Aarav berjalan mengekori istrinya sambil tersenyum. Yang dikatakan Zack benar, istrinya itu memang sangat kekanak-kanakan. Maklumlah, usia mereka memang terpaut 6 tahun.
Sesampainya di unit mereka, Zoe langsung masuk ke dalam kamar kemudian mengunci kamarnya dari dalam. Dia tidak akan membiarkan Aarav masuk ke dalam kamar karena takut pria itu kembali mengulangi perbuatannya.
Tok tok tok.
"Zoe, buka pintunya, Zoe!" panggil Aarav, tapi Zoe sama sekali tidak memperdulikannya.
Zoe yang saat itu sudah duduk bersandar di atas tempat tidur pun berkata dengan wajah cemberut, "Tidak usah masuk. Tidur saja di luar."
Namun, setelah berulang kali Aarav berteriak meminta dibukakan pintu oleh istrinya, tapi Zoe tidak kunjung mau membuka pintu kamar untuknya, Aarav lantas mengambil kunci cadangan yang memang sengaja dia siapkan untuk berjaga-jaga. Hal seperti ini memang sudah dia prediksikan setelah tahu bahwa Zoe diam-diam pergi ke rumah Zack tanpa berpamitan padanya.
Ceklek.
Melihat Aarav bisa masuk ke dalam kamar, Zoe langsung membelalakkan matanya terkejut.
"Bagaimana kamu bisa masuk?" tanyanya.
"Aku punya ini." Aarav tersenyum seraya menunjukkan kunci cadangan yang dia punya kemudian memasukkannya kembali ke dalam saku celananya.
Zoe langsung melipat kedua tangannya di depan dada saking kesalnya. Namun ketika melihat Aarav berjalan mendekat, Zoe langsung berteriak.
"Kamu mau apa?!" Zoe langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Mau apa? Aku mau duduk di dekat istriku," jawab Aarav tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Jangan macam-macam!" Zoe kembali berteriak sembari menatap Aarav dengan tajam.
Aarav terkekeh sembari balas menatap istrinya itu. "Sebenarnya apa maumu, Zoe? Awalnya kamu membenciku dan menolak untuk menikah denganku karena mengira bahwa aku bukan pria normal, tapi setelah aku membuktikan bahwa anggapanmu itu sama sekali tidak benar, kenapa kamu justru malah marah padaku? Bukankah seharusnya sekarang kamu sangat senang karena ternyata suamimu ini bisa membuatmu puas, hm?"
Pipi Zoe langsung merona menahan malu. Tidak tahu lagi bagaimana dia membalas ucapan Aarav.
"Oh iya, bagaimana pendapatmu setelah merasakan kehebatan suamimu di atas ran-"
"DIAM!!!" pekik Zoe. Topik pembahasan Aarav itu benar-benar membuat dirinya malu setengah mati.
Aarav terkekeh melihat wajah malu-malu istrinya. "Coba aku lihat." Tangan Aarav tiba-tiba saja bergerak hendak menyentuh bekas percintaan yang dia tinggalkan di leher istrinya, tapi sayangnya Zoe justru malah menepis tangannya dengan cepat.
"Jangan sentuh aku!" ketus Zoe.
"Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu. Tadi itu aku hanya ingin memberimu tips untuk menutupi tanda merah di lehermu itu agar kamu tidak malu saat pergi keluar rumah. Tapi karena kamu menolak, ya sudah." Aarav lantas berdiri dari duduknya.
Zoe terdiam. Dia lupa kalau suaminya itu seorang MUA profesional. Jangankan tanda merah bekas percintaan, bekas luka menahun yang tidak bisa hilang saja bisa dia samarkan dengan make up. Zoe menyesal sudah menepis tangan pria itu sebelum mendapatkan tips darinya.
"Oh iya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku tidak akan meminta maaf atas apa yang sudah aku lakukan kepadamu tadi, karena aku hanya mengambil hakku sebagai suamimu. Tapi ada hal yang harus kamu ketahui, jika kamu tidak ingin hal yang sama kembali terulang, tolong jaga perasaanku dimana pun kamu berada. Sebagai suamimu, aku akui aku merasa sangat cemburu ketika kamu memberikan perhatian lebih pada laki-laki lain." Setelah mengatakan itu, Aarav segera keluar dari kamar.
"Cih, apa dia sadar apa yang baru saja dia katakan? Dia bilang dia cemburu? Hng, mana mungkin. Dia 'kan tidak pernah bilang kalau dia mencintaiku," gumam Zoe tidak percaya.
*
*
Malam tiba, Zoe mulai was-was ketika Aarav masuk ke dalam kamar kemudian berbaring di belakangnya. Zoe sangat takut suaminya itu kembali menyentuhnya seperti tadi siang. Rasa sakitnya saja belum hilang. Zoe tidak ingin Aarav kembali mengulanginya dan membuat dirinya semakin menderita.
"Akh-" Zoe memekik tertahan karena terkejut saat Aarav tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.
"Tidurlah. Tidak usah takut. Aku tidak akan melakukannya lagi kalau kamu belum siap, tapi biarkan aku tertidur sambil memelukmu," bisik Aarav di dekat telinga Zoe.
"Ka-kamu tidak berbohong, 'kan? Kamu tidak akan macam-macam, 'kan?" tanya Zoe ingin memastikan.
"Tentu saja. Kamu bisa memegang kata-kataku," jawab Aarav. Pria itu lantas memejamkan matanya untuk tertidur, begitu pula dengan Zoe. Malam ini benar-benar tidak terjadi apa pun diantara sepasang suami istri tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments