Dunia seolah berputar lebih lambat bagi Arwah Resty hanya karena arwah yang menuntut balas itu mendapati rombongan pencarian berangsur mendekat. Mereka yang memakai jas hujan kecuali Tomi, bahu membahu naik dari lereng. Ada kantong jenazah dan mereka bawa tanpa hambatan berarti walau setelah hamil sekaligus melahirkan, Resty menjadi memiliki masalah berat badan. Berat badan Resty naik drastis bahkan walau wanita itu sampai melakukan diet ketat agar tak lagi dipanggil babbi buntung oleh Tomi sang suami. Suami yang malah menjadi sumber kehancuran kehidupannya.
Tuan Maheza merengkuh tubuh sang istri yang sudah tak karuan. Karena di sebelahnya, Cinta yang terus menangis, tak hentinya menghela napas, tak mau diam dan terlihat jelas tidak bisa menerima kenyataan.
“Dia sendiri yang memberitahu bahwa di sana ada Resty, ... ah tidak. Dia pasti merasa sangat bersalah karena pada kenyataannya, Resty benar-benar meninggal.
“Ya Tuhan ini enggak adil!” Cinta menunduk, tubuhnya lolos berakhir terduduk di tanah basah sekitar aspal sana. Kedua tangannya menekap erat wajah di tengah isak pecah yang membuat tubuhnya terguncang pelan.
“Sepertinya alasan utamanya meninggal karena luka di kepalanya. Dia mengalami pendarahan hebat di bagian kepalanya. Jenazahnya masih utuh, sangat cantik karena wajahnya saja tersenyum.”
Mendengar penjelasan Sekretaris Lim barusan, hati arwah Resty makin tak karuan. Ia yang menjadi mendekap kedua lututnya kemudian menenggelamkan wajah di sana, sampai memukul-mukul kepalanya tiada henti.
“Taaaa!” Tuan Maheza sampai menahan kedua tangan sang istri, menghentikannya agar berhenti melukai dirinya sendiri.
Sekretaris Lim menatap pedih kenyataan tersebut, sementara di sebelahnya, kantong jenazah berisi Resty, baru saja di turunkan. Dalam sekejap mereka dikejutkan oleh tingkah aneh Cinta yang buru-buru membuka kantong jenazah. Cinta menggeledah tas selempang Resty dan sampai menuangnya. Wanita itu seolah mencari-cari benda sangat berharga dari sana, tapi mata nanarnya tak bisa berbohong bahwa yang dicari tidak ada.
“Ponselnya mana?!” tanya Cinta gemetaran menatap Sekretaris Lim.
Sebelumnya, dari mereka yang ada di sana termasuk itu Sekretaris Lim maupun Tuan Maheza, belum ada yang melihat Cinta sekacau sekarang.
“Tuan Maheza?”
Suara pria dari sebelah, mengusik perhatian mereka. Dalam sekejap, Cinta yang terlihat begitu hancur, mendadak mirip orang kerasukan arwah lain.
“Rum ... Rum akhirnya kamu datang, Rum! Rummm tolong aku, Rum! Anakku masih kecil-kecil Rum! Anakku masih sangat butuh aku! Cikho terus nyariin aku. Hatiku hancur, Rum! Aku enggak bisa, Rum! Aku enggak terima Rum! Ini enggak adil! Mereka yang selingkuh, tapi mereka juga membunuhku! Padahal aku ikhlas membuang suami sampaah seperti Tomi ke wanita sampaah sepertinya, tapi mereka sengaja membunuhku Rum! Mereka menabrakku dan aku terbunuh setelah jatuh ke jurang! Hapeku, Rum! Semua bukti ada di hapeku! Aku sudah merekam semuanya di hapeku tapi hapeku sudah enggak ada di tasku!” Sambil terus memeluk wanita yang ia panggil Arum dan memang datang bersama pria yang tadi memanggil Tuan Maheza, tak hentinya meraung-raung.
“Ini beneran enggak adil! Semuanya beneran hancur! Anak-anakku mereka bagaimana, Rum? Mereka beneran sudah jadi yatim piatu karena bapaknya seja sebrengsek itu!”
“Bahkan walau Tomi dan Elia dihukum mati, mental anak-anakku pasti tetap enggak baik-baik saja!” tubuh Cinta yang awalnya memeluk erat wanita bernama Arum dan memang sahabat baik Resty, perlahan limbung. Arum langsung kewalahan menahan.
Seperti biasa, lagi-lagi Sekretaris Lim dan Tuan Maheza bertubrukan mengamankan Cinta. Dan seperti biasa juga, Sekretaris Lim mundur teratur. Tuan Maheza yang langsung memeluk tubuh ramping Cinta. Namun karena tubuh itu terlalu lemas, pria gagah itu berangsur membopongnya, bergegas membawanya masuk ke mobil di sebelah dibantu Sekretaris Lim.
“Ini kenapa?” Arwah Resty sampai keluar dari tubuh Cinta. Anehnya, arwah itu tak bisa kembali masuk dan memang tidak bisa menyentuh apa pun.
Arwah Resty kebingungan, tentu saja. Ia menatap nanar bahkan takut kenyataan tersebut. “GUARDIAN ANGEL TOLONG AKU! KENAPA BEGINI?” arwah Resty meraung-raung, sibuk mencoba masuk lagi ke tubuh Cinta, tapi arwah itu sungguh tak bisa melakukannya.
Tak lama kemudian, Guardian Angel datang. Malaikat cantik itu menghela napas pelan kemudian menggunakan kedua tangannya untuk memijat pelipis. Arwah Resty menyadari kenyataan tersebut merupakan pertanda buruk.
“Aku mohon maafkan aku jika aku memang telah melakukan kesalahan. Aku mohon bantu aku, aku mohon Guardian Angel!” Arwah Resty terisak-isak. Ia yang awalnya hanya memegang sebelah tangan Guardian Angel kemudian mengguncangnya, perlahan berlutut dan memeluk kedua kaki sang Guardian Angel.
“Aku mohon bantu aku. Aku mohon bantu aku untuk menyelesaikan semua yang sudah aku mulai!” Arwah Resty masih sibuk memohon layaknya pengemis.
Dari kejauhan, malaikat kematian yang turut datang, hanya menatap iba dari kejauhan. Malaikat maut itu memandangi tangan kanannya yang masih muncul dan hilang. Ia menatapnya penuh tanya sekaligus kepedihan.
Kini, layaknya cerita Sekretaris Lim, jenazah Resty sangat bersih, cantik, mirip bidadari. Jenazah itu bahkan tersenyum, selain mereka yang tidak merasa berat walau Resty memiliki tubuh tiga kali lipat lebih besar dari tubuh Cinta maupun Arum.
Sebelum kantong jenazah itu benar-benar ditutup dan menjalani pemeriksaan selanjutnya, pria yang sempat menyapa Tuan Maheza dan bernama Kalandra, menahan mereka untuk tidak dulu menutup kantong jenazahnya. Sebab wanita bernama Arum yang sempat dipeluk erat oleh Cinta, mendekat dan mencoba mengajak jenazah itu berinteraksi.
Kedua tangan Arum yang gemetaran berangsur meraba wajah Resty. Berlinang air mata wanita itu melakukannya, tampak sangat berat bahkan hancur. “Mbak, ... Mbak bangun, Mbak. Bangun, ... anak-anak sudah nunggu ....”
Setelah Arum dibimbing Kalandra sang suami untuk menepi, jenazah Resty pun segera menjalani proses lanjutan. Jenazah tersebut dimasukkan ke dalam ambulans yang kebetulan baru datang. Namun di tengah kegelapan malam yang mulai mengukir kisah, keributan mendadak terjadi. Bukan lagi Cinta yang mirip kerasukan arwah lain. Karena kini, Arum yang sampai membawa taflon yang mengamuuk, memukuli Tomi sambil memakki pria itu. Menuntut pertanggung jawaban karena konon, alasan Resty meregang nyawa bermula dari perselingkuhan yang dilakukan Tomi.
“Enggak punya otak kamu, Mas! Enggak tahu diri!” Arum masih sibuk memakki walau Tomi yang babak belur dan sampai terkapar lemas setelah dipukulli nyaris tak berjeda menggunakan taflon, sudah diamankan polisi. Tomi diringkus, kedua tangannya diborgol di depan tubuh, walau jelas-jelas, pria itu sudah tak berdaya setelah diamukk Arum.
Malam yang penuh emosi, kesedihan, dan juga air mata. Mereka yang terlibat dalam kejadian kini perlahan bubar melanjutkan aktivitas sekaligus tugas. Arwah Resty buru-buru menyelinap masuk dan duduk di sebelah Cinta yang dirangkul Tuan Maheza dan sampai detik ini masih belum sadarkan diri. Di lokasi sana hanya tersisa Guardian Angel dan malaikat maut yang perlahan bertukar tatapan. Tatapan tak bersemangat sarat kepedihan.
“Aku nyaris tidak mendeteksi tanda-tanda kehidupan lagi. Tuhan, apa maksudnya semua ini ...?” batin Tuan Maheza ketar-ketir memegangi pergelangan tangan kiri Cinta. Di sana sungguh nyaris tidak ditemukan detak nadi lagi. Alasan yang membuat Tuan Maheza berlinang air mata.
“CEPAT KE RUMAH SAKIT TERDEKAT!” tegas Tuan Maheza tak sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝙖𝙥𝙖 𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖𝙡 𝙙𝙣 𝙮𝙜 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙙𝙖𝙣 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙍𝙚𝙨𝙩𝙞
2023-06-07
2
Mbah Edhok
waktunya kah?
2023-05-24
0
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-03-26
1