Pengkhianatan Cinta
"Azzura, kamu dimana sayang?" pekik seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah putih khas keturunan China. Pria itu berlari menyusuri rumahnya mencari seseorang yang ada di dalam rumah, siapa lagi kalau bukan istrinya yang bernama AZZURA FATHARANI
"Aku di taman, sayang." Balas seorang wanita cantik bertubuh tinggi, rambut hitam panjang sepinggang dan berparas cantik nan juga terlihat sexy.
Mendengar suara istrinya menyahut, pria bernama lengkap CHIKO KEYTARO segera berlari menuju taman yang ada di samping rumahnya. Dia langsung memeluk tubuh istrinya dan mengecup pipi sang istri berkali-kali.
"Hei, ada apa? Sepertinya kamu sangat senang sekali?" tanya Azzura merasa heran dengan suaminya yang tiba-tiba saja langsung memeluknya. Padahal, dia masih berjongkok dan tangannya masih berlumuran tanah karena sedang menanam tanaman.
"Aku sangat-sangat senang dan lagi bahagia sayang," balas Chiko sambil melepaskan tangannya. Dia beralih menangkup kedua pipi Azzura dan menatap bahagia wajah istrinya.
"Kamu tahu, hari ini aku naik jabatan, sayang." Nampak binar bahagia dari raut wajah Chiko dan Azzura ikut bahagia juga.
"Benarkah? Ini sungguh kabar bahagia, sayang. Selamat ya atas kenaikan jabatannya." Azzura dengan tulus mengucap selamat untuk suaminya dan juga menghadiahi kecupan bertubi-tubi di sekitar wajah Chiko.
"Terima kasih, sayang. Kamu tidak ingin tahu posisi jabatan ku sekarang apa?"
Azzura mengangguk antusias. "Apa?"
"General manager. Jabatan ku naik setelah mereka melihat kerja kerasku yang tekun dan juga bisa di andalkan." Dengan bangganya Chiko memberitahukan pekerjaan dia yang baru.
Chiko memang seorang pekerja keras karena dia merupakan pria pintar dan juga tekun. Demi mendapatkan kepercayaan ini, Chiko begitu ulet bekerja hingga semuanya membuahkan hasil. Dia yang tadinya sebagai sekertaris naik pangkat menjadi manager yang bertugas mewakili setiap pekerjaan atasan dikala sang bos memerintahkan.
"Benarkah? Ah, aku ikut bahagia." Azzura memeluk suaminya. Ia terharu karena suaminya mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik lagi.
"Satu lagi, kita akan pindah dari sini." Azzura terhenyak. Ia melepaskan pelukannya dan memandang Chiko penuh pertanyaan.
"Kenapa harus pindah? Kita sudah lama tinggal di sini dan juga banyak kenangan di rumah ini." Azzura keberatan dan ia memperhatikan rumah sederhana yang selama dua tahun ini menjadi tempat mereka tinggal. Meskipun rumahnya nampak biasa saja, hanya lantai satu dan terdiri dari dua kamar, satu dapur, dan ruang tengah yang di gunakan untuk bersantai sekaligus di gunakan untuk menerima tamu, dan halaman kecil yang ada di samping rumahnya. Rumah yang mereka beli dari hasil jerih payah Chiko bekerja.
"Kita membeli rumah ini dari sejak pertama kali menikah, dan di sini juga banyak sekali suka duka yang kita lalui bersama mulai dari tidak memiliki apa-apa hingga mempunyai sesuatu. Sayang kalau harus di tinggalkan," sambung Azzura sedih.
Chiko menarik pelan tangan Azzura membawanya berdiri, lalu mengajaknya duduk di kursi yang ada di sana. Tangan Chiko memegang kedua tangan Azzura dan ia menatap lekat bila mata indah istrinya.
"Dengarkan aku! Aku tahu rumah ini begitu banyak kenangan, tapi kita pindah tidak jauh dari sini. Hanya beberapa puluh meter saja. Lagian, kita pindah ke tempat yang jauh lebih nyaman dan juga bersih. Di sini terlalu sepi untuk kamu yang seringkali aku tinggal sendiri. Kalau di sana, tempatnya dekat dengan jalan dan ramai penghuni rumah serta banyak anak-anak. Jadi, aku tidak khawatir meninggalkanmu sendirian." Chiko menjelaskan alasan dia mengajak pindah istrinya.
"Memang benar di sini terlihat sepi. Namun, aku sudah nyaman di rumah sederhana ini."
"Kita tidak akan menjualnya, kita akan menjadikan tempat ini sebagai kenangan dan mungkin suatu hari bisa di tinggali oleh anak-anak jika ada yang bersedia meninggalnya. Kamu mau 'kan?"
Azzura diam dulu dan memikirkan masak-masak ajakan suaminya. Karena Azzura tipekal wanita penurut dan patuh, ia pun menyetujui ajakan suaminya. "Baiklah, aku akan ikut kamu."
Chiko tersenyum lebar dan kembali memeluk Azzura. "Makasih sayang, kamu memang yang terbaik. Sekarang kita beres-beres dan besok pagi kita pindah ke rumah baru kita."
Azzura hanya mengangguk mengikuti suaminya. Bagi seorang Azzura, perintah suami adalah sebuah jalan menuju surga, jadi sebisa mungkin Azzura menyetujuinya.
*****
Tempat berbeda, seorang wanita yang kira-kira seusia Azzura, tapi masih tuaan dia yang sedang marah-marah kepada suaminya.
"Aku capek harus hidup begini terus. Aku juga malu terus ngutang sama tetangga, ke warung untuk memenuhi kebutuhan kita. Kenapa kamu harus mengalami kecelakaan segala sih? Sekarang hidup kita banyak utang dan tidak berkecukupan. Mana harus membeli susu, beras, kebutuhan dapur lainnya, tapi uang tidak punya." Wanita itu mengeluh tentang kehidupannya yang di uji dalam materi. Dia berdiri sembari menggendong bayi berusia enam bulan yang sedikit rewel di pangkuan ibunya.
"Ini sudah kehendak Allah, Ghina. Aku juga tidak menginginkan kecelakaan ini, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Maaf harus merepotkan mu," balas pria tampan dengan pakaian sedikit lusuh, rambut sedikit gondrong, dan sedang duduk di kursi roda.
"Pasrah kamu bilang? Pasrah menerima keadaan kita yang semakin hari semakin menderita. Keadaan semakin sulit di saat harga pangan naik. Sedangkan kamu tidak lagi bekerja dan aku pun hanya dapat uang dari jualan kue saja, itupun tidak seberapa, Mas Azzam. Aku capek hidup miskin terus, aku akan mencari pekerjaan agar kehidupan perekonomian kita jauh lebih baik lagi. Izin atau tanpa izin dari kamu aku tidak peduli!"
GHINA NAYSILA, seorang wanita berusia 26 tahun mengeluhkan kondisi suaminya dan perekonomian kita.
"Ya Allah Ghina, kamu tidak bisa mencari pekerjaan lain. Ada AZRIEL yang harus kamu urus dan masih butuh perhatian kamu." Azzam tidak mungkin membiarkan istrinya bekerja di saat anaknya masih butuh ibunya.
"Kan ada kamu yang akan menjaganya. Aku bekerja cari uang dan tugas kamu yang menjaga Azriel serta mengurus keperluan rumah. Pagi-pagi aku akan menitipkan kue ke setiap warung dan setelah siangnya aku akan bekerja."
"Tapi ..."
"Sudahlah, Mas. Ikuti saja saran ku. Kamu mau kita kekurangan terus? Banyak banget yang harus kita beli dan kamu tidak bisa membantuku!" ujar Ghina memutuskan sepihak rencana yang telah ia susun kedepannya.
AZZAM ALFAUZI, beberapa bulan yang lalu, dia mengalami kecelakaan di saat hendak pergi bekerja. Dari kecelakaan itu mengakibatkan kakinya sedikit retak dan butuh waktu untuk memulihkan kondisinya seperti semula. Sudah banyak uang yang di keluarkan oleh mereka demi mengobati kaki Azzam. Namun, sekarang keadaan ekonominya sedang di uji dan Azzam tidak meneruskan pengobatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Uthie
Kayanya bakalan seru ceritanya 👍
2023-03-11
0
Nana Shin
aku kasih bunga sekuntum nih
2023-03-11
0