Resty ingin membuat Elia menatapnya, menyadari setiap segel cinta yang Tuan Maheza tinggalkan. Ia ingin membuat wanita itu merasakan apa yang ia rasakan setelah Elia dengan sadar merebut Tomi dari dirinya.
“Satu, dua, tiga ...,” batin Resty. Ia pastikan Elia sudah melihatnya seperti yang ia inginkan dan wanita itu langsung kelabakan. Tak hanya api cemburu yang ia temukan di tatapan wanita cantik itu. Namun juga kebencian sekaligus dendam. Membuatnya bertanya-tanya, hubungan macam apa yang dimiliki seorang Cinta dan Elia? Kenapa setelah sampai bersahabat, keduanya juga sampai berbagi suami? Juga, seperti apa hubungan Sekretaris Lim dengan Cinta? Kenapa pria itu begitu peduli bahkan beberapa kali lancang menyentuh Cinta?
“Kenapa harus cemburu kalau kamu saja punya laki-laki lain yang bahkan sudah memberimu seorang putra?” ucap Resty. Ia sengaja membuat Elia ketar-ketir karena itu juga menjadi bagian dari tujuannya. Ia ingin membuat hidup Elia tidak tenang.
“Apa sebenarnya maksud Cinta? Kenapa dia jadi sangat berubah? Padahal sebelumnya, dia selalu menceritakan semuanya kepadaku,” pikir Sekretaris Lim.
“Hari ini aku akan membawa Tomi pergi. Jadi jangan membawanya pergi karena aku memiliki tugas penting untuknya,” tegas Resty yang kemudian pergi dari sana. Seperti niatnya, ia langsung membuatkan susu cokelat untuk Cikho. Membuat telur orak-arik kemudian menyuapinya.
Semua yang melihat tingkah Cinta sampai terheran-heran. Selain sampai bisa masak dan mengurus anak, Cinta yang sekarang juga bar-bar sekaligus ceria.
“Memangnya kamu mau ke mana?” tanya Tuan Maheza ketika Cinta pamit untuk pergi bersama Tomi.
“Aku ingin mengunjungi sebuah tempat,” jawab Resty yang memang sudah rapi dan siap pergi. Tadi, asisten pribadinya membantunya memilih pakaian sekaligus merias diri. Namun demi jaga-jaga, Resty sengaja menjaga jarak dari semua orang-orang Cinta. Resty khawatir, semua orang Cinta malah sudah bekerja sama dengan Elia. Buktinya, tim dokter yang menangani Cinta saja dengan sengaja bekerjasama dan nyaris membuat Cinta meregangg nyawa.
“Aku juga sudah menitipkan Cinta dan Cikho,” ucap Resty sengaja berpegangan pada tas tangan mungil berharga mahal yang ia kendalikan menggunakan kedua tangan.
Tuan Maheza yang masih menatap khawatir sang istri, berangsur merapatkan jarak mereka. Kedua tangannya meraih kedua lengan Cinta. Wanita yang terus ia tatap itu berangsur membalas tatapannya.
“Biarkan aku mengantarmu,” ucap Tuan Maheza ketika akhirnya tatapan mereka bertemu.
“Mas kerja, kan?” balas Resty.
“Dia masih memanggilku dengan panggilan yang terdengar sangat aneh itu,” batin Tuan Maheza yang jujur saja, merasa sangat aneh dengan panggilan barunya dari sang istri. “Kalau begitu, biar Sekretaris Lim mengawalmu. Nanti jika urusanmu belum selesai dan urusanku sudah selesai, aku akan langsung menyusul.” Tuan Maheza masih bertutur lembut.
“Sekretaris Lim?” lirih Resty.
Tuan Maheza mengernyit, menatap khawatir sang istri. “Aku rasa, koma yang kamu alami membuatmu melupakan banyak hal.”
Mendengar itu, Resty refleks tersenyum tak berdosa menatap Tuan Maheza yang memang sudah rapi dan siap berangkat kerja. Setelan jas hitam lengkap dengan dasi yang pria itu kenakan membuat penampilan Tuan Maheza benar-benar sempurna. Sudah tampan, rupawan, kaya, penyayang, perhatian, bagi Resty, Tuan Maheza merupakan suami idaman. Namun tiba-tiba saja ia kepikiran alasan Tuan Maheza malah menikahi Elia. Juga, alasan Elia yang malah mengejeknya hanya karena ia malah sibuk mengurus anak orang lain.
“Alasan Elia hamil sama Tomi pun biar Elia jadi nyonya besar dan dapat warisan dari Tuan Maheza. Bisa jadi, alasan Cinta belum punya anak juga masih karena kelainan Tuan Maheza yang susah punya keturunan,” pikir Resty.
***
“Istrimu ke mana?”
Pertanyaan itu Resty dengar dari suara Sekretaris Lim. Resty yang melangkah ditemani Tuan Maheza dan memang sudah akan keluar dari rumah, sengaja mempercepat langkahnya.
“Kata penjaga vila, pas kamu sama Elia ke vila, istrimu juga datang, ya? Itu anak-anak kamu sampai demam gitu kangen ke mamahnya.” Sekretaris Lim masih bicara sambil bersedekap pada Tomi yang tengah ia hakimi di sebelah Lexus putih.
“Ada apa?” sergah Tuan Maheza yang walau menjadikan kebersamaan Tomi dan Sekretaris Lim sebagai fokus tatapannya, tangan kanannya tetap sigap menggandeng pergelangan tangan kiri Cinta.
Resty refleks kaget, tapi buru-buru menyesuaikan, mengikuti tuntunan langkah Tuan Maheza yang mendekati kebersamaan di Lexus putih sana.
Yang mengganggu Sekretaris Lim bukan karena Tuan Maheza asal memotong ucapannya bahkan tak segan ikut campur. Yang mengganggu pria bermata sipit itu justru kenyataan Cinta yang balas menggenggam gandengan tangan Tuan Maheza. Jemari tangan kedua sejoli itu sampai mengisi ruas satu sama lain.
“Kau kenapa? Aku bertanya kepadamu, apa yang sedang kalian bahas, tapi kamu malah melamun?” tegur Tuan Meheza. Di sebelahnya, sang istri malah mendadak jongkok di depan plat mobil hingga ia turut mengimbangi.
“Penjaga vila mengatakan, kemarin saat Tomi dan Elia ke sana, istri Tomi juga datang. Namun saat saya memastikannya di CCTV, ... Tomi dan Elia malah mengejarnya bak tawanan,” ucap Sekretaris Lim santun.
“Sekretaris Lim tahu sejauh itu?” batin Tomi ketar-ketir. Ia menunduk gelisah dan tak berani menatap siapa pun yang ada di sana.
“Sayang, kamu lagi ngapain?” tanya Tuan Maheza. Entah apa yang Cinta cari, tapi ia melihat wanitanya itu mengambil sesuatu dari sekitar plat mobil.
“Ini kain apa? Kamu enggak habis nabrak orang, kan?” tanya Resty sambil menyodorkan sepotong bahan tipis berukuran kecil berwarna cokelat muda. Itu bagian dari celana Resty yang tersangkut di sana kala menabraknya. Dan seperti yang ia harapkan, apa yang ia lakukan langsung membuat Tomi tidak tenang. “Aku pastikan mulai detik ini juga, kamu enggak akan hidup tenang, Mas!” batinnya sambil menatap Tomi dengan tatapan yang begitu bengis.
Bukannya Tomi, malah Tuan Maheza yang mengambil potongan kain yang dimaksud dan memang tersangkut di plat mobil bagian depan karena bagian itu yang menabrak Resty.
“Kamu beneran nabrak orang lagi, Tom? Minggu lalu saya dapat laporan dari Sekretaris Lim, katanya istri kamu datang dan minta pinjaman uang ke ibu Elia?” tanya Tuan Maheza.
“Ini baret sama penyok sih. Kayak memang habis nabrak,” ucap Sekretaris Lim yang memang sampai jongkok di sebelah Cinta hanya untuk memastikan bagian mobil di sebelah sana.
Sambil berdiri, Sekretaris Lim yang menjadi fokus menatap Tomi berkata, “Kamu enggak nabrak istri kamu gara-gara hubungan kalian enggak harmonis, makanya sampai sekarang, dia susah dihubungi, kan? Kalau saya lihat, bahannya mirip celana istri kamu pas di CCTV!”
“Sumpah, itu lah yang terjadi, tapi semua tuduhan memang butuh bukti! Bukti yang akan segera aku temukan karena aku sendiri yang akan menyuruh mas Tomi mengambil ponselku di dasar jurang dia menabrakku!” batin Resty.
“Hah ...?” Tuan Maheza langsung kebas, menatap prihatin Tomi padahal bisa jadi, tudingan yang Sekretaris Lim lakukan, hanya tudingan semata. “Saya harap itu tidak benar karena saya yakin, istrimu wanita baik-baik. Karena walau kami hanya beberapa kali berpapasan, keputusannya yang memohon sambil menangis-nangis meminta pinjaman agar kamu tidak dipenjara, ... itu tulus banget. Jarang-jarang ada istri yang mau begitu. Paling banter tanpa merendahkan status, pasti ya cuma nangis sambil berdalih bingung. Lagian kamu, kenapa akhir-akhir ini kamu jadi hobi minum, sih?”
Mendengar itu, hati Resty langsung teriris pedih. Karena layaknya apa yang Tuan Maheza katakan, kepada Tomi, Resty sudah mengabdi lahir batin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mbah Edhok
ayo res bungkus saja si tomi ...
2023-05-24
2
Firli Putrawan
yooo bongkar kebusukan elia sm s Tomi resty biar pd d penjara
2023-04-05
0
fifid dwi ariani
trus lancar rejekinya
2023-03-26
1