Beberapa jam kemudian.
Manajer BigStar datang memberikan arahan kepada para personil boy band tersebut mengenai syuting video klip yang akan dilakukan di studio hari ini. Sebelum keluar dari ruang rias, Chris tiba-tiba saja menghampiri Zoe dan memintanya untuk merapikan riasan pada bibirnya.
"Warna bibirku terlihat sedikit pucat, bisakah kamu menambahkan sedikit lipstik dengan warna yang lebih fresh?" Chris bertanya pada Zoe.
"Oh, tentu saja, Kak Chris. Tunggu sebentar," ucap Zoe. Gadis itu lantas mencari warna lipstik yang cocok untuk lelaki itu diantara banyaknya deretan warna yang tersedia di rak. "Sepertinya warna ini cocok untukmu." Baru saja Zoe ingin mengambil lipstik berwarna nude pink dari rak, tapi tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh seseorang.
"Berikan padaku, biar aku yang merapikan lipstiknya untuknya," ucapnya. Siapa lagi kalau bukan Aarav.
"O-oh, baiklah," kata Zoe.
Melihat bukan Zoe yang akan melakukan hal tersebut untuknya, Chris nampak sedikit kecewa. Sebenarnya permintaannya itu hanya alasan semata, dia hanya ingin mengambil perhatian gadis tersebut.
Belum sempat Aarav mengusapkan kuas lipstik di bibir Chris, lelaki itu tiba-tiba saja berkata, "Cukup Manny. Sepertinya lipstikku tidak perlu ditambah lagi."
Senyum miring langsung tersungging di bibir Aarav begitu melihat Chris buru-buru keluar dari ruang rias. Sepertinya dugaannya benar, pemuda itu memang sedang mencari perhatian istrinya. Sebagai suami Zoe yang sah, Aarav tentu saja merasa tidak suka dengan hal tersebut.
Aarav lantas berbalik menatap Zoe dengan tajam. Saat ini di ruang rias hanya tersisa mereka berdua.
"Bisa tidak kamu menjaga perasaanku, Zoe? Aku ini suamimu."
Deg. Zoe cukup terkejut mendengar ucapan Aarav. Gadis itu sebenarnya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Namun sejurus kemudian Zoe justru malah tertawa. Ucapan Aarav barusan terdengar sangat lucu hingga menggelitik indera pendengarannya.
"Kenapa kamu tertawa? Apa menurutmu ada yang lucu?" tanya Aarav.
"Tentu saja ada yang lucu. Tadi kamu bilang apa? Suami? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Zoe lalu kembali tertawa.
Aarav menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan sembari berjalan mendekat.
"Tentu saja kamu tidak salah dengar. Aku ini memang suamimu," jawab Aarav. "Kalau bukan suami, lalu selama ini kamu menganggapku sebagai siapamu?" tanyanya kemudian.
Melihat ekspresi Aarav yang tidak seperti biasanya, tawa Zoe perlahan-lahan menghilang, berganti menjadi ekspresi gugup saat melihat Aarav menatapnya dengan lekat sembari terus berjalan mendekat ke arahnya.
"Ka-kamu ... kenapa menatapku seperti itu?" tanya Zoe seraya berjalan mundur. Melihat Aarav menatapnya seperti itu membuat nyalinya menciut.
Aarav tidak menjawab. Perlahan-lahan membawa gadis itu ke dalam kurungan tangannya. "Katakan padaku, apakah bagimu mengakuiku sebagai suamimu sangatlah memalukan? Kenapa selama ini kamu selalu mengaku sebagai asistenku padahal tugas itu hanya berlaku saat kamu ingin mendapatkan tiket konser Jennifer?"
Zoe tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin dia membenarkan ucapan Aarav dan mengatakan kalau dia memang malu mengakui pria setengah matang itu sebagai suami. "A-aku ...."
"Jawab aku Zoeanna, apakah di matamu pernikahan kita hanyalah sebuah permainan? Apa menurutmu pernikahan kita hanya sebuah lelucon, hah?!" Aarav kembali bertanya, dan kali ini nada suaranya lebih tinggi dari sebelumnya.
"Ka-kamu ... kenapa marah padaku?" Zoe malah balik bertanya. Dia seolah seperti anak kecil yang tidak tahu menahu kesalahan apa yang sudah dia perbuat demi menghindari topik pembicaraan. Padahal pertanyaan Aarav sudah sangat jelas. Dia hanya enggan menjawab. Bingung harus menjawab apa.
"Aku tidak marah. Aku hanya bertanya padamu. Jadi sekarang jawab pertanyaanku. Apa arti pernikahan kita untukmu?"
Zoe terdiam selama beberapa saat memikirkan jawaban yang tepat.
"A-Aarav, bukankah kamu ... tidak memiliki perasaan apa-apa padaku. Ka-kamu ... kamu tidak tertarik padaku, 'kan? Jad-jadi-"
"Kapan aku berkata seperti itu?" Aarav berkata dengan cepat sehingga memotong ucapan Zoe.
"Tentu, tentu saja kamu tidak menyukaiku. Aku sangat yakin itu," jawab Zoe.
"Kenapa kamu menarik kesimpulan sendiri? Apa karena selama ini aku tidak pernah menyentuhmu meski pun kita tidur di atas tempat tidur yang sama?"
Zoe terdiam sambil menunduk dalam.
"Baik, sekarang aku sudah mengerti. Sekarang juga, kita kembali ke rumah." Aarav lantas menarik pergelangan tangan Zoe keluar dari ruangan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments