Arwah Resty terbangun dengan pinggang dan punggung yang terasa sangat pegal. Kenyataan yang terjadi karena dekapan yang Tuan Maheza lakukan. Di sebelahnya, Tuan Maheza yang meringkuk dan sangat lelap, mendekapnya erat.
Resty berangsur bangun, menyingkirkan tangan kekar Tuan Maheza dengan sangat hati-hati sambil menatap pedih sang putra yang sudah bangun. Di pinggir sana, Cikho duduk kebingungan dan terlihat jelas masih sangat menginginkan kehadiran Resty secara nyata.
“Chiko Sayang, kita bikin susu cokelat, yuk?” lirih Resty.
Cikho menggeleng sedih. “Tante, mamahku kapan datang, sih? Kok Mamah enggak datang-datang?”
Rasa sesak itu langsung menyiksa Resty yang detik itu juga langsung berkaca-kaca. Ia segera turun menghampiri Cikho kemudian mengembannya. Lantaran sang putri masih tidur, Resty sengaja meninggalkannya. Ia mengemban Cikho menuju kamar mandi yang masih ada di dalam kamar megah keberadaan mereka.
“Kita gosok gigi dulu ya.”
Resty kembali memasuki kamar mandi yang sebagian dindingnya merupakan hamparan kaca. Membuat setiap sosok yang ada di sana bisa melihat pantulan dirinya dengan leluasa, tanpa terkecuali Resty dan Cikho, apalagi jika lampu dinyalakan semua layaknya sekarang.
Di kesempatan kini, Resty yang menjadi melihat pantulan bayangan Cinta yang ia kendalikan, langsung tercengang. Ini mengenai penampilan khususnya kecantikan seorang Cinta yang sangat luar biasa. Dan jika ia membandingkannya dengan penampilannya, tentu sangat jauh. Ia sungguh membandingkan sosok aslinya yang ada di ingatan, dengan sosok Cinta yang ada di kenyataan. Perbedaan mereka ibarat langit dan bumi!
“Kenapa ada wanita secantik ini? Kira-kira, selama ini dia makan apa, ya? Kok bisa dia secantik ini? Atau memang, ibu Cinta punya ritual khusus semacam diet ketat? Sudah sangat cantik, kulit pun sangat lembut. Suami kaya, ... kenapa hidupnya terkesan sangat sempurna?” pikir Resty seiring kedua tangannya yang membelai takjub wajah maupun kedua tangan Cinta silih berganti.
Namun tiba-tiba Resty terdiam, menghentikan kesibukannya dalam mengagumi pesona seorang Cinta. “Benarkah semuanya memang sesempurna yang aku pikirkan? Tak adakah luka bahkan beban yang sebenarnya diam-diam ibu Cinta sembunyikan di balik kesempurnaan yang orang-orang lihat dari hidupnya?” batinnya terheran-heran. Karena yang ia tahu, makin tenang seseorang dalam menyikapi kehidupan, makin dalam juga luka yang sebenarnya orang itu sembunyikan. Layaknya ketenangan yang selama ini ia lakukan dalam menjalani rumah tangga dengan Tomi. Terbukti, sekalinya terjadi pertengkaran, ia langsung meledak dan Tomi tak segan membunuhnya.
Sebagai seorang wanita, Resty sampai mengagumi kecantikan Cinta. Apa kabar laki-laki sekelas Tuan Maheza yang merupakan suaminya dan Resty mengakui pria itu sangat normal? Iya, Resty mengakui Tuan Maheza sangat normal setelah percintaan yang semalam mereka lakukan. Meski tentu saja, ia sadar alasan Tuan Maheza tetap melakukannya karena pria itu tak tahu, tubuh sang istri dikendalikan olehnya.
“Pantas leher dan tubuh ibu Cinta langsung penuh segel hanya karena percintaan semalam,” batin Resty lagi makin iri kepada pesona Cinta. Namun tiba-tiba, ia memiliki rencana menjadikan segel cinta dari Tuan Maheza untuk membalas Elia. “Dia ambil suamiku, aku ambil suaminya!” lirihnya seiring kedua tangan Cinta yang mengepal kencang di kedua sisi wastafel mewah yang ada di hadapannya.
Kemudian tatapannya teralih pada pantulan bayangan sang putra yang masih duduk anteng di hadapannya. Cikho menatapnya dengan tatapan yang sangat tidak berdosa.
“Kalau sikat gigi sama cucu wajahnya sudah beres, berarti sekarang saatnya ...?” ucapnya ceria sengaja menuntun sang putra.
“Susu cokelat, terus makan pakai telur orak-arik kasih kecap yang banyak,” ucap Cikho sangat bersemangat, tapi langsung merengek pedih ketika ia memanggil nama sang mamah.
“Cikho Sayang, ... sekarang, Tante Mamah kamu. Mamah Cikho sedang pergi kerja, makanya Mamah titipin Cikho sama Cinta ke Tante. Jadi mulai sekarang, Tante bakalan jadi Mamah buat Cikho sama Cinta, ya? Cikho ngerti, kan?” Resty berusaha memberi sang putra pengertian, tapi Chiko yang menyimak dengan sangat cepat menggeleng.
Tak ada hal lain yang bisa Resty lakukan selain kembali mengembannya, memanjakannya penuh ketulusan. Karena meski ia selalu ingin memanjakan kedua anaknya, ia juga memiliki misi yang harus segera ia selesaikan. Waktunya sungguh sudah tidak banyak lagi.
Keluar dari kamar, Resty yang masih mengemban Cikho langsung kebingungan karena biar bagaimanapun, ia tak paham denah rumah di sana. Beruntung, di waktu yang sama ia melihat Sekretaris Lim. Pria itu datang dengan melangkah tergesa.
“Maaf!” Resty sengaja berseru sambil melambaikan tangan kanannya kepada Sekretaris Lim. Gaya yang mirip ketika seseorang memanggil pelayan di sebuah restoran atau malah rumah makan dari jarak terbilang jauh.
Sekretaris Lim yang awalnya akan menuju lorong di hadapannya, refleks menoleh dan langsung menghampiri Cinta. Dengan gaya yang ceria dan kontras dari biasa, wanita itu tersenyum tak berdosa memintanya menunjukkan arah menuju dapur di sana.
“Dia lupa keberadaan dapur? Apakah koma yang dia alami membuat ingatannya hilang. Dan kenapa, sikapnya menjadi sangat berbeda termasuk sikapnya kepadaku? Kenapa dia bersikap, seolah kami memang tidak saling kenal apalagi memiliki hubungan spesial?” pikir Sekretaris Lim yang langsung mengantar Resty. Mereka melangkah beriringan.
Melihat Cinta yang kerepotan mengemban Cikho, Sekretaris Lim menawarkan diri untuk menggantikannya, tapi wanita cantik itu tak mau melakukannya. Namun, bukan itu yang sepenuhnya mengganggu sekaligus melukai hati seorang Sekretaris Lim. Melainkan, sederet segel yang menghiasi tubuh berkulit putih mulus itu. Terlebih kini, Cinta masih memakai gaun malam panjang tak berlengan, berwarna jingga muda yang membuat kulitnya tampak makin cerah.
“Ta ... kamu, ... kamu bahagia, kan?” tanya Sekretaris Lim lirih sekaligus canggung. Di sebelahnya, Cinta yang awalnya tengah mencoba mengajak Cikho berinteraksi, langsung menoleh kemudian menatapnya.
“Kamu harus selalu bahagia,” ucap Sekretaris Lim ketika akhirnya tatapan mereka bertemu.
Walau tidak begitu yakin, Resty memberikan senyum terbaiknya dan otomatis membuat Cinta yang melakukannya. Senyum yang juga langsung menular kepada lawan bicaranya. Namun ketika tangan kanan Sekretaris Lim membingkai sebelah wajah Cinta, Resty buru-buru mundur, menjaga jarak dari pria berkacamata bening itu.
Tanggapan Cinta barusan membuat seorang Sekretaris Lim kebingungan. Baru saja Cinta berdeham dan Sekretaris Lim hanya karena wanita itu tengah berusaha meredam kecanggungan yang tercipta akibat ulahnya beberapa saat lalu.
“Cikho Sayang, Mamah bikin susu cokelat dulu, terus Cikho minum susunya, dan Mamah masak telurnya biar Cikho langsung makan, oke?” Resty sengaja mengajak sang putra berbicara hanya untuk meredam kecanggungan antara dirinya dan Sekretaris Lim.
“Sebenarnya sebelum ini, hubungan ibu Cinta dan dia bagaimana? Dia ini Sekretaris Lim, dan statusnya selain sebagai kepercayaan Tuan Maheza, dia juga adiknya Tuan Maheza, kan? Tapi kok, perhatiannya ke ibu Cinta kayak beda, ya?” batin Resty yang langsung tercengang oleh ucapan Elia tatkala ia memasuki area dapur lebih dalam.
“Efek enggak punya anak kandung, ya harus terima urus anak orang. Sesibuk itu!” sinis Elia tengah menyiapkan teh herbal di meja belakang sana dekat jendela.
Detik itu juga emosi Resty langsung tersulut. Ia menoleh dan perlahan menghadap pada keberadaan Elia seiring dunianya yang seolah berputar lebih lambat.
“Tadi itu yang ngomong mulut manusia, atau memang suara ibllis?” tegas Resty. “Begitu, yang dinamakan mulut sahabat?” Semuanya benar-benar dimulai dan Resty tak segan untuk main lebih di depan.
Setelah sampai menghampiri, Resty sengaja meraih secangkir teh herbal Elia yang masih mengepulkan asap panas dan benar-benar beraroma wangi, khas herbal. Bukannya menikmatii minuman tersebut, ia malah mengguyurnya ke wajah cantik Elia yang ia tatap penuh kebencian.
Semua pelayan di sana, termasuk Sekretaris Lim, Cikho, apalagi Elia yang menjadi korban, langsung tercengang. Mereka menatap tak percaya ulah Resty yang membuat Cinta menjadi pelakunya.
“Persettan denga sahabat. Karena jangankan suami sahabat, sopir rendahaan saja kamu embat dan kamu, ... ayolah, ... kecantikan yang Tuhan berikan, terlalu berharga jika kelakuanmu terlalu murahan!” tegas Resty.
Elia yang murka apalagi teh herbal yang disiramkan ke wajahnya bisa dipastikan telah menorehkan luka, tak segan menarik tinggi tangan kanannya kemudian menamppar Cinta. Hanya saja, Elia harus menelan kekalahan lantaran ulahnya ditahan oleh Sekretaris Lim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sukliang
ayoooo seruuui
2024-05-02
0
Samsia Chia Bahir
Waaaahhhhh, perseteruan dimulai 😄😄😄😄😄
2024-04-16
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙖𝙙𝙖 𝙝𝙪𝙗𝙪𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙖 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙠𝙧𝙚𝙩𝙖𝙧𝙞𝙨 𝙇𝙞𝙢 🤔🤔🤔
2023-06-07
2