“Hah? Enggak ada? Kenapa videonya enggak ada? Kenapa bisa begini?” batin arwah Resty.
Jantung Cinta sudah langsung berisik atas ketegangan sekaligus kebingungan yang arwah Resty lakukan. Video Elia dan Tomi yang Resty rekam mendadak tidak ada di galeri ponselnya. Resty langsung lemas luar biasa dan refleks menjatuhkan ponselnya.
Dalam diamnya, Resty mengingat-ingat kejadian ketika dirinya kabur setelah kepergok Elia dan kedua manusia yang sedang asyiik memadu cinta di kolam renang, langsung sibuk mengejarnya. Kendati demikian, Resty yakin saat itu dirinya sudah berhasil merekam sekaligus menyimpan videonya.
“Kok gini, sih? Terus gimana dong? Tomi sudah di penjara dan mustahil mereka terang-terangan melakukan hubungan terlarang lagi. Kalau sekadar chat, ... kurang meyakinkan kan?” batin Arwah Resty ketar-ketir. Ia kembali meraih ponselnya dan mencari riwayat semacam bekas penghapusan, tapi di riwayat pun ia tidak menemukannya.
Menggeleng gelisah, arwah Resty terus berusaha melakukan pencarian video di ponselnya. “Jangan gini, dong. Aku sampai mati hanya untuk bisa mendapatkan video itu! Bahkan video itu juga yang jadi senjata pamungkasku dalam menjalani misi!” batinnya lagi.
“Dia pasti sedang mencari video Elia dan Tomi yang sengaja aku hapus. Sabar, Sayang. Aku sengaja melakukan ini agar rencanaku berhasil. Aku pastikan, pengorbanan Resty untuk kita enggak sia-sia,” batin Tuan Maheza masih menjadi penonton baik dari pintu menuju tempat tidur.
Arwah Resty membuat Cinta menghela napas kasar. “Berarti aku hanya punya video rekaman WA yang aku kirim ke Arum. Untung aku sampai kirim ke Arum dan itu sudah langsung jadi bukti buat jeblosin Tomi ke penjara. Ya sudahlah, cuman ada ini, aku harus membahasnya ke Tuan Maheza. Semoga sih dia percaya, kalau sampai enggak, aku pukul kepalanya pakai sandal. Tapi bentar ini Tuan Maheza ke mana? Masih di kamar anak-anak, atau malah sudah disita betina Elia? Jangan lah, aku enggak rela Tuan Maheza sama Elia,” batin arwah Resty yang buru-buru membuat Cinta berdiri kemudian pergi dari sana sambil membawa ponsel Resty.
Arwah Resty memergoki Tuan Maheza ada di bibir pintu lorong depan. Kamar Cinta dan Tuan Maheza memang seluas itu, bahkan kontrakan Resty saja kalah besar dan hanya sepadan dengan kamar mandi di kamar sana.
“Mas?” sergah arwah Resty yang asal memakai sandal hingga tanpa ia sadari, ia memakai sandal kebalik.
“Apa?” Tuan Maheza sengaja berlagak, dirinya memang baru datang.
“Mas, aku mau ngomong serius.” Resty tak mau menunggu lagi, apalagi pria yang ia ajak bicara langsung menyikapinya dengan serius. Namun baru saja, Tuan Maheza jongkok kemudian membantunya memakai sandal dengan benar.
“Ini bahkan sudah dini hari dan aku yakin, Tuan Mageza capek banget. Tapi dia masih saja memuliakan Cinta. Gimana Elia enggak jantungan kalau gini caranya!” batin arwah Resty tak kuasa menatap sikap manis Tuan Maheza kepada Cinta. Takut baper.
Setelah Tuan Maheza berdiri di hadapannya, arwah Resty sengaja membuat Cinta berkata, “Mas, aku punya bukti kalau Elia dan Tomi selingkuh ... itu si Martin ... dia anaknya Tomi, dan yang bikin aku kecelakaan juga masih mereka. Terus, ... alasan Mas menikahi Elia, beneran karena surat wasiat saat aku kecelakaan? Wasiat apa? Jangan-jangan, itu surat wasiat palsu?”
Jantung Cinta berdetak sangat kencang hanya karena keadaan sekarang. Di hadapannya, Tuan Maheza menjadi menunduk diam, tapi untungnya pria itu masih mau melihat video rekaman WA Tomi dan Elia.
“Nyawa kamu bisa dalam bahaya kalau kamu mengusik Elia secara terang-terangan,” batin Tuan Maheza yang terpaksa bilang, “Aku akan mengurusnya. Kamu enggak usah pusing-pusing, kamu cukup bahagia saja. Kamu sayang Cikho dan Cinta, kan? Ambil waktu dan main lah bersama mereka.” Ia sama sekali tidak menceritakan rencananya lantaran takut, Cinta yang memang emosional, malah keceplosan.
“M-mas ... ini kejahatan.”
“Iya, nanti aku yang beresin. Kamu terima beres saja. Aku masih butuh beberapa bukti.” Tuan Maheza meyakinkan.
“Sementara untuk pernikahanku dan Elia, walau salah satu surat wasiatnya palsu, pada kenyataannya kamu juga menuliskan surat wasiat yang sama. Dan sebelum ini pun, kamu yang anti anak-anak, mantap enggak mau punya anak makanya kita dan keluarga kita sepakat mengatur pernikahan baru untukku dan itu dengan Elia.” Tuan Maheza masih menatap kedua mata Cinta penuh pengertian.
Menyadari Cinta menjadi gelisah bahkan wanita itu tampak syok, Tuan Maheza sengaja bertanya, “Kamu lupa itu juga? Termasuk alasan utama kamu membuat aku dan Elia menikah?”
“Ini kenapa ini? Kok si Cinta kejamm gini ke Tuan Maheza?” batin Arwah Resty kebingungan. Ia refleks mundur lantaran Tuan Maheza yang terus menatap lekat kedua mata Cinta, terus memojokkannya ke dinding sebelah. Tangan kiri Tuan Maheza mengungkung tubuh Cinta, sementara tangan kanan membingkai wajah kiri Cinta.
“Kamu ingin membuatku merasakan, ... menikahi orang yang tidak pernah kamu cintai. Ditambah aku yang memiliki masalah khusus hingga aku sulit memiliki keturunan,” ucap Tuan Maheza lirih.
Mata Tuan Maheza yang awalnya hanya memerah, kini sampai merah. Malahan baru saja, butiran bening luruh dari kedua sudut matanya, membasahi pipi dan pria itu biarkan begitu saja. Sebab sampai detik ini, kedua mata sayu itu masih memenjarakan kedua mata Cinta.
“Ternyata memang bermasalah. Cinta tidak mencintai Tuan Maheza walau Tuan Maheza sudah memperlakukannya layaknya ratu?” batin arwah Resty. “Terus aku harus bagaimana? Melakukan timbal balik dan otomatis membalas Tuan Maheza, atau kembali menjadi istri yang tidak mencintai suaminya sendiri walau suaminya sebaik malaikat?” batin arwah Resty lagi.
“A-ku ... aku memang tidak ingat, ... Namun aku minta maaf jika selama ini, aku sudah melukai Mas sedalam ini,” ucap arwah Resty yang membuat Cinta balas menatap Tuan Maheza. “Jangan-jangan alasan Cinta sampai koma selama ini, memang semacam karma dia yang sudah menyia-nyiakan suami sebaik Tuan Maheza? Tapi aku juga penasaran, kenapa Tuan Maheza tetap nekat menikahi Cinta, padahal dia sendiri tahu wanita yang akan dinikahi enggak pernah cinta ke dia?” pikir arwah Resty lagi.
Tak sanggup melihat orang sebaik Tuan Maheza menangis memandangi Cinta dan pria itu terlihat sangat hancur, arwah Resty sengaja menggunakan kedua tangannya untuk membingkai wajah Tuan Maheza. Perlahan tapi pasti akibat ragu yang menemani, arwah Resty juga menggunakan kedua jemari tangan Cinta untuk menghapus setiap air mata di wajah Tuan Maheza.
Tuan Maheza menatap tak percaya wajah Cinta, kemudian kedua tangan wanita itu yang masih membingkainya.
“Kenapa dia jadi semanis ini? Apakah ini balasan dari Tuhan untuk kesabaran sekaligus ketulusanku?” pikir Tuan Maheza yang kemudian berkata, “Aku akan menceraikan Elia. Aku akan mengusut semua kejahatannya. Dari yang dia mencelakai kamu, termasuk dia yang juga diduga ikut serta dalam pembunuhan Resty, ... benar-benar semua kejahatannya.”
Dada Cinta menjadi berdebar-debar karena apa yang tengah Tuan Maheza katakan langsung membuat arwah Resty senang. Jauh di lubuk hatinya sana, arwah Resty sampai kegirangan.
“Namun aku memiliki syarat,” lanjut Tuan Maheza.
“Hah? Syarat?” batin arwah Resty belum berani berkomentar.
“Izinkan aku mencintaimu. Izinkan aku membuat kita benar-benar ada!” mohon Tuan Maheza.
“Masalahnya sepertinya Cinta enggak mau sama Tuan Maheza lagi. Terus aku harus bagaimana? Semua yang Tuan Maheza tawarkan ibarat paket komplit misi yang harus aku jalani. Karena andai Tuan Maheza sampai turun tangan, dengan kata lain, hukuman yang harus Tomi dan Elia jalani bisa seumur hidup,” batin arwah Resty mendadak galau karena ia tak mungkin asal mengambil keputusan untuk kehidupan orang yang ia tumpangi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙍𝙚𝙨𝙩𝙞 𝙞𝙮𝙖 𝙞𝙣 𝙖𝙟𝙖 😅😅
2023-06-07
2
Mbah Edhok
lanjutkan misiny res, juga bantu cinta tuan mahesa bertepuk tangan dengan benar...
2023-05-25
0
мєσωzα
just say YES res 🤭
2023-05-03
0