2 Jam kemudian.
Wajah Aarav nampak sangat puas setelah mendapatkan haknya sebagai suami untuk pertama kalinya. Meski pun dengan cara sedikit memaksa tapi dia sama sekali tidak menyesal telah memaksa Zoe melakukannya bersamanya.
Berbanding terbalik dengan Zoe, saat ini dia tengah menangis menyesali kebodohannya karena sudah mengatai Aarav tidak normal. Rupanya, selama ini dia sudah salah menduga. Suaminya itu sama sekali tidak seperti yang dia pikirkan.
"Diamlah. Apa kamu tidak lelah menangis sejak tadi? Matamu saja sudah bengkak." Aarav berkata seraya memeluk istrinya dengan erat dari belakang.
"Kamu jahat," kata Zoe sambil menangis tersedu-sedu.
"Jahat? Aku jahat kenapa?" tanya Aarav tidak mengerti.
Zoe tidak menjawab. Dengan kasar dia menepis tangan Aarav yang melingkar di perutnya.
"Minggir. Aku mau ke kamar mandi," ketusnya.
'S***t.' Zoe mengumpat kesal dalam hati saat merasakan sakit dan perih dia area intinya. Bagaimana tidak perih, Aarav bahkan sampai melakukannya sebanyak dua kali.
Di dalam kamar mandi, Zoe mulai melihat pantulan dirinya yang berantakan di cermin.
"Ck, dasar gila. Kenapa dia meninggalkan banyak sekali bekas? Bagaimana cara aku menutupinya saat keluar?" gumam Zoe saat melihat ada 3 buah stempel kepemilikan yang ditinggalkan Aarav di kedua sisi lehernya.
*
*
Usai mandi dan mengenakan pakaian lengkap, Zoe lantas keluar dari kamar mandi. Disaat itulah Aarav mengambil giliran untuk masuk membersihkan diri. Karena marah dan kesal dengan kelakuan suaminya tadi, Zoe diam-diam kabur ke rumah Zack.
"Kak ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Zack begitu melihat kakak kembarnya datang-datang sudah dengan wajah sembab dan mata yang merah serta bengkak.
Zoe langsung memeluk adik kembarnya. "Si brengsyek itu sangat jahat, Zack. Dia berani berbuat kurang ajar padaku."
"Si brengsyek? Katakan padaku, Kak, siapa yang sudah berani berbuat kurang ajar padamu." Seketika Zack merasa emosi tanpa tahu cerita yang sebenarnya.
"Siapa lagi kalau bukan dia?" jawab Zoe sambil menangis tersedu-sedu di dalam pelukan adiknya.
Zack melepas pelukannya kemudian menatap wajah sang kakak dengan lekat.
"Maksud kak Zoe, Kak Aarav yang melakukannya?" tanya Zack ingin memastikan dan langsung dijawab anggukan oleh Zoe. Melihat hal itu Zack pun menjadi semakin emosi.
"Kurang ajar. Cari mati dia rupanya. Berani sekali dia melakukan KDRT padamu. Dimana dia memukulmu, Kak? Tunjukkan padaku." Zack mulai memindai tubuh sang kakak. Sepanjang kulit Zoe yang tidak ditutupi oleh pakaian, tidak ada satu pun bekas luka atau memar yang dia temukan.
Sementara itu, Zoe justru malah terdiam. Sepertinya Zack sudah salah paham padanya.
"Kak Zoe, kenapa kamu diam saja? Tunjukkan padaku di bagian mana laki-laki brengsyek itu memukulimu? Biar aku yang membalasnya nanti."
Zoe masih terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Untuk kedua kalinya dia menyesal dalam sehari. Kenapa juga dia harus berlari mengadu pada Zack setelah melakukan hubungan suami istri bersama suaminya sendiri. Bukankah hal ini sangat memalukan. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.
Sementara itu, Zack yang melihat Zoe menutupi lehernya menggunakan syal pun segera memeriksanya. "Apakah lukanya di sini, Kak?"
Zack langsung mengulum senyum ketika menemukan beberapa buah stempel kepemilikan yang ditinggalkan Aarav di leher sang kakak.
"Kak Zoe, pulanglah. Kamu ini benar-benar kekanak-kanakan. Ingat, kamu itu sudah menikah."
"Tidak mau, Zack. Biarkan aku tinggal di sini bersamamu untuk sementara."
"Tidak bisa, Kak. Sekarang ini kamu sudah menikah. Kembalilah ke rumahmu sendiri."
"Zack, kenapa kamu jahat sekali? Kenapa malah mengusirku?"
"Aku tidak mengusirmu, Kak, aku hanya menyuruhmu untuk pulang ke rumahmu sendiri. Sekarang kak Aarav pasti sedang panik mencarimu."
"Biarkan saja. Siapa suruh dia jahat." Zoe berkata dengan cemberut seraya masuk ke dalam unit adiknya.
Melihat betapa keras kepalanya Zoe, Zack tidak punya pilihan lain selain meminta Aarav sendiri yang datang menjemput istrinya.
*
*
Hanya berselang beberapa menit, Aarav sudah sampai di tempat Zack. Itu karena tempat tinggal mereka berdekatan. Hanya berbeda gedung.
"Kak Aarav, akhirnya kamu datang. Masuklah. Istrimu yang kekanak-kanakan itu datang mengadu padaku, katanya kamu sudah berbuat kurang ajar padanya." Zack berkata sambil mengulum senyumnya.
"Benarkah? Apa Zoe mengatakan semuanya padamu, Zack?" tanya Aarav. Sejujurnya, Aarav malu masalah rumah tangganya diketahui oleh orang lain, meski pun oleh kerabat terdekat mereka sendiri. Apalagi ini perihal yang sangat sensitif yang seharusnya tidak diketahui oleh orang lain kecuali mereka berdua.
"Tenang saja, Kak. Aku tidak akan marah padamu. Biar bagaimana pun, Kakakku sekarang adalah istrimu. Kamu bebas melakukan apa pun padanya selama itu tidak diluar batas."
Aarav tersenyum pada Zack, kemudian berjalan mendekati Zoe yang sedang duduk di sofa sambil membuang muka sengaja tidak mau menatapnya.
"Zoe," panggil Aarav tapi Zoe sama sekali tidak menyahut. Pria itu lantas duduk tepat di belakang istrinya. "Ayo kita pulang. Apa kamu tidak malu masalah rumah tangga kita kamu umbar ke orang lain?"
Zoe tidak menjawab. Dia kelewat kesal pada suaminya karena sudah memaksanya berhubungan sehingga membuatnya harus menahan sakit dan perih.
"Kak Aarav, aku juga sudah membujuknya tadi dan menyuruhnya untuk pulang. Tapi sayang, sifat keras kepala, manja, dan kekanak-kanakannya ternyata masih ada meski pun sudah menikah," ucap Zack, lalu memberikan minuman kaleng pada Aarav. "Ini, Kak, minumlah."
"Terima kasih."
"Kak Aarav, mulai sekarang kamu harus banyak bersabar menghadapi sikap istrimu. Sejak kecil hingga dewasa, dia memang selalu bersikap seperti itu. Itu karena dia satu-satunya anak perempuan di keluarga kami, jadi dia sangat dimanjakan oleh mommy dan daddy. Meski pun dia anak sulung, tapi dia selalu diperlakukan seperti anak bungsu."
Meski pun Aarav tidak menanggapi ucapan adik iparnya barusan, tapi dia bisa mengerti maksud dari ucapan Zack.
"Zack, aku ingin meminta pendapatmu. Apa menurutmu salah jika seorang suami menggauli istrinya sendiri?" tanya Aarav yang sengaja ingin Zoe mendengarnya.
"Tentu saja tidak salah, Kak. Yang tidak benar itu kalau punya istri tapi jajan di luar," jawab Zack, membuat Zoe langsung meliriknya dengan kesal. Entah mengapa Zoe merasa bahwa adik kembarnya sendiri tidak berpihak padanya, justru malah berpihak pada suami jahat yang sudah memaksanya.
"Lalu apa pendapatmu, Zack, ketika ada seorang perempuan yang mengataimu tidak normal? Apa yang akan kamu lakukan kira-kira?" tanya Aarav lagi sengaja menyindir istrinya secara terang-terangan.
Zack mengulum senyum mendengar pertanyaan Aarav. Dia sebenarnya tahu ke mana arah pembicaraan Aarav tertuju. Sebab, saat Zoe memberontak waktu itu, dia ada di tempat dan tahu apa alasan sang kakak tidak mau menikah dengan Aarav.
"Hem, bagaimana pun ini menyangkut harga diri seorang pria, Kak Aarav. Kalau aku berada di posisi itu, tentu saja aku akan membuktikan pada perempuan itu bahwa aku bukanlah laki-laki seperti yang dia tuduhkan. Aku akan membuatnya menjerit-jerit sampai dia meminta ampun padaku."
Bug. Bantal sofa langsung mendarat di wajah Zack.
"Kalian berdua sama-sama menyebalkan," kesal Zoe seraya bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu keluar unit adik kembarnya.
Melihat hal itu Zack pun jadi terkekeh. "Cepat susul dia, Kak Aarav, jangan sampai dia kabur lagi ke tempat lain."
"Kalau begitu kami pergi dulu, Zack. Maaf sudah mengganggumu," pamit Aarav.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Rahmi Miraie
suami dan adik yg klop 😂
2023-03-17
0