“Aku ceroboh ... padahal jelas-jelas aku enggak boleh cerita. Aku enggak boleh sebutin apa yang aku tahu. Aku hanya bisa mengungkap semuanya menggunakan bukti yang kumiliki dan aku harus melakukan itu sebagai Cinta, bukan Resty.” Arwah Resty masih gentayangan di sekitar IGD Cinta mendapatkan penanganan.
Di IGD, Tuan Maheza tak hentinya terjaga. Pria itu masih kerap berlinang air mata, menggenggam erat tangan kanan Cinta yang tidak diinfus.
Dalam benaknya, Tuan Maheza teringat ucapan sadis dari Cinta.
“Kau membunuhnya, lalu menikahiku sebagai pelarian? Dasar pecundangg!”
“Aku membencimu! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Dasar pembunuhh!”
Saat itu, Cinta masih memakai gaun pengantin. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan gaun putihnya walau hanya memakai rias tipis.
“Ta, ... Ta, aku bisa menjelaskan.” Tuan Maheza yang masih memakai setelan jas putih khas pengantin mencoba menjelaskan. Ia maju, mencoba mendekati Cinta yang ada di sebuah balkon.
“Berani kamu mendekat apalagi menyentuhku, aku tak segan lompat!” ancam Cinta sambil terus mundur dan otomatis membuat pria di hadapannya mendadak menghentikan langkah. Tuan Maheza menatapnya dengan tatapan penuh keputusasaan.
“Bahkan kau tahu aku tidak pernah mencintaimu. Kau tahu aku mencintai laki-laki lain, tapi dengan sengaja kamu menekan orang tuaku hingga mereka menyerahkanku kepadamu!” Berlinang air mata Cinta mengatakan itu sambil menatap Tuan Maheza penuh kepedihan.
“Tidak ada laki-laki lain yang bisa mencintaimu melebihi cintaku kepadamu!” Tuan Maheza berangsur menunduk dalam.
Cinta balas menggeleng. “Bukan aku. Bukan aku yang kamu cintai dan kamu tidak pernah mencintaiku! Yang kamu cintai dia, bukan aku!”
Di kenyataan, Resty yang tengah terpaku menatap kesedihan seorang Tuan Maheza, mendadak dikejutkan dengan kehadiran Guardian Angel. Malaikat cantik itu mendadak hadir bak tertarik sihiir. Guardian Angel kebingungan dan menjadikannya sebagai tujuan.
“Kenapa kamu kembali memanggilku? Kan sudah aku jelaskan, kamu salah. Kamu ceroboh dan selama tiga hari ke depan, kamu akan dihukum menjadi arwah penasaran.” Guardian Angel berturur lembut selembut parasnya yang sangat cantik.
Resty kebingungan membalas Guardian Angel. Namun bisa ia pastikan, dirinya tidak memanggil malaikat cantik itu. “Sumpah, aku enggak memanggil kamu. Aku lagi kepo ke Tuan Maheza. Setulus itu dia mencintai Cinta.”
Guardian Angel kembali bingung. “Bukan Resty, terus siapa yang bikin aku sampai di sini? Masa iya Tuan Maheza? Dia akan mati dalam waktu dekat juga? Ah masa? Tapi enggak ada tanda-tanda dia akan mati. Cahaya kehidupannya masih terang dan bertanda, manusia ini panjang umur,” pikir Guardian Angel yang berangsur pamit kepada Resty walau jujur, ia menjadi bertanya-tanya. Sebab untuk pertama kalinya, ia datang tanpa diundang oleh arwah penasaran.
“Ingat pesanku, patuhi semua aturan dan jangan sampai jadi arwah jahat. Bahkan walau kamu menghadapi Elia. Kamu hanya boleh membalasnya sebagai Cinta. Karena jika kamu sampai melanggar, Cinta juga akan mati dan otomatis, kamu enggak punya tubuh buat ditempati,” ucap Guardian Angel sebelum ia benar-benar pergi apalagi Resty langsung mengangguk patuh. Baru kali ini ia menghadapi arwah penasaran sepatuh itu.
“Dia sebaik itu, tapi memang baru akan beruntung du kehidupan selanjutnya,” pikir Guardian Angel yang memuji kebaikan Resty. Namun tiba-tiba saja, ia menjadi memikirkan nasibnya. “Lalu bagaimana denganku? Apa yang membuatku seperti ini? Dan kenapa juga aku memikirkannya? Astaga ... astaga, ... tidak, aku tidak boleh berpikir seperti ini. Aku harus menjalani tugasku dengan pikiran yang bersih tanpa sedikit pun menaruh perasaan seperti manusia agar misiku menjadi Guardian Angel membuahkan hasil.”
Setelah Guardian Angel pergi, arwah Resty kembali fokus pada Tuan Maheza maupun Cinta. “Nasib Cinta ada di kelakuanku. Namun, andai misiku telah berakhir, apakah Cinta akan tetap hidup? Bukankah alasanku harus segera menjalani misi karena tubuh Cinta nyaris mati?” pikir arwah Resty masih setia berdiri di seberang Tuan Maheza. Mereka sama-sama terjaga untuk Cinta. Namun, ada satu orang yang mencuri perhatian arwah Resty. Sekretaris Lim. Dari awal pria itu tampak sangat merana bahkan hancur mengintip dari kaca yang ada di tengah pintu.
“Bukan Tuan Maheza yang dia perhatikan, melainkan Cinta. Lagipula baru kemarin menjadi Cinta saja aku sudah langsung yakin, dia ada hubungan spesial dengan Cinta.” Resty ingin mencari tahu lebih jauh mengenai hubungan Sekretaris Lim dengan Cinta. “Harusnya enggak apa-apa, kan? Kan aku hanya ingin tahu, enggak berniat jahat. Andaipun aku tahu kan lebih baik, biar aku bisa lebih menjiwai pas jadi Cinta!” pikir arwah Resty bertanya sendiri dijawab sendiri. “Lagian siapa lagi yang mau menjawab kalau bukan aku juga?”
“Yang penting kamu jangan berulah!” ucap malaikat maut yang tiba-tiba muncul.
Arwah Resty langsung terkejut bahkan terlonjak. Menghela napas pelan, ia menatap sang malaikat tampan sambil mengangguk-angguk.
“Cukup menyimak, jangan berulah!” lanjut malaikat maut, wanti-wanti.
Layaknya kepada Guardian Angel, kali ini arwah Resty juga mengangguk-angguk. “Terima kasih banyak!”
Malaikat maut mengangguk-angguk dan nyaris langsung pergi.
“Kenapa kamu ke sini? Tadi Guardian Angel juga ke sini, tapi dia kebingungan dan ngira aku yang panggil dia padahal aku enggak panggil dia,” ucap Resty.
Malaikat maut menghela napas pelan kemudian menjelaskan. “Kebetulan aku lewat karena di sebelah ada kecelakaan beruntun.”
“Oh, ... kamu mau semacam menjemput mereka, ya?” ucap Resty mendadak merasa akrab. Seolah mereka sudah mengenal sangat lama, selain Resty yang memang merasa nyaman berkomunikasi dengan malaikat itu. “Kalau bisa, itu tolong si Tomi sama si Elia dijemput, terus lempar ke jurang yang dalamnya neraka biar mereka tahu rasa!”
Malaikat maut berangsur menggeleng. “Mereka belum akan mati dalam waktu dekat.”
“Ah, permisah langsung kecewa dengar kamu bicara begitu!” keluh Resty.
“Harusnya kamu bersyukur karena orang seperti mereka memang wajib disiksa dulu biar mati perlahan dan matinya pun wajib mengenaskan!” jelas malaikat maut masih sabar.
Arwah Resty langsung kegirangan. “Sumpah aku setuju banget kalau gitu! Tapi ya tetap, mereka harus segera mendapat hukuman! Masalahnya kalau disidang pun, ulah mereka jatuhnya pembunuhan spontan. Sedangkan pembunuhan spontan, paling hanya berapa tahun, kan?”
Mendapatkan tatapan penuh kepedihan dari arwah Resty, malaikat maut mendadak gemetaran. Alasan yang membuatnya perlahan undur kebingungan tanpa melanjutkan obrolan atau malah sekadar pamit.
“Makin lama makin aneh,” batin malaikat maut.
“Langsung pergi gitu?” lirih arwah Resty.
Setelah malaikat maut pergi tanpa kepastian, yang langsung arwah Resty lakukan ialah mendekati Sekretaris Lim. Pria itu masih setia berdiri di sebelah pintu IGD. Ada yang Sekretaris Lim pegang erat di tangan kanannya. Sebuah sapu tangan warna biru laut. Lebih kebetulan lagi, sapu tangan itu jatuh dan membuat arwah Resty melihat inisial L dan C yang dipisahkan oleh rajutan hati warna merah muda layaknya rajutan untuk inisial L dan C.
“L, love C, maksudnya?” pikir arwah Resty makin kepo. Terpikir oleh Resty, menjalani hukuman seolah menjadi misi tambahan untuknya memecahkan hubungan Sekretaris Lim dengan Cinta dan Tuan Maheza yang mirip benang kusut.
“Masa iya, L ini Lim, dan C ini, ... Cinta? Mereka ipar, kan?” pikir arwah Resty lagi. Baru saja, Sekretaris Lim memungut sapu tangannya. Pria itu sampai meniup-niup sapu tangan tersebut layaknya barang yang sangat berharga. Apalagi dari cara pria itu menatap sapu tangannya, arwah Resty makin curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
❤️🔥ℝ❤️🔥
makin penasaran.
2023-12-13
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙟𝙙 𝙥𝙚𝙣𝙖𝙨𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙢𝙥𝙖𝙝
2023-06-07
1
Mbah Edhok
ikut meriang ...
2023-05-24
0