Evelyn jatuh tertidur setelah Nazareth berpesan bahwa ia harus menjaga kalungnya dengan sangat baik karena orang lain mungkin mengincarnya.
"Beberapa akan merenggutnya dengan jalan kekerasan," Nazareth memperingatkan.
Dan Evelyn tertidur pulas setelah itu, bahkan di tengah hutan berburu dengan sedikitnya ratusan peri monster berkeliaran di sekelilingnya.
Entah karena terlalu lelah atau terlalu senang setelah menerima hadiah dari guardian tampannya yang—tanpa ia sadari—tak dipandangnya sebagai guru namun sebagai laki-laki. Ditambah sentuhan lembut di puncak kepalanya yang menenangkan.
Nazareth mengambil tempat beberapa meter dari tempat Evelyn berbaring, duduk bersandar pada batang pohon sambil memeluk dan mengusap-usap lembut kepala boneka hidupnya yang mulai terlelap. Ia memandangi wajah Evelyn dengan ekspresi sendu. Tenggelam dalam pemikiran mendalam dan perasaan lembut yang menyayat seperti alunan biola.
Tak lama kemudian, ia pun jatuh tertidur.
Migi Vox mengangkat wajahnya dari dada pria itu dan menatapnya dalam waktu yang lama, mencoba memastikan pria itu benar-benar terlelap. Lalu merayap turun dari pangkuan pria itu dan mengendap-endap ke arah Evelyn.
Migi Vox tidak terlihat seperti boneka. Orang-orang yang tidak memperhatikannya dengan baik akan mengira Migi Vox anak Nazareth.
Ia terlihat seperti balita. Namun ukurannya sedikit terlalu kecil. Selebihnya, segala sesuatunya terlihat seperti Nazareth versi balita.
Boneka itu sekarang membungkuk di atas kepala Evelyn, mengamati wajah gadis itu dengan alis bertautan. Sebuah seringai mengerikan tersungging di sudut bibirnya.
Sementara itu, Evelyn sedang bermimpi tentang guardian tampannya. Terpesona oleh sentuhan lembut guardiannya yang penuh perhatian, ia memimpikan sentuhan itu di kepalanya.
Dalam mimpinya, Evelyn meringkuk dalam dekapan guardiannya seperti Migi Vox sementara pria itu mengusap-usap lembut kepalanya. Lalu entah bagaimana pria itu membungkuk dan mengecup keningnya, pipinya, kemudian bibirnya. Evelyn bisa merasakan sepasang bibir tipisnya yang dingin menyentuh kulitnya.
Tak lama kemudian Evelyn merasakan tangan guardiannya merayap turun dari bahunya, mengusap lembut pangkal lengannya, lalu menelusup ke balik bajunya. Telapak tangannya terasa dingin. Tapi kenapa rasanya begitu... kecil? pikir Evelyn.
Evelyn mengerjap dan membuka matanya, lalu tertunduk dan menjerit.
Nazareth terbangun dari tidurnya, tatapannya yang panik menyapu sekeliling.
Evelyn menarik duduk tubuhnya dengan tersentak. Beberapa kancing bajunya terlepas dan bagian depan tubuhnya terbelalak.
Nazareth menoleh dan terperanjat. "Vox!" pekiknya sambil melontarkan energi spiritual berbentuk serat dan menarik bonekanya.
Boneka itu mendarat di pangkuannya dan meronta-ronta.
"Kenapa kau menjadi semakin tak patuh?" Nazareth memarahinya.
Evelyn merenggut bagian depan pakaiannya dan beringsut, memutar tubuhnya memunggungi Nazareth dengan wajah merona.
"Maaf, ini salahku," sesal Nazareth sambil memalingkan wajahnya dari Evelyn. "Aku tidak mengendalikannya dengan baik!"
Boneka mesum sialan! gerutu Evelyn dalam hati, sambil memasang kembali kancing bajunya dan memperbaiki penampilannya.
"Aku tertidur, dan…"
"Tidak apa-apa!" potong Evelyn cepat-cepat. Ia sudah selesai memperbaiki penampilannya tapi belum berani menoleh pada Nazareth.
Begitu pun sebaliknya, Nazareth tidak berani menoleh pada Evelyn.
Wajah keduanya bersemu merah, sementara Migi Vox melirik mereka sembari menyeringai.
Sekarang aku mengerti apa maksudnya "Menjadi semakin tidak patuh dan melakukan hal yang tidak aku sukai!" pikir Evelyn. Ia melirik ke arah boneka di pangkuan Nazareth melalui sudut matanya.
Boneka itu menoleh padanya sambil menyeringai.
Nazareth mencengkeram wajah boneka itu dan memalingkannya dari Evelyn.
Kedua tangan mungil Migi Vox mengais-ngais udara kosong, mencoba melepaskan diri.
"Diam!" geram Nazareth.
"Aku akan mencari makanan!" kata Evelyn sambil melompat berdiri.
"Tidak!" sergah Nazareth. Pria itu akhirnya menoleh pada Evelyn. "Hutan ini berbahaya," ia mengingatkan. "Kita akan mencarinya bersama-sama sambil melanjutkan pencarian," katanya sambil menarik tubuhnya berdiri.
Evelyn melirik Migi Vox sekali lagi.
Boneka itu sudah terlihat lebih tenang sekarang.
Nazareth mulai melangkah memimpin jalan.
"Kenapa Master tidak menyimpannya kembali?" tanya Evelyn ketika mereka mulai berjalan menyusuri jalan setapak.
"Dia sudah tidak menjadi satu dengan tubuhku," jawab Nazareth tanpa menoleh.
Evelyn mengerutkan keningnya.
"Selama ini aku menyimpannya di dalam kalung," Nazareth memberitahu.
Evelyn menunduk dan menyentuh bandul kalung pemberian guardiannya.
"Meski begitu…" Nazareth melanjutkan dalam gumaman rendah. "Dia tetap menjadi bagian dari tubuhku."
"Maksud Master?" Evelyn tidak mengerti.
"Apa pun yang menimpanya akan menimpaku juga. Sebagai contoh, jika dia terkena racun, maka racunnya akan menyebar ke tubuhku," jelas Nazareth. "Atau jika dia terluka, aku yang akan merasakan sakitnya. Aku merasakan apa pun yang menyentuhnya seperti menyentuh tanganku!"
Evelyn menelan ludah dan tercenung. Lalu, apa ketika Migi Vox menyentuhku, apakah dia juga merasakannya? ia bertanya-tanya dalam hatinya.
Seolah bisa membaca pikiran Evelyn, Nazareth menambahkan. "Kecuali jika aku sedang tertidur!"
Evelyn langsung tertunduk.
Lalu tiba-tiba boneka itu mulai meronta-ronta lagi di pangkuan Nazareth.
Nazareth menangkupkan telapak tangannya di puncak kepala boneka itu untuk menenangkannya.
Migi Vox tetap meronta-ronta, tubuhnya hampir melejit ke semak-semak.
Nazareth akhirnya mengerti boneka itu baru saja menemukan pohon apel tak jauh dari tempat mereka. Lalu melepaskannya.
Migi Vox melompat ke pohon itu dan memetik salah satu buahnya, kemudian melemparkannya ke arah Nazareth.
Nazareth menangkapnya dan memberikannya pada Evelyn.
Migi Vox sekarang mengepak-ngepak di sekeliling pohon apel itu seperti seekor kelelawar dan merontokkan hampir semua buahnya.
"Cukup!" hardik Nazareth sambil menarik kembali bonekanya. Ia melayangkan telapak tangannya dan mengumpulkan semua apel yang berceceran ke satu tempat. Lalu menuntun Evelyn ke arah pohon apel itu untuk beristirahat.
Migi Vox melompat dari pangkuan Nazareth dan menghambur ke arah tumpukan apel tadi. Ia menjatuhkan dirinya di atas tumpukan apel dan menenggelamkan dirinya seperti anak-anak dalam wahana mandi bola.
Evelyn terkekeh geli melihat tingkah laku boneka itu.
Migi Vox mengambil salah satu apel dan menggigitnya, lalu melemparkannya. Mengambil satu apel lagi, menggigitnya sekali dan melemparkannya lagi.
"Apa dia benar-benar memakannya?" tanya Evelyn.
"Ya," jawab Nazareth. "Dia butuh makan untuk mengurangi penyerapan nutrisi dari tubuhku."
"Kalau begitu dia harus makan lebih banyak," kata Evelyn sambil membungkuk di atas kepala Migi Vox, "Aku punya makanan lain, Vox!" Evelyn mengulurkan setangkai anggur yang ditemukannya di tempat itu juga.
Migi Vox melompat dan meraihnya dengan gembira.
"Lihat ini!" kata Nazareth di dekat rumpun bambu. Ia mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuknya pada salah satu batang bambu. "Ini adalah bambu manis, kelebihannya adalah kokoh. Kekuatan menyerang memang lemah, tapi pertahanannya lumayan. Sangat cocok dengan rumput liarmu!"
Evelyn menghampirinya dan mengamati bambu itu sambil memangku Migi Vox yang sedang asyik makan.
"Tapi…" Nazareth mendadak ragu. "Usianya terlalu pendek. "Kita cari yang lain saja!" ia memutuskan. "Kalau tak ada yang lebih cocok, baru pilih dia!"
Evelyn mengangguk dengan semangat.
Migi Vox ikut mengangguk tak kalah semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments