Pembalasan Istri Yang Terbunuh (SUAMIKU SIMPANAN ISTRI BOS)
Braaaakkk!
Suara berisik sekaligus mengejutkan akibat pintu kontrakan ditabrak sepeda motor yang melaju dengan kencang, memecahkan keheningan malam. Resty yang baru beres mandi dan akan membuka pintu kamar mandi, nyaris jantungan karenanya. Wanita bertubuh gempal itu refleks lemas untuk beberapa saat. Walau kejadian semacam barusan sudah terbiasa terjadi akhir-akhir ini dan itu ulah Tomi sang suami, tetap saja Resty tidak terbiasa dan memang tidak bisa menerimanya. Malahan yang ada, wanita berusia dua puluh enam tahun itu merasa sangat marah.
Semenjak anak kedua mereka lahir, kelakuan Tomi yang berprofesi sebagai sopir pribadi di keluarga kaya raya, memang menjadi makin tidak jelas. Tak hanya Resty yang sering dimaki, dibanding-bandingkan dengan Elia—istri muda Tuan Maheza sang bos. Sebab kepada anak-anak mereka pun, Tomi menjadi sangat kasar. Tak jarang, Tomi yang di beberapa kesempatan khususnya malam minggu layaknya sekarang, pulang larut, malah dalam keadaan mabuk. Kenyataan yang teramat Resty benci.
Setelah membawa masuk motor matic-nya dan meninggalkannya di ruang tamu, Tomi melangkah dengan sempoyongan berhias aroma alkohol yang tercium sangat kuat. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi Resty sungguh tidak tahan lagi.
“Ayah, ... Ayah! Itu Cinta nangis, kebangun gala-gala tadi Ayah belisik nablak pintu!” ucap Cikho, anak pertama mereka yang hampir genap berusia lima tahun. Menggebu-gebu dan memang tengah mengadu.
Namun belum juga beres bicara, Tomi langsung membentak, “Berisik!”
“Masih kecil sudah berisik! Enggak tahu apa, Ayah capek banget!!” lanjut Tomi emosional khas orang mabuk.
Tak tanggung-tanggung, Tomi menggunakan kedua tangannya untuk menyingkirkan tubuh kecil Cikho, dari hadapannya.
Resty yang awalnya mengamati, buru-buru lari, menangkap tubuh Cikho dan syukurnya tepat waktu. Resty langsung membawa putranya itu masuk ke dalam kamar selaku sumber tangis bayi perempuan terdengar kencang.
Tanpa peduli pada tatapan Cikho yang begitu kebingungan sekaligus penasaran, juga tangis Cinta yang makin menjadi-jadi lantaran tak kunjung ditenangkan, Resty menutup, mengunci pintu kamar keberadaan kedua anaknya, dari luar. Resty melakukannya agar anak-anaknya aman dari serangan sang ayah yang menjadi mirip ODGJ. ODGJ pemuja istri muda bos, tepatnya!
Tentunya, Resty juga tidak rela anak-anaknya menyaksikan tingkah tidak jelas sang ayah ketika pria itu sedang mabuk layaknya sekarang.
“Apa kamu? Dikiranya aku akan tergoda, malam-malam kamu sampai keramas begitu? Jijik, iya!” Masih seperti biasa, Tomi yang mabuk, kembali menghina Resty.
“Badan mirip babi buntung juga! Paling banter cuman pakai daster, bisa-bisanya mau menyaingi ibu Elia!”
Resty menggeleng tak habis pikir karena selanjutnya, sang suami sampai membahas bagian-bagian tubuh ibu Elia. Dari ukuran sekaligus bentuk payudara, bokong, bahkan bagian vital sekaligus kewanitaan lainnya. Tomi terkesan sangat hafal, tapi tak seharusnya juga pria itu membahasnya. Namun yang Resty tahu, ocehan orang mabuk malah kebanyakan jujur! Lantas, benarkah Tomi memang setahu itu? Atas dasar apa?
Resty yang tidak tahan mendengarnya, memilih mengguyur Tomi dengan seember air dan wanita itu ambil dari depan kamar mandi di sebelah dapur. Air tersebut bukan air biasa karena Resty telah mencampurnya dengan setengah kilogram cabai bubuk. Wajah Tomi selaku tujuan yang Resty guyur langsung kuyup sekaligus merah. Malahan pria berparas tampan dan makin hari makin necis itu, sampai batuk-batuk karena tak sengaja meminum sebagian airnya. Meski tak lama kemudian, Tomi malah berakhir terjatuh, nyaris teler.
“Kalau menurut Mas, ibu Elia jauh lebih menggoda, ibu Elia jauh lebih membuat Mas puas, bahkan ibu Elia jauh lebih layak dijadikan istri, nikahin, Mas! Sana nikahin ibu Elia! Aku sama sekali enggak keberatan. Aku sama sekali enggak merasa rugi! karena tanpa Mas, pun, aku bisa bahagia! Tanpa Mas, aku akan jauh lebih bahagia!” ucap Resty.
“Satu lagi, ... alasanku malam-malam keramas bukan buat menggoda Mas apalagi bikin Mas mengakui aku lebih baik dari ibu Elia. Karena meski sekarang sudah hampir pukul dua belas malam, aku baru beres urus orderan buat besok, Mas! Kalau aku enggak kerja, memangnya ke depannya kita makan apa karena uang gaji Mas saja makin hari makin enggak jelas?”
“Harusnya sebagai suami, Mas malu karena justru aku yang jadi tulang punggung keluarga ini!”
“Harusnya sebagai suami, Mas jauh lebih menghargai aku apalagi alasanku gendut begini karena aku melahirkan anak-anak Mas! Aku yang selama ini mengabdi kepada Mas, menemanimu dalam suka dan duka!”
“Satu lagi, aku enggak pernah punya masalah dengan ibu Elia karena sekadar kenal saja, enggak! Kami beneran enggak ada sangkut pautnya! Enggak sepantasnya Mas membanding-bandingkan kami! Andai pun Mas sudah bosan ke aku, Mas cukup kembalikan aku ke orang tuaku!”
Walau sadar berbicara dengan orang mabuk hanya sia-sia, paling tidak Resty sudah meluapkan unek-uneknya dan itu cukup membuat rasa sesak di dadanya sedikit berkurang.
“Besok kalau Mas sudah enggak mabuk, tolong jangan sibuk mengelak lagi. Karena daripada jawaban Mas saat Mas enggak mabuk, ocehan Mas saat sedang mabuk layaknya sekarang jauh lebih bikin aku percaya!”
Belum puas hanya mengomel saja, Resty sengaja melemparkan ember di tangan kanannya sekuat tenaga. Namun, lemparan ember yang Resty lakukan dan mengenai kepala Tomi, sama sekali tidak mengusik pria itu. Menegaskan, kini Tomi benar-benar teler.
Mendapati kenyataan tersebut, Resty hanya bisa menangis. Wanita itu merasa sangat nelangsa, tak menyangka rumah tangga yang mereka bangun atas dasar saling cinta, akhir-akhir ini menjadi dihiasi banyak luka.
Resty sempat berpikir, alasan Tomi berubah karena tekanan masalah ekonomi. Namun tampaknya alasan tersebut tetap bukan penyebabnya. Sebab Tomi tetap berulah meski Resty yang sengaja membuka warung makan demi meringankan tanggung jawab Tomi, menghasilkan uang bulanan lebih dari gaji Tomi.
Kini, dering telepon yang terus terulang dari ransel kecil di pundak kanan Tomi, mengusik Resty. Resty yang sempat terduduk, berangsur berdiri untuk memastikan.
Yang Resty khawatirkan, saat pulang tadi, Tomi kembali terlibat kecelakaan. Sedangkan telepon tersebut merupakan telepon dari pihak korban. Alasan yang juga membuat gaji Tomi tidak sampai Resty karena untuk membayar ganti rugi. Malahan tak jarang, Resty harus keluar uang untuk menebus kekurangannya.
“Ibu Elia ...?” batin Resty yang belum apa-apa sudah deg-degan bahkan takut. Apalagi semenjak tiga bulan terakhir, nama ibu Elia selalu jadi bidadari terindah untuk seorang Tomi. Termasuk ketika mereka melakukan percintaan sekaligus hubungan suami istri, nama ibu Elia juga yang masih Tomi sebut, bukan nama Resty.
Tak tanggung-tanggung, di layar ponsel Tomi ada sembilan panggilan WA tak terjawab, selain enam pesan masuk dan semua itu dari ibu Elia.
“Semoga enggak. Semoga Mas Tomi enggak sampai macam-macam apalagi bikin ibu Elia marah,” batin Resty yang juga sengaja membuka pesan dari ibu Elia. Resty ingin memastikannya.
Resty penasaran, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa istri muda dari bos suaminya itu begitu sibuk menghubungi Tomi?
Deg!
Baru membuka pesan di ruang obrolan ibu Elia dan sang suami, Resty langsung syok. Dada Resty seolah dipalu sangat kuat, dan tubuhnya langsung gemetaran, panas dingin tak karuan. Ada yang tidak beres, Resty yakin itu!
Resty berusaha memberanikan diri untuk kembali menatap saksama isi ruang obrolan WA ibu Elia dan Tomi. Ia memungut ponsel Tomi yang sempat refleks terjatuh dari genggamannya. Tidak, Resty tidak sanggup karena apa yang ia lihat sungguh benar. Di WA yang baru ia buka, salah satunya berisi foto telanjang seorang ibu Elia menghadap kamera sambil memamerkan kewanitaannya! Ekspresi sekaligus pose ibu Elia benar-benar tidak pantas dijelaskan. Mirip model video panas yang memang sengaja menggoda.
Pertanyaannya, kenapa istri seorang bos besar sekelas Tuan Maheza, sampai mengirimi Tomi foto tak lazim seperti itu? Terlebih jika dibandingkan dengan Tuan Maheza yang tampan, gagah, dan tubuhnya sangat atletis menyerupai aktor laga, Tomi tidak ada apa-apanya!
Ibu Elia : Pah, kirimin punya kamu dong. Pengin lagi! Yang tadi beneran belum puas, tapi si Maheza keburu dateng. Sebel banget sumpah!
Ibu Elia : Aku beneran enggak tahan. Aku habis nonton ini. Besok di vila, kita coba gaya mereka ya, kayaknya enak banget.
Ibu Elia : Pah, kamu ke mana, sih? Kok enggak balas-balas? Aku mau kamu ke sini sekarang! Mumpung Maheza sudah tidur di kamarnya bareng mayatnya si Cinta. Lagian si Martin kayaknya juga kangen sama kamu. Kamu kan papahnya Martin, tentu yang Martin cari kamu, bukan si Maheza.
Ibu Elia : Bang-sat kamu, Pah! Kamu bilang, kamu jijik ke istri kamu. Tolong dong, buktiin. Aku beneran ingin bukti! Kamu harus jauh-jauh dari dia, kalau perlu, kalian cerai saja! Jangan sampai istrimu hamil lagi kayak kemarin padahal kamu sudah sumpah-sumpah enggak bakalan sentuh dia! Ceraikan dia, nanti aku kasih kamu rumah!
“Hah!” Resty yang merasa sangat kebas, terduduk lemas di hadapan sang suami. Ia menatap kecewa sekaligus miris wajah Tomi. Benar-benar tidak menyangka, ternyata suaminya itu telah bermain api.
Di tengah tatapannya yang kosong, sampai detik ini Resty tetap sulit untuk percaya, bahwa suaminya yang hanya bekerja sebagai sopir pribadi, juga sampai merangkap menjadi simpanan istri muda bosnya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Endang Supriati
dl foto dong semua percakapannya.
2024-02-14
0
Deliza Yuseva01
hebat....
2023-12-06
0
Juniarta Butar Butar
keren
2023-12-05
0