Akhirnya Evelyn meneruskan perjalanan pulang, sambil hati-hati mengatur kakinya di atas plat metal yang hampir sulit menjaga sepatunya tetap berada di atas lumpur.
Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau jadi egois…
Evelyn sama sekali tidak tahu bagaimana harus memulainya, memikirkan bagaimana cara membayar jasa pemeliharaan Katz Manor, biaya yang besar meskipun orang yang mendiaminya semakin berkurang.
Tanggung jawab itu ada padanya sekarang. Menjual Katz Manor tidak ada dalam daftarnya, tapi bagaimana ia harus membayar pajak-pajak, belum lagi memperbaiki atap tua yang bocor, ia tidak tahu.
Mungkin mereka harus mulai mencari suami, pikirnya dengan gelisah. Apa pun yang terjadi, ia tak sanggup untuk kehilangan rumahnya.
Rumah bobroknya dan desa yang sepi ini adalah satu-satunya tempat di bumi di mana ia benar-benar merasa aman.
Di samping itu, lukisan dinding konyol setengah jadi yang ditinggalkan ayahnya, masih ada di belakang taman yang sudah rimbun tak terawat itu. Jika ia harus menjual rumah tersebut, pemilik baru mungkin akan menghancurkan taman itu, dan baginya itu sama saja dengan kembali kehilangan ayahnya, bersama dengan sebagian besar kenangan dari masa kecilnya, bagian dari kehidupannya yang penuh harapan.
Di lain pihak, jika ia tidak mengambil tindakan cepat, bisa dipastikan ia akan kehilangan rumah tersebut.
"Salah satu dari gadis-gadis itu masih mungkin mendapatkan jodoh yang mapan…"
Pada saat itu, Evelyn mendengar kereta berderap di atas jalanan dan ia menoleh bersamaan dengan langkahnya yang makin menjauh dari sisi jalan.
Dari balik kegelapan datang empat kuda putih yang menarik kereta dengan cat merah muda menghiasi sekelilingnya.
Saat Evelyn melihat kendaraan itu bergerak ke arahnya, untuk pertama kali di hari itu ia tersenyum.
Ibu baptisnya, Mrs. Morgenstein, sudah datang jauh-jauh dari ibukota.
Evelyn tahu sahabat setia ibunya sejak masa kecil telah diundang untuk tinggal bersama mereka selama beberapa hari.
Sebagai wanita yang eksentrik Mrs. Morgenstein selalu datang di saat krisis.
Entah bagaimana hujan berhenti secara ajaib saat si kusir, Gerome, melompat menuruni tangga kereta yang tinggi untuk kemudian berhenti di sisinya. Ia mengangkat topinya dengan riang, "Selamat siang, Miss Evelyn!"
Ketika Evelyn mengangguk pada pria itu, ibu baptisnya tiba-tiba mengeluarkan kepalanya dari balik jendela. "Oh Tuhan, aku terlambat! Evelyn, sayang, betapa sangat memalukannya diriku! Apakah aku telah melewatkan seluruh upacara pemakaman? Ayo masuk ke dalam kereta, Sayang! Kau ini ada-ada saja, apa yang kau lakukan berjalan di tengah hujan seperti ini?"
"Aku sedang menikmati hujan, Ma'am, dan ya, kau telah melewatkan seluruh rangkaian upacara. Tapi tidak masalah," Evelyn tidak dapat menyembunyikan senyum kecutnya. "Kau datang tepat pada waktu dihidangkannya teh dan kue-kue di rumah."
"Ah, syukurlah kalau begitu!" Mrs. Morgenstein meloncat dari kereta dan merunduk masuk ke bawah payung Evelyn. Wanita yang pendek, gempal, dan mengenakan banyak perhiasan memeluk pundak Evelyn sesaat, menatap wajahnya dengan tatapan penuh perasaan simpati, kemudian tiba-tiba saja wanita itu memeluk dengan penuh emosional. "Oh sayangku, gadisku. Anak malang! Kau sudah menanggung kesedihan sejak kakekmu pergi, benar, kan? Tentu saja," tukas wanita itu sambil terisak. "Apa kau berada di sisi ayahmu ketika dia mengembuskan napas terakhir?"
"Tidak," air mata memenuhi kelopak mata Evelyn saat ia tersentuh oleh kehangatan kasih sayang ibu baptisnya. "Seseorang, orang asing mengabari kami ketika kami di Balai Budaya. Katanya, Ayah meninggal dalam perjalanannya menuju Fortress."
"Oh... dia memang seorang pahlawan sampai detik akhir hidupnya."
Evelyn mengangguk. "Dia pasti sangat berusaha untuk menghadiri acara itu…"
"Well, saat ini dia sudah berada di surga bersama kakekmu, pamanmu dan kakak sepupumu. Sudah, sudah, Anak manis. Apakah kau baik-baik saja sekarang?"
Evelyn berusaha mengangguk dan menyeka air matanya.
"Gadis pemberani." Mrs. Morgenstein menepuk-nepuk pipinya.
Mrs. Morgenstein adalah sepupu ibunya dan satu-satunya orang yang Evelyn lihat benar-benar tahu bagaimana menangani Lady Catherine.
Persahabatan mereka cukup membingungkan di mata Evelyn.
Kedua wanita itu sama sekali tidak memiliki kesamaan. Ibunya, misalnya tidak akan pernah mengenakan jepitan rambut berbentuk bintang berkelap-kelip seperti yang ada di rambut Mrs. Morgenstein. Terutama tidak untuk menghadiri acara pemakaman.
"Oh!" janda gemuk itu tiba-tiba berseru dengan semangat, "Evelyn, anakku, kau harus membiarkan aku membawamu menjauh dari tempat suram ini. Aku tahu kau benar-benar orang rumahan, tetapi ikutlah bersamaku ke ibukota. Aku memaksa!"
Evelyn tersenyum kecil. "Aku harus memenuhi waktu berkabung dulu selama enam bulan, sesuai dengan etika."
"Etika, persetan dengan semua itu!" protes ibu baptisnya sembari membelalakkan mata. "Kau sudah berduka sejak berusia tujuh belas tahun! Sudah selesai sekarang! Lord Katz pasti tidak ingin kau bersedih, begitu juga denganku."
"Ah, kau selalu baik padaku."
"Itu karena aku melihat hal-hal yang menakjubkan dalam dirimu, Evelyn."
Evelyn menggeleng mendengar pujian itu, mengusap jejak air mata di pipinya dan mengatakan pada dirinya sendiri itu hanyalah tetesan hujan.
"Baiklah kalau begitu," tiba-tiba saja Mrs. Morgenstein telah menarik sebuah kesimpulan. "Sudah ditetapkan. Kau akan ikut bersamaku dan kita akan memiliki waktu bersenang-senang! Akan ada konser serta makan malam dan pesta dansa dan hiburan-hiburan malam..."
"Sejujurnya, aku tidak punya pakaian untuk hal semacam itu," potong Evelyn ketakutan, sedikit khawatir dengan pembicaraan ibu baptisnya mengenai dirinya yang akan masuk dalam pergaulan bangsawan ibukota setelah kematian baru saja menghampiri salah satu anggota keluarganya.
"Hush-hush, Miss, hidup itu untuk dinikmati! Perkara pakaianmu, jangan menjadi masalah di kepalamu sedikit pun, kita akan membeli beberapa potong gaun untukmu dalam perjalanan. Jangan khawatirkan masalah biaya... Aku berjanji padamu, itu masalah kecil. Aku ini ibu baptismu dan aku dapat memanjakanmu kalau aku mau! Dan kau tahu, Norbert-ku meninggal dalam keadaan sangat kaya."
Evelyn menatap ibu baptisnya dengan tak yakin. "Sulit rasanya menerima pemberianmu."
"Dasar gadis bodoh! Menjadi pendampingmu di ibukota, akan menjadi hal yang paling menggembirakanku selama bertahun-tahun! Sekarang, jangan angkuh seperti ibumu, atau keras kepala seperti kakekmu. Ayolah, Eve, aku tahu kau wanita muda yang praktis... dan kau tahu bahwa aku akan selalu berada di sisimu."
Mata Evelyn berkaca-kaca tapi ia memalingkan wajahnya, berusaha menahan air matanya dengan mengedipkan mata. "Baiklah... aku akan mempertimbangkannya. Tapi tolong berjanjilah satu hal padaku." Evelyn melirik ibu baptisnya dari samping.
"Apa itu?"
"Kau tidak akan menjadi makcomblangku, apa kau bersedia?"
Mrs. Morgenstein berseri-seri. "Baiklah, sebenarnya... karena sekarang kau telah menyinggung hal itu, Sayang, mungkin ada dua atau tiga pria muda yang menyenangkan yang telah kutemukan di sekitar ibukota, yang aku kira sangat sempurna untukmu."
Evely mengerang, kemudian tiba-tiba saja berubah, dan menyerukan sebuah pertanyaan konyol, "Apakah mereka kaya?"
"Evelyn, Sayang," Mrs. Morgenstein menjawab dengan tatapan nakal, "mereka kaya bagai para pangeran. Lagi pula, aku takkan membuang waktumu."
"Hmm…" gumamnya, menatap Katz Manor yang besar, dingin dan suram dari balik bahu Mrs. Morgenstein. Atapnya mungkin sudah bocor sekarang.
Ketika Mrs. Morgenstein menunjuk ke arah kereta mengundang, Evelyn menatap wanita itu dengan tajam, kemudian menutup payungnya dan melangkah ke dalam kereta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments