“Aku mendapatkannya dari Sekretaris Lim.” Tuan Maheza mengatakannya dengan perasaan yang menjadi terasa sangat berat.
“Orang ini terlihat sangat terluka hanya karena kejujurannya. Anehnya, kenapa dia harus jujur jika kejujurannya malah membuatnya merasa berat? Tuan Maheza bahkan terlihat jelas sangat terbebani,” batin arwah Resty. Di hadapannya, setelah terdiam cukup lama, Tuan Maheza terheran-heran menatapnya.
“Tumben enggak, ... marah?” tanya Tuan Maheza waswas menatap wanita di hadapannya.
“Oh, jadi biasanya marah? Berarti hubungan Tuan Maheza dan Cinta, enggak baik-baik saja, ya?” pikir arwah Resty, tapi tidak begitu yakin karena selama ini yang ia tahu, Tuan Maheza sangat menyayangi Cinta. Bahkan ia sendiri merasakannya hanya karena menempati tubuh Cinta.
“Mas sudah sangat sibuk dengan pekerjaan Mas. Wajar jika sebagian hal dalam hidup Mas termasuk hal yang Mas berikan untukku, Mas lakukan melalui orang lain.” Arwah Resty berucap sangat hati-hati. Namun, ia sungguh tulus mengatakannya.
Selain itu, arwah Resty juga yakin, alasan Tuan Maheza tampak begitu berat karena pria itu merasa bersalah kepada Cinta. Tuan Maheza merasa gagal karena tidak bisa secara langsung mendapatkan apa yang Cinta inginkan. “Sederhananya, kita enggak harus jadi seorang petani padi hanya untuk bisa memakan nasi.”
“Hah? Yakin, ini beneran Cinta? Atau dia hanya sedang mengujiku?” batin Tuan Maheza tak percaya dan memang sulit untuk percaya. “S-sayang ...?” sergahnya.
“Mengenai itu, ... aku benar-benar minta maaf, Mas. Namun jujur, banyak hal yang aku lupakan dan itu menjadi alasanku tidak begitu paham dengan apa yang Mas katakan,” ucap Resty mencari aman. Seiring ia yang menunduk, ia berkata, “Aku kehilangan banyak ingatanku, Mas. Sebagian besar memoriku hilang. Jadi mungkin, aku akan sulit diajak berkomunikasi tanpa terlebih dulu Mas jelaskan secara detail.”
Tuan Maheza kebingungan menatap Cinta. “Benarkah? Kenapa kamu baru bilang? Mumpung lagi di rumah sakit, kita cek kesehatan kamu, yuk?” yakinnya memang langsung khawatir.
Arwah Resty membuat Cinta menggeleng. “Enggak perlu, Mas. Enggak perlu. Soalnya aku enggak punya banyak waktu, apalagi ini hanya sementara,” ucapnya.
Lalu, dalam hatinya Arwah Resty berkata, “Iya, sementara. Kan aku hanya akan jadi Cinta selama dua puluh satu hari. Ya sudah, sekarang aku fokus ke hapeku.”
Tuan Maheza makin tidak mengerti kenapa sang istri malah berbicara seperti tadi. Namun, Cinta mendadak mempertanyakan, apakah ia sudah mengecek hape Resty. “Aku enggak mungkin jujur kalau aku sudah melihat video Elia dan Tomi, kepada Cinta. Emosi Cinta sangat tidak stabil, sedangkan aku sudah memiliki rencana lain. Karena melalui video itu, aku ingin memberi Elia kejutan tak terlupakan,” batin Tuan Maheza yang juga sampai berpikir, di beberapa kesempatan, Cinta yang baru siuman dari koma, malah bertingkah aneh mirip dirasuki arwah lain. “Oalah aku lupa. Tadi Cinta baru mengakui kalau dirinya kehilangan banyak ingatan setelah bangun dari koma,” batin Tuan Maheza lagi.
Demi misi rahasianya yang ingin memberi Elia kejutan tak terlupakan, Tuan Maheza menggeleng. Ia sengaja berbohong. “Memangnya di ponsel itu ada apanya? Oh, kalau enggak salah, di situ ada bukti perselingkuhan Tomi, ya? Dia sudah ditangkap juga, kan? Sayangnya, hukuman yang harus Tomi terima pasti enggak sebanding dengan luka bahkan nyawa Resty!”
“Memang begitu, enggak sebanding dan memang enggak adil. Hukuman yang Tomi terima pasti enggak sebanding dengan luka-lukaku, maupun luka anak-anak kami,” batin arwah Resty yang menjadi emosi sendiri. Ia menatap serius layar ponselnya, tapi gawai pintar tersebut tampaknya kehabisan daya baterai.
Sementara itu di tempat berbeda, di kamarnya yang megah, Elia tengah ketar-ketir. Wanita cantik yang selalu berpenampilan layaknya boneka barbie itu tengah menunggu kabar dari Tomi. Jemari berkuku panjang dan dihiasi kuteks warna ungu itu sibuk mengetik pesan untuk Tomi.
Ibu Elia : Kamu di mana, sih? Aku merasa ada yang enggak beres. Lim, Maheza, termasuk Cinta belum ada kabar juga. Kamu masih sama Cinta, kan? Sebenarnya kalian lagi ngapain? Kamu jangan macem-macem, loh. Walaupun dia lebih cantik dariku bukan berarti kamu mau sama dia!
Tak ada tanda-tanda Tomi akan menjawab karena WA yang baru Elia kirimkan saja lagi-lagi hanya centang satu. Elia yang merasa frustrasi berangsur duduk di pinggir tempat tidur bernuansa ungu mudanya. Di sebelah dan itu di ranjang bayi tak kalah mewah, Martin tak hentinya menangis, tapi ia tidak peduli.
“Ini lagi, kepalaku jadi sesakit ini gara-gara dihantamm pakai taflon sama istrinya Kalandra. Sintingg banget emang tuh betina. Bisa-bisanya asal hantamm. Ssst! Kepalaku jadi lembek mirip jelly gini!” keluh Elia sambil mengelus kepala bagian kirinya dengan sangat hati-hati. Karena seperti yang ia katakan, di bagian sana menjadi lembek mirip jelly. Masalahnya ketika ia cerita kalau itu ulah Arum, tidak ada yang percaya ditambah saat kejadian memang tidak orang lain selain mereka dan Kalandra.
“Si Kalandra mana mungkin mau jeblosin istrinya sendiri apalagi kalau aku lihat, dia sayang banget ke si Arum. Herannya, ada betina sebar-bar Arum. Eh, si Resty sebenarnya juga bar-bar sih. Cuman ya enggak sengeri si Arum!” lirih Elia masih sibuk meringis akibat jurus taflon Arum yang sudah mendarat di kepala sebelah kirinya.
Sebuah ketukan pintu mengusik Elia. Seseorang telah melakukannya dari luar pintunya. Elia yakin, di tengah waktu yang sudah malam, ada kabar penting yang sengaja dikirimkan untuknya dari ART kepercayaannya. Benar saja, di hadapannya ada Sari, sang ART kepercayaannya.
“Bagaimana? Ada kabar apa?” Elia berbisik-bisik.
Sari yang membawa nampan berisi segelas jus tomat lengkap dengan sedotan stainles, menatap Elia penuh ketegangan. Kemudian ia masuk dan sang bos langsung menutup bahkan mengunci pintunya.
“Nyonya, Tomi ditangkap polisi gara-gara diduga membunuh Resty istrinya!” cerita Sari tetap berbisik-bisik.
Detik itu juga di atas kepala Elia seolah ada petir yang sibuk menyambar dan sampai membuat kepalanya terbakar sekaligus berasap.
“Apa katamu?” lirih Elia syok dan langsung tak bisa berkata-kata. Elia sulit percaya kenapa Tomi sampai terciduk padahal saat itu benar-benar tidak ada saksi.
Sebagian dunia Elia seolah runtuh hanya karena mendengar kabar tersebut. Tak semata walau hanya sedikit, ia tulus menyayangi bahkan ingin sepenuhnya memiliki Tomi. Sebab alasan utamanya merasa nasibnya mendadak di ujung tanduk, tentu karena Tomi mengetahui semua kejahatannya.
“Bagaimana kalau Tomi sampai buka mulut? Lalu, ... lalu bagaimana dengan semua WA-ku kepadanya?” pikir Elia langsung tidak baik-baik saja.
Elia langsung panas dingin menahan ketakutan yang makin lama makin tidak bisa ia kendalikan. Mondar-mandir ia mencari solusi, tapi hasilnya nihil.
“Baiklah, aku akan melakukan apa pun untuk menyelesaikan semua ini, apalagi aku sudah terlanjur melangkah jauh!” pikir Elia yang kemudian meninggalkan Sari. Kedua jemarinya sibuk mengetik di ponsel seiring ia yang lagi-lagi mondar-mandir di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sukliang
eng ing eng karma dtg
2024-05-02
0
Sri Widjiastuti
elia masih kelayapan g mau kapok
2023-06-20
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙀𝙡𝙞𝙖 𝙬𝙖𝙟𝙞𝙗 𝙙𝙞 𝙗𝙤𝙜𝙚𝙢 𝙞𝙣𝙞 𝙢𝙖𝙝 😡😡
2023-06-07
1