanya ada 1 porsi.
"Kenapa kamu tidak makan?" tanya Zoe pelan.
"Aku tidak lapar," jawab Aarav seraya berjalan masuk ke dalam kamar.
Zoe langsung bergidik ngeri ketika melihat punggung Aarav sudah hilang di balik pintu kamar. "Ternyata dia punya sisi yang menyeramkan juga."
Selesai dengan menu makan siangnya, Zoe lebih memilih untuk duduk bersantai di sofa sambil memainkan ponselnya. Tidak tahu kenapa dia malah takut masuk ke dalam kamar saat Aarav juga ada di dalam sana.
Tidak berapa lama kemudian, Aarav keluar dari kamar lengkap dengan setelan pakaian rumahan, dan pria itu melewati Zoe begitu saja tanpa berkata sepatah kata pun kemudian keluar dari unit mereka.
"Dia mau ke mana? Tumben tidak mengatakannya padaku," gumam Zoe.
5 Menit, 10 menit, hingga 20 menit berlalu tapi Aarav belum juga kembali.
"Sebenarnya dia pergi ke mana? Kenapa belum kembali hingga sekarang?" gumam Zoe. Karena mulai mengantuk, gadis itu pun segera masuk ke dalam kamar untuk tidur siang.
*
*
Ketika Zoe sedang tertidur, dia tiba-tiba terbangun saat merasakan sebuah tangan besar tiba-tiba melingkar di perutnya dari belakang. Selama beberapa saat gadis itu diam membeku, tidak tahu harus berbuat apa. Hingga pada saat bulu kuduknya merinding karena Aarav men ci um tengkuknya, barulah dia bangun dari sambil berteriak.
"Akh!"
"Kenapa berteriak?" tanya Aarav.
"Ka-kamu mau apa?" Zoe balik bertanya seraya menarik selimut dan beringsut mundur di atas tempat tidur.
"Aku mau apa? Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sayang? Kita ini 'kan sudah menikah? Jangan pura-pura tidak tahu. Sepasang suami istri bermesraan di atas tempat tidur, biasanya mereka mau melakukan apa, hm?" tanya Aarav. Mendengar hal itu Zoe jadi semakin ketakutan.
"Tidak, tidak mungkin." Zoe menggeleng seraya beringsut mundur hingga punggungnya kini sudah mentok di sandaran tempat tidur. Gadis itu mengeratkan pegangannya pada selimut sebagai perlindungan. "Kamu tidak mungkin tertarik padaku! Tidak mungkin!" teriak Zoe saking ketakutannya melihat ekspresi wajah Aarav yang lain dari biasanya.
Aarav tersenyum. "Apanya yang tidak mungkin, Zoe? Sepertinya aku harus membuktikan sesuatu padamu agar kamu tidak nakal lagi saat bertemu lelaki lain di luar sana." Aarav lantas merangkak mendekati Zoe.
"Tolong jangan lakukan itu padaku. Aku mohon. Aku minta maaf sudah mengataimu tidak normal. Aku benar-benar menyesal," mohon Zoe.
Namun sayangnya, Aarav sama sekali tidak menghiraukan permintaannya.
"Tenang saja, Sayang, aku sudah menyiapkan pengaman. Kamu tidak perlu khawatir kalau kamu belum siap punya anak," bisik Aarav di dekat telinga istrinya sembari membuang selimut sembarang arah.
"TIDAK!!!" teriak Zoe saat Aarav tiba-tiba menarik kedua kakinya sehingga dia kembali dalam posisi telentang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Rahmi Miraie
nah loooo zoe inilah arav yg sesungguhnya
2023-03-17
0