Poison Eve
...Neraida…...
...Tidak sesuai dengan namanya, Negeri Peri tidak dihuni oleh ras peri....
...Mungkin dulunya!...
...Entah itu ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu....
...Dikatakan, pada masa pertumbuhan, setiap orang akan mengalami kebangkitan sebuah kekuatan…...
...Disebut Peri Pelindung....
...Katanya, peri pelindung ini bisa melakukan apa saja....
"Hmmm… kira-kira apa ya, peri pelindungku?" Evelyn Katz menggumam sambil mengamati telapak tangannya sendiri dengan dahi berkerut-kerut.
Orang banyak sudah berbondong-bondong menuju kerumunan di pekarangan Balai Budaya, sementara gadis itu masih membeku di dekat gerbang.
Menghalangi jalan!
"Boleh aku lewat?"
Suara seseorang mengusik Evelyn dari lamunannya, ia menoleh ke sumber suara, dan ketika ia mendongak untuk melihat pemilik suara itu, ia dipaksa untuk menebak tinggi badannya yang mengagumkan karena wajah si pemilik suara itu berada beberapa inci di atas kepalanya.
Tatapan gadis itu sekarang terpaku pada wajah lancip putih porselen dengan mata rubah berwarna gelap dibingkai alis tegas yang sangat serasi dengan hidung mancungnya yang mendongak arogan di atas sepasang bibir tipis berwarna merah. Bentuk dagunya yang bulat sangat serasi dengan wajah lancipnya.
Mata rubahnya memberikan tampilan mata pengembara padang belantara yang biasa digunakan untuk meneropong jauh ke medan gelap. Rahangnya yang tinggi menegaskan wajah kokoh yang pantang menyerah. Semua itu menggambarkan kecerdasan khas kaum aristokrat.
Sikapnya tenang dan tatapan dinginnya mengandung magnet.
Mantel putih berleher tinggi bercorak emas melekat pas di dada bidangnya saat ia menunggu. Sutera emas melingkar di pinggang rampingnya, ujung panjangnya menyentuh celana panjang ketat berwarna putih. Sepatu armor selutut bercorak emas seperti baru digosok tampak tak bernoda. Rambut halus hitam mengkilat selurus penggaris tergerai di bahunya dan melecut lembut di sisi wajahnya. Ikat kepala dari emas terlihat seperti mahkota peri berkilauan di dahinya yang licin, menjadikan sosok itu terlihat seperti muncul dari mimpi sebagai khayalan setiap gadis.
"Ehem!" Pria itu berdeham. Suaranya menyentakkan Evelyn dari keterpukauannya.
"Ah—maaf!" Evelyn terpekik ketika tersadar ia sedang menghalangi jalan. Lalu buru-buru menyisi. Tapi tatapannya tak bisa lepas dari wajah luar biasa menawan itu tanpa bisa menutupi kekagumannya.
"Eve! Apa yang kau lakukan? Cepatlah sedikit!" Nadine Katz, sepupu perempuannya, meneriaki dari tengah kerumunan.
Evelyn mengerjap dan menoleh sekilas pada kakak sepupunya, lalu kembali mengerling ke arah pria tadi. Tak rela melepaskannya.
Pria itu balas menoleh dan menatapnya sambil tersenyum samar. Begitu samar hingga tidak terlihat kalau ia sedang tersenyum.
"Evelyn!" suara hardikan itu sekarang terdengar dekat di belakangnya. Lalu sepasang tangan mencengkeram bahunya dari belakang dan menyeretnya dengan gerakan kasar. "Kita harus segera mendaftar!" geram sepupunya tak sabar.
"Ba---baiklah, baik!" Evelyn gelagapan dan menggeliat-geliut berusaha melepaskan diri. "Sekarang kau boleh melepaskanku!" katanya seraya menepiskan tangan Nadine dan menyentakkan bahunya. Lalu berbalik dan bergegas mengikuti kakak sepupunya. Ia menoleh ke belakang sekali lagi, tapi sosok menawan itu sekarang sudah tidak berada di tempat tadi.
Hilang sudah! batinnya kecewa, kemudian mempercepat langkahnya mengekori kakak sepupunya menerobos kerumunan.
Tak lama kemudian, mereka sudah berjubal dalam antrean panjang di tempat pendaftaran.
Hari itu adalah Hari Pencarian Bakat Tahunan, agenda rutin kota Fortress. Setiap orang dalam masa pertumbuhan takkan melewatkannya.
Selain karena dihadiri sejumlah pencari bakat dari berbagai aliansi paling bergengsi di seluruh benua, acara semacam ini juga memberi kesempatan kepada setiap remaja untuk mengetahui bakat mereka dan membangkitkan kekuatan spiritual yang paling penting yang lebih dikenal dalam istilah peri pelindung.
Di Negeri Peri, kekuatan spiritual dan peri pelindung adalah modal utama untuk mencapai puncak dunia.
Jadi, tak heran tempat itu dipenuhi banyak orang dari berbagai pelosok di seluruh daerah.
"Yah, giliran kita masih lama," Nadine mengeluh setelah mengantre cukup lama dan akhirnya berhasil mendaftarkan diri dengan nomor antrean di atas dua ratus.
"Kurasa tak akan sampai berjam-jam, lihat itu!" kata Evelyn sambil menunjuk ke tengah arena di lantai bawah.
Di tengah arena itu seorang anak laki-laki sedang berdiri tegang dalam lingkaran cahaya pelangi berbentuk cakram sambil menadahkan sebelah tangannya, sementara di sekelilingnya tujuh pria berjubah armor memukau khas pasukan abadi kerajaan menyalurkan energi cahaya dari dalam tubuh mereka melalui telapak tangan atau ujung jari mereka ke tengah arena.
Masing-masing penggali bakat itu juga diliputi lingkaran cahaya berbeda warna berbentuk cakram dengan rata-rata tiga lingkaran, kecuali penggali bakat yang memegang bola kristal. Pemilik bola kristal itu memiliki empat lingkaran cahaya di tubuhnya.
Itu adalah ritual pembangkit peri pelindung!
Dan ketujuh pria berjubah armor itu disebut penggali bakat. Sebagian orang menyebut mereka Penggali Kubur.
Lalu dalam hitungan detik, dari telapak tangan si anak laki-laki tadi berpendar lingkaran cahaya berwarna perak bersama sebuah benda berbahan logam seukuran jari telunjuk orang dewasa.
Benda yang keluar dari telapak tangan anak laki-laki itulah yang disebut sebagai peri pelindung.
Dan peri pelindung anak laki-laki itu adalah palu.
Sembilan pejabat kehormatan dari sembilan aliansi paling bergengsi di Negeri Peri bertepuk tangan menyambut bakat si anak.
Peri pelindung palu adalah peri pelindung terbaik yang sangat kuat.
Ketujuh pria berjubah armor yang melakukan ritual itu menarik energi mereka dan menurunkan tangannya masing-masing. Lingkaran-lingkaran cahaya berangsur-angsur menghilang.
Lalu salah satu dari mereka melangkah ke tengah arena membawa sebuah bola kristal dan mengulurkannya pada si anak.
Anak laki-laki itu menaruh telapak tangannya pada bola kristal itu dan tak lama kemudian para pejabat kehormatan yang disebut-sebut sebagai para pejabat pencari bakat itu mengerang hampir bersamaan.
"Sayang sekali," mereka bergumam kecewa. "Peri pelindungnya cukup kuat, tapi tak punya karunia cahaya."
"Tidak memiliki karunia cahaya artinya tidak memiliki bakat spiritual," komentar pria berjubah armor yang membawa bola kristal tadi sambil menarik kembali bola kristalnya. "Sebagus apa pun peri pelindung yang kalian miliki, tanpa bakat spiritual, peri pelindung tidak berguna!"
Anak laki-laki itu mendesah kecewa dan tertunduk, lalu berbalik meninggalkan arena, bergiliran dengan peserta lainnya.
Evelyn bertukar pandang dengan kakak sepupunya dengan tatapan antara cemas dan penasaran.
"Hanya dua langkah," kata Evelyn. "Tak sampai sepuluh menit untuk setiap anak."
"Kalau begitu, sebaiknya kita turun saja sekarang!" Nadine mengusulkan dengan bersemangat sekaligus gugup.
Evelyn mengikutinya, tapi tatapannya menyisir seluruh tempat, mencari-cari sosok ayahnya di antara kerumunan semua orang. Ayah datang tidak, ya? ia bertanya-tanya dalam hatinya.
Lalu ia melirik ibunya di tangga kedua bangku penonton.
Ayahnya tidak berada di sana.
Mungkin hanya terlambat, pikirnya, mencoba menenangkan diri.
Ayah Evelyn adalah seorang perwira tentara bintang tiga di kerajaan. Namanya Rodrigo Katz, lebih dikenal sebagai Rodrigo Knight. Markasnya berada di luar kota Fortress. Dan sebagai abdi negara, waktu ayahnya tentu sangat terbatas untuk pribadi. Tapi ayahnya sudah berjanji akan menghadiri upacara kebangkitan peri pelindung Evelyn.
Bagaimanapun, kebangkitan peri pelindung adalah upacara sakral yang hanya akan dilakukan sekali seumur hidup.
Ayah takkan melewatkannya! Evelyn meyakinkan dirinya.
Tapi tampaknya harapan Evelyn takkan terwujud.
Dalam perjalanan menuju kota Fortress, perwira itu dihadang sejumlah pria berseragam ninja misterius, tepat di gerbang perbatasan kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
adi_nata
penggali kubur ? ini serius atau bercanda, thor ?
2023-12-08
1
adi_nata
masa pertumbuhan itu kisaran usia berapa thor ?
2023-12-08
0
adi_nata
sepertinya ini karakter cogan idaman author deh.
wajah lancip putih porselen, tinggi kurus, rambut ikal panjang.
2023-12-08
0