"Master, kita mau mencari peri monster di mana?" Evelyn bertanya ketika Nazareth membimbingnya ke pintu gerbang dan mendapati sebuah kereta kuda sudah menunggu mereka.
Nazareth tidak menjawab, hanya mengerling ke arah kereta, mengisyaratkan Evelyn untuk segera naik.
Evelyn bergegas memanjat ke dalam kereta. Dan ketika guardiannya mengambil tempat duduk di hadapannya dalam kereta itu, jantungnya berdebar kencang, setiap keping jiwanya serasa gemetar.
Xenephon muncul di gerbang setelah beberapa saat menghilang. Ia membawa sebuah bungkusan yang kemudian diserahkannya pada Nazareth melalui jendela kereta, lalu membungkuk dan mengepalkan sebelah tangannya di bahunya---memberi hormat tentara. "Hati-hati di jalan!" katanya.
Nazareth hanya mengangguk singkat dan menutup tirai kereta.
Evelyn tertunduk dengan lesu. Kedua tangannya terlipat di atas pahanya.
Nazareth meletakkan bungkusan yang diberikan Xenephon tadi di pangkuan Evelyn. "Makanlah!" katanya singkat.
Evelyn tertegun sesaat menatap bungkusan itu, kemudian memberanikan diri untuk melirik ke arah gurunya dan mendapati pria itu tengah mengamatinya dengan pipi bersandar pada kepalan tangan, dan sebelah siku bertopang pada tepian kereta kuda.
Evelyn merasakan kekuatan, getaran, dan panas dari tatapan Nazareth turun hingga ke ujung kakinya.
Gadis itu kalang kabut—wajahnya memerah, memucat, bahkan mungkin kedua-duanya. Ia gugup, tentu saja. Ia berusaha untuk berpaling tapi ia tak mampu.
Pria itu memberinya tatapan yang menenangkan. Sinar matanya yang dingin melembut, dan Evelyn ingat untuk menarik napas.
Aku tahu kau belum makan, tatapan Nazareth meyakinkannya. Perhatian yang tak terucap dari pendekatan guardiannya yang lembut dan tak terduga, menggoyahkannya. Membuatnya terharu.
Namun, secara perlahan dan hati-hati, otot-otot dada dan bahu Evelyn yang tegang mulai mengendur.
Gadis itu menelan ludah dengan susah payah dan mengalihkan perhatiannya pada bungkusan yang diberikan guardiannya.
Oh, Tuhan! pikirnya. Lelaki ini bahkan bisa memberikan pengaruh yang sedemikian rupa pada tubuhku tanpa harus repot-repot menyentuhnya sama sekali.
Kereta kuda mereka mulai tersentak dan menggelinding.
Sementara itu, sedapat mungkin, Evelyn menjaga pandangannya tetap ke bawah dengan malu, berusaha menutupi reaksinya yang sangat kuat atas perhatian guardiannya.
Beberapa saat kemudian…
"Master, lanjutkan penjelasan pengetahuan tentang peri monster!" pinta Evelyn setelah ia selesai makan.
"Baik," Nazareth menanggapi dengan senyuman tipisnya yang penuh daya pikat. "Kau harus mengingatnya dengan baik."
"Hmh!" Evelyn mengangguk dengan antusias.
"Peri Monster terbagi menjadi lima level," Nazareth memulai penjelasannya. "Peri monster puluhan tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, puluhan ribu tahun, dan ratusan ribu tahun, dengan masing-masing warna—putih, kuning, ungu, hitam dan merah."
Evelyn menatap gurunya, terbuai oleh gaya bicara dan caranya memberikan penjelasan. Pria ini memang ahli teori, pikirnya.
"Itu adalah lima warna cakra," Nazareth menambahkan. Semakin lama usia peri monster, semakin besar kekuatan spiritualnya, dan keunggulan cakra yang dihasilkan juga semakin baik."
Kusir Nazareth mengarahkan kereta keluar area institut menuju area kekaisaran yang megah di mana para bangsawan tinggal.
"Hutan berburu peri monster terletak di timur laut kota Ilusi," Nazareth memberitahu. "Itu adalah tempat orang kekaisaran memelihara peri monster. Di dalamnya, kebanyakan peri monster berusia puluhan dan ratusan tahun, jarang ada yang berusia di atas ribuan tahun. Tapi mengingat levelmu saat ini, peri monster puluhan dan ratusan tahun juga sudah cukup."
Evelyn mengangguk sekali lagi. Lalu menatap guardiannya lagi. "Master, kekuatan cakra spiritual itu… paling utama ditunjukkan di bagian mana?"
"Pertanyaan bagus," Nazareth menanggapi dengan senyuman tipisnya yang khas. "Cakra spiritual bisa menambah atribut pada peri pelindung, juga bisa memberikan teknik khusus pada Master Spiritual. Sebagai contoh, kau mendapat cakra spiritual puluhan tahun yang cocok. Sifat pengendali rumput liarmu akan bertambah sepuluh. Jika cakra spiritualmu berusia ratusan tahun, pengendalinya bertambah seratus. Teknik unggul cakra ratusan tahun biasanya lebih kuat dari pada cakra puluhan tahun."
Evelyn langsung tertunduk, "Berarti… para bangsawan yang berkuasa bisa membunuh peri monster yang lebih kuat."
"Bagus sekali!" puji gurunya. "Tampaknya kau mempertimbangkannya dengan teliti. Keluarga bangsawan memang lebih diuntungkan saat berburu. Namun syarat tambahan cakra spiritual sangat ketat."
Evelyn mengerjap dan mengerutkan dahi, menatap guardiannya lagi.
"Pertama, setelah peri monster mati, cakra spiritual akan cepat hilang," Nazareth melanjutkan. "Cakra spiritual hanya dapat diserap oleh master spiritual yang membunuhnya. Kedua, peri monster sangat tinggi hati, mereka takkan mengizinkan dirinya ditangkap. Begitu mereka terluka berat, rata-rata mereka lebih memilih bunuh diri untuk mencegah master spiritual menyerap cakra spiritual. Master spiritual harus cukup kuat untuk menyerap cakra spiritual. Jika tidak, begitu tak bisa menahan kekuatan spiritual, ia akan mati."
Evelyn menyimak penjelasan guardiannya, dengan tatapan suram. Wajahnya menegang.
Kereta mereka berbelok di depan, memutari sebuah taman, dan beberapa saat kemudian, kereta itu berhenti di depan sebuah gerbang tinggi menjulang bertulisan: HUTAN BERBURU PERI MONSTER.
Evelyn duduk tegak dengan ketertarikan yang baru.
Nazareth keluar lebih dulu dan membantu Evelyn meloncat turun.
Di depan gerbang itu, berderet sejumlah pria tinggi besar berotot dengan baju zirah dan helm baja bertanduk seperti mahkota, yang secara spontan memasang sikap waspada begitu Evelyn dan Nazareth mendekat. Masing-masing mereka membawa tombak bermata tiga yang langsung disilangkan di depan Evelyn dan Nazareth.
Tidak semua orang diperbolehkan masuk ke hutan berburu peri monster. Hanya master spiritual yang memiliki pelat dari Ordo Angelos atau orang kaisar dengan lencana khusus yang boleh masuk ke hutan untuk berburu.
Setelah Nazareth memperlihatkan sesuatu---entah pelat dari Ordo Angelos atau lencana khusus orang kaisar, para penjaga itu langsung membungkuk memberi hormat, kemudian membukakan pintu.
Evelyn mengerutkan keningnya. Ia tidak melihat apakah itu pelat dari kekaisaran atau lencana orang kaisar. Tapi jika itu hanya pelat, lalu kenapa para penjaga itu sampai harus membungkuk? pikirnya.
Lalu ia memutuskan untuk bertanya terus terang. "Master, kenapa mereka membungkuk? Apakah karena pelat dari kekaisaran, atau… lencana khusus?"
Nazareth tersenyum samar. "Tentu saja karena pelat Ordo Angelos!" jawabnya. "Pelat Ordo Angelos sudah menjadi… semacam dekret kaisar."
Evelyn mengangguk-angguk tanda mengerti. Meski hatinya tidak merasa yakin.
"Lencana khusus juga sama," Nazareth menambahkan. "Kelak, kalau kau memasuki tempat-tempat yang membutuhkan pelat kekaisaran, kau bisa menunjukkan lencana ayahmu. Kau membawanya, kan?"
Jadi yang tadi memang lencana? pikiran Evelyn yang terlalu aktif tak segan-segan menawarkan gagasan ini.
Ia ingat ketika Xenephon menjemputnya, jenderal itu mengatakan bahwa beasiswa yang ia dapatkan diberikan oleh kaisar. Tapi rumor yang beredar di akademi, ia disekolahkan oleh pemilik akademi.
Siapa orang ini sebenarnya selain ketua ordo? Evelyn bertanya-tanya dalam hatinya. Ada kaitan apa dia dengan kaisar?
Pasti bukan orang yang sederhana! Evelyn menyimpulkan.
Ini jelas bukan lelucon!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments