“Guardian Angel, katakan padaku ... bolehkah aku menerima tawaran ini?” batin arwah Resty di tengah kenyataannya yang membuat Cinta terus membalas tatapan dalam kedua mata Tuan Maheza.
“Boleh. Dengan catatan, ... kamu bisa membuat Cinta menjadi lebih baik lagi. Dengan kata lain, kamu harus selalu bersikap baik hingga orang-orang mengenal Cinta menjadi pribadi yang lebih baik lagi,” ucap Guardian Angel yang langsung datang. Ia berdiri di sebelah Tuan Maheza dan agak di belakangnya.
Dalam hatinya, arwah Resty berkata, “Masalahnya aku curiga, si Cinta enggak cinta ke Tuan Maheza. Tentu aku salah kalau sampai menerima tawaran ini. Dengan kata lain, aku juga enggak boleh membuat Cinta menerima tawaran Tuan Maheza. Takutnya pas misiku berakhir dan Cinta balik, ... hancur lagi kan hubungan mereka. Malahan jatuhnya, aku jadi PHP Tuan Maheza ....” Resty tidak mau itu sampai terjadi. Apalagi melihat Tuan Maheza memohon seperti sekarang saja, ia tidak tega. Ia merasa sangat bersalah.
“Ada, cinta yang lebih utama dari cinta seorang istri kepada suaminya apalagi jika suaminya setulus Tuan Maheza?” ucap Guardian Angel.
“Secinta apa pun kamu ke laki-laki lain, kalau kamu masih punya suami, jatuhnya dosa. Bahkan itu juga alasan Cinta harus koma selama ini. Dia sudah salah besar menelantarkan suaminya,” jelas Guardian Angel.
Bertepatan dengan itu, tubuh bidang Tuan Maheza memeluk Cinta. Pria itu begitu berharap bahkan tak segan mengemis cinta kepada istrinya sendiri.
“Serius, aku boleh menerima tawaran ini? Rezeki nomplok dong ...,” batin arwah Resty antara bahagia tapi canggung juga.
Lemas, Guardian Angel yang sampai berkaca-kaca berkata, “Selama menjalani misi, tolong jadi istri yang baik buat dia.”
Arwah Resty yang masih menatap kedua mata Guardian Angel, berangsur mengangguk-angguk paham. Kemudian ia mengerjap, detik berikutnya juga Guardian Angel tak lagi ada di hadapannya, meninggalkan bunga melati putih berukuran mungil yang perlahan juga ikut menghilang.
Sudah tidak ada yang perlu Resty khawatirkan. Alasan tersebut juga yang membuatnya membuat Cinta berkata, “Baiklah. Aku terima. Aku terima tawaran dari Mas.”
Mendengar itu, Tuan Maheza yang awalnya baru memejamkan kedua matanya, langsung terbelalak. Kedua tangan Tuan Maheza langsung menahan kedua lengan Cinta yang ia tatap tak percaya.
“Katakan sekali lagi,” sergah Tuan Maheza yang langsung harap-harap cemas.
“Aku mau, ... aku menerima tawaran Mas. Dan mulai sekarang juga, ... mulai sekarang juga aku akan belajar menjadi istri yang baik buat Mas!” ucap arwah Resty sengaja membuat Cinta bersikap manis kepada Tuan Maheza. Termasuk ke depannya, selama ia menjalani misi, Resty pastikan Cinta yang ia kendalikan akan menjadi istri yang baik untuk Tuan Maheza.
Tuan Maheza tidak bisa untuk tidak tersenyum. Ia merasa sangat bahagia. Bahkan alasannya berderai air mata pun karena dirinya terlalu bahagia. Terlebih ketika kedua jemari Cinta sampai membingkai wajahnya, menyeka setiap air mata yang jatuh di sana. “Demi apa pun, ini seperti mimpi. Tapi enggak apa-apa walau ini hanya mimpi. Dan beneran enggak apa-apa jika karena mimpi ini, aku enggak bangun lagi,” ucap Tuan Maheza masih berlinang air mata. “Terima kasih banyak.”
“Ya Tuhan ... kok sesakit ini? Kenapa dia sampai bilang begini? Rasanya lebih sakit dari diselingkuhi, tau!” batin arwah Resty tak tega. Ia sengaja berjinjit, kemudian mendaratkan bibirnya di kening pria yang harus ia perlakukan baik sebagai suami.
Tuan Maheza memejamkan kedua matanya seiring senyum yang membuat hatinya turut merasa sangat hangat.
“Ya Tuhan, tolong hentikan waktu jika ini memang mimpi. Biarkan aku seperti ini saja,” batin Tuan Maheza yang sampai meletakan kedua tangannya di pinggang ramping milik Cinta.
Perlahan tapi pasti, kedua mata Tuan Maheza berangsur terbuka lantaran kini, Cinta tengah membantunya melepas dasi, kemudian juga jasnya.
“Sudah malam, Mas. Sekarang Mas juga ganti pakaian, terus tidur apalagi besok Mas pasti juga sibuk. Terus, besok aku izin buat menemui Tomi. Boleh, kan? Oh iya ... besok jenazah Resty juga dipulangkan, ya?” ucap Cinta. Detik itu juga arwah Resty galau karena khawatir pada kedua orang tuanya yang sudah tua.
Resty ingat, kedua orang tuanya sempat memintanya untuk lahiran di kampung. Orang tua Resty takut Resty kerepotan karena selain ada Cikho yang masih kecil, Tomi juga jarang pulang. Tentu Resty juga masih ingat, saat itu dirinya langsung menolak, meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dirinya bisa mengurus dua anak sekaligus sambil tetap jualan nasi. Namun saat itu Resty juga berjanji, lebaran besok yang tak sampai tiga bulan lagi, dirinya akan pulang kampung bersama kedua anaknya. Meski kenyataannya, Resty malah pulang lebih awal dan itu sebagai jenazah.
“Sesakit ini,” batin arwah Resty yang membuat Cinta berlinang air mata menangisi nasib tragis kehidupannya. Entah rencana apa yang Tuhan siapkan untuknya, kenapa ia harus ada di garis takdir sekarang, padahal Resty yakin, selama ini, dirinya selalu melakukan semuanya dengan baik. Resty bahkan selalu hidup mandiri. Baik kepada kedua orang tuanya, maupun kepada sang suami yang membuatnya menjadi istri mandiri.
Tuan Maheza baru saja menyeka air mata Cinta, tapi dari luar, seseorang menggedor pintu. Itu jelas Elia karena wanita itu terus teriak-teriak.
“Sudah, Mas. Sekarang Mas ganti baju apa mandi, terserah Mas. Si Elia biarin saja. Tapi bentar, biar aku siram saja tuh orang, biar sadar!” ucap Cinta yang buru-buru lari kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Namun di sana ia tak menemukan semacam ember apalagi baskom layaknya di kamar mandi yang ada si kontrakan Resty.
“Ah, tadi di meja dekat tempat tidur ada poci air minum!” pikir Arwah Resty yang lagi-lagi berlari. Ia berpapasan dengan Tuan Maheza yang akan masuk ke dalam kamar mandi sambil membuka setiap kancing kemeja putihnya.
“Kamu cari apa?” tanya Tuan Maheza.
“Kalau ada lada apa cabai bubuk, tapi kayaknya di sini belum ada. Nanti deh aku nyetok buat orang-orang rese sekelas Elia!” balas Cinta yang kemudian mengambil poci air dan membawanya menuju pintu.
Tuan Maheza yang penasaran, melongok dari pintu sebelah keberadaan tempat tidur. Tempat di mana tadi menjadi kebersamaannya dan Cinta. Dari sana ia mendapati, Cinta yang membuka pintu langsung mengguyurkan air di poci ke wajah Elia. Elia terbatuk-batuk.
“Mau apa lagi, sih? Martin sudah tidur, kan? Perasaan dikit kenapa? Suami kamu baru pulang dan dia mau istirahat! Kamu juga sudah malam ngapain juga enggak tidur?” kesal arwah Resty yang membuat Cinta sampai menghantammkan poci berikut tutupnya ke wajah Elia.
Tak mau membuat Cinta menjadi pribadi jahat dan bisa membuat misinya gagal, arwah Resty sengaja mengakhiri kebersamaannya dengan Elia. Ia menutup sekaligus mengunci pintunya. “Padahal aku pengin banget gorrok leher tuh orang!” batin arwah Resty.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
aisarah silma
makin seru ya
2023-10-29
1
Bundanya Pandu Pharamadina
Cinta versi Resti bar bar🤣🤣
2023-07-17
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙍𝙚𝙨𝙩𝙞 11 12 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝘼𝙧𝙪𝙢 😅😅😅
2023-06-07
0