3. Mengundang

"Yang sabar ya sayang. Sebentar lagi mama akan pulang. Kamu harus jadi anak yang shaleh, penurut, pintar, dan menjadi kebanggaan kami," tutur Azzam seraya menggendong putranya sambil menunggu Ghina pulang.

"Permisi pak Azzam," ucap salah seorang pria menghampiri Azzam.

"Eh, pak RT. Pasti mau iuran Jum'attan, ya?"

"Iya, Pak. Seperti biasa." Di sana, setiap KK di haruskan ikutan iuran setiap Jum'at. Uangnya di kumpulkan di bendahara RT dan jika nanti ada yang sakit atau meninggal uang iuran itu bisa membantu sebagian orang.

"Tunggu sebentar ya, Pak." Azzam masuk kedalam rumah. Terlihat sekali jika dia kesulitan memutar roda kursinya.

"Pak, anaknya biar saya bantu pegang dulu," ucap tetangga yang ikut mengantarkan Pak RT keliling kampung.

"Maaf pak merepotkan." Azzam menitipkan sebentar putranya kepada tetangga. Dia pun masuk ke dalam mengambil uang dan kertas yang berisi nama-nama bulan.

*****

Kediaman Chiko.

"Sayang, berhubung kita sudah pindah kesini, aku mau mengundang anak-anak panti asuhan, ya. Tidak apa-apa 'kan?" tanya Azzura sedang berdiri menyusun foto-foto dirinya dan beberapa barang ke dalam lemari kristal.

"Tentu tidak apa-apa, justru ini akan sangat lebih baik. Mudah-mudahan saja dengan kita berbagi ke anak yatim rezeki kita semakin berlipat ganda." Chiko tidak mungkin keberatan karena Azzura memang selalu melakukan hal itu setiap kali dirinya gajian.

"Oh iya, aku lupa. Kita juga harus ke Gereja beribadah sekaligus meminta doa kepada Tuhan." Azzura mengingatkan suaminya untuk berdoa ke tempat Tuhan mereka.

"Iya, nanti setelah semuanya selesai kita ke Gereja hari ini juga. Sekalian akan mencari aneka macam kue buat menyuguhi para tahu."

"Baiklah, sayang. Kalau begitu aku mau menyelesaikan pekerjaan ini dulu," tutur Azzura sambil menyelesaikan tugas beres-beres nya. Dia tidak mau merepotkan orang lain dan hanya ingin dia sendiri yang menyusun semuanya sesuai dengan imajinasinya.

Sekian lama berkutat dengan berbagai macam barang, akhirnya Azzura dan Chiko selesai juga.

"Akhirnya selesai juga," gumam Chiko sambil melihat jam di dinding. "Baru jam dua belas siang. Kita mandi dulu yu! Baru kita ke Gereja." Ajak Chiko dan diangguki oleh Azzura.

*****

Hal pertama yang dilakukan Azzura dan Chiko berdoa ke Gereja, lalu pergi ke panti asuhan yang sama-sama memiliki agama seperti mereka berdua.

"Begini, Bu. Kami ingin mengundang ibu dan adik-adik semua syukuran ke rumah baru kami di jalan xxx no 20." Chiko bersuara.

"Terima kasih, Nak. Kami Pasti akan datang dan mendoakan kalian."

Chiko dan Azzura tersenyum, setelah dari sana mereka kembali pulang. Saat di dalam mobil, Azzura meminta suaminya mengundang salah satu panti asuhan para anak-anak muslim.

"Sayang, kita undang lagi anak-anak panti orang muslim ya?"

"Apa itu tidak akan mengganggu mereka? Soalnya cara mereka mendoakan pasti beda." Chiko takut nantinya asa pro dan kontra.

"Bagaimana pun cara mereka berdoa, tetap yang mereka lakukan hal yang benar. Sekalipun mereka beda agama, kita tidak bisa menghakimi agamanya. Yang penting kita tulus membantu anak yatim-piatu. Mau, ya?" Azzura berharap suaminya mau membantu.

"Baiklah, sekarang kita akan mencari panti asuhan terdekat lagi. Aku bangga sama kamu, aku semakin mencintaimu." Chiko merasa beruntung memiliki istri sebaik dan juga sepeduli Azzura. Meskipun wanita itu sering kali terlihat sexy dan penampilannya suka terbuka, tapi di balik itu semua hatinya sangatlah lembut dan baik hati.

Pasangan calon istri itu pun telah mengundang satu panti asuhan lagi.

"Tapi, Bu. Maaf, Sebelumnya kami mau bertanya apa ibu dan adik-adik bersedia datang ke rumah kami? Kami ini non muslim, Bu," kata Azzura memastikan dulu kesediaan mereka.

Terlihat keterkejutan dari wajah pemilik panti. Namun, sedetik kemudian mereka tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Nak. Justru kami terharu ada, maaf, non muslim mau mengundang kami. Dengan senang hati kami akan datang dan mendoakan kalian." Ibu itu menyetujui dan terharu karena baru pertama kalinya mereka di undang ke rumah beragama lain. Karena biasanya, yang lain tidak memperbolehkan hal itu. Ibu panti itu merasa ada secerca hidayah masuk ke relung hati mereka.

"Semoga dengan hadirnya kami ke dalam rumah kalian mampu mengetuk hati kalian dan merangkul agama kami, aamiin." Batin pemilik panti bersuara.

Azzura tersenyum, "Terima kasih sudah mau bersedia datang ke rumah. Kami tunggu kedatangannya."

"Insyaallah, Nak. Kami pasti datang."

****

"Sekarang kita tinggal mencari pemasok kue buat menyuguhi mereka. Kita cari kemana ya, sayang." Azzura dan Chiko turun dari mobil hendak masuk ke dalam rumah.

"Coba kita tanya ke warung yang ada di sebrang jalan, sayang." Chiko mengajak Azzura ke warung dan wanita yang sedang ia rangkul pinggangnya mengangguk saja.

"Permisi."

"Iya, mau beli apa?"

"Oh tidak, Bu. Kami hanya ingin bertanya, apa di sini ada yang jualan jajan kue? Soalnya kami mau pesan buat acara syukuran rumah baru," tanya Azzura karena Chiko sedang menerima telpon.

"Ada, namanya Ghina. Dia suka bikin jajanan kue dan ini salah satu contohnya." Ibu warung itu menunjukkan kue-kue buatan Ghina.

"Kalau boleh tahu rumahnya di mana, ya?" Azzura tertarik untuk memesan kue ke Ghina.

"Ada di sebelah sana. Hanya terhalang lima rumah dan cat rumahnya warna hijau." Azzura mengangguk mengerti. Ia pun tersenyum ramah.

"Makasih, ya. Bu. Oh iya, besok siang datang ya ke rumah. Kita silaturahmi saja."

"Eh, iya. Insyaallah."

Azzura dan Chiko pun pamitan mencari rumah Ghina. Ibu warung itu menatap Azzura, "sangat cantik sekali dan juga ramah, tapi sepertinya mereka non muslim," gumam ibu itu setelah melihat kalung yang di kenakan Azzura.

*****

Kediaman Azzam.

Azzam sedari tadi tidak tenang sebab istrinya tak kunjung pulang padahal waktu sudah sangat siang. Tidak biasanya Ghina belum pulang setelah mengantarkan kue ke warung. Biasanya, jam delapan pagi sudah kembali lagi ke rumah, tapi kali ini sudah Dzuhur Ghina tidak pulang.

"Ghina, kamu kemana? Azriel rewel tidak tenang." Azzam mengeluh dan ia mencoba menenangkan putranya yang terlihat rewel. Mungkin karena Azriel masih membutuhkan asi, jadi bayi itu mencari mamanya.

Orang yang di tunggu pun datang menenteng belanjaan. "Assalamualaikum, Mas."

"Waalaikumsalam. Kamu darimana saja, Ghina? Pergi tidak izin dulu membuatku khawatir. Azriel rewel, sepertinya mau Mimi dulu." Azzam lega istrinya sudah pulang dan bisa segera menyusui putranya.

Terlihat tangan mungil itu bergerak ingin menggapai Ghina.

"Aku habis bekerja, Mas. Bukan main-main. Lagi cari pekerjaan tambahan buat memenuhi kebutuhan kita. Emangnya kamu mau cari uang? Cacat gini mana bisa cari uang. Jadi jangan banyak tanya." Ghina berkata ketua dan terdengar marah sambil masuk menyimpan barang belanjaannya dulu.

Azzam pun masuk sambil memangku putranya dan mencoba menggerakkan kursi rodanya. Ia tidak mengambil hati pembicaraan istrinya yang semakin hari semakin tidak baik saja. "Aku hanya mengkhawatirkan mu, Ghina. Kasihan Azriel selalu merengek."

"Kan kamu bisa kasih dia susu formula dulu, jangan nungguin aku pulang. Untuk apa aku membeli susu kalau bukan untuk Azriel," seru Ghina menoleh kesal sambil mengambil bayi mungil di pangkuannya Azzam.

Tok ... tok ... tok ....

"Permisi," ucap seseorang membuat Azzam dan Ghina menoleh.

"Biar aku saja yang buka," ucap Ghina dan Azzam mengikutinya dari belakang.

Ceklek.

"Siapa, ya?"

Episodes
1 1. Keadaan yang berbeda
2 2. Bersiap-siap
3 3. Mengundang
4 4. Memesan Kue
5 5. Keseharian Azzura
6 6. Perubahan pasangan
7 7. Membantu menenangkan
8 8. Permintaan Ghina
9 9. Curhatan Ghina
10 10. Niat Ghina
11 11. Sikap yang Berbeda
12 12. Malam Minggu
13 13. Keinginan Azzura
14 14. Cibiran Tetangga
15 15. Kekecewaan Azzura
16 16. Tanda merah
17 17. Tanda merah part 2
18 18. Mengikuti
19 19. Kenyataan yang Sesungguhnya
20 20. Berbagi Kesedihan.
21 BAB 21. Pertengkaran
22 BAB 22. Pertengkaran part 2
23 BAB 23. Memilih Pergi
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27. Permintaan
28 BAB 28. Kamu mau apa?
29 BAB 29. Kesedihan Chiko
30 BAB 30. Nasihat Azzam
31 BAB 31. Penilaian orang belum tentu benar
32 BAB 32. Bingung
33 BAB 33. Bingung part 2
34 BAB 34. Keingintahuan Azzura
35 BAB 35.
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40. Kehamilan Ghina
41 BAB 41. Penolakan Azzura
42 BAB 42. Nasihat Umi
43 BAB 43. Pilihan Azzura
44 BAB 44. Pilihan Ghina, Azzam dilema
45 BAB 45. Sebuah Kenyataan.
46 BAB 46. Sebuah Kenyataan part 2
47 BAB 47. Masih Lindungi
48 BAB 48. Keadaan dan kondisi yang berbeda
49 BAB 49.
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55. Pernikahan Dadakan
56 BAB 56
57 Visual pilihan Author
58 BAB 57
59 BAB 58. Kekesalan Chiko
60 BAB 59. Hari Yang Indah
61 BAB 60. Sebuah Kenyataan
62 BAB 61.
63 BAB 62. Tanda merah!!
64 BAB 63. Pertengkaran
65 BAB 64.
66 BAB 65. Mengejutkan
67 BAB 66.
68 BAB 67
69 BAB 68. Selesai
70 Novel Baru
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Keadaan yang berbeda
2
2. Bersiap-siap
3
3. Mengundang
4
4. Memesan Kue
5
5. Keseharian Azzura
6
6. Perubahan pasangan
7
7. Membantu menenangkan
8
8. Permintaan Ghina
9
9. Curhatan Ghina
10
10. Niat Ghina
11
11. Sikap yang Berbeda
12
12. Malam Minggu
13
13. Keinginan Azzura
14
14. Cibiran Tetangga
15
15. Kekecewaan Azzura
16
16. Tanda merah
17
17. Tanda merah part 2
18
18. Mengikuti
19
19. Kenyataan yang Sesungguhnya
20
20. Berbagi Kesedihan.
21
BAB 21. Pertengkaran
22
BAB 22. Pertengkaran part 2
23
BAB 23. Memilih Pergi
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27. Permintaan
28
BAB 28. Kamu mau apa?
29
BAB 29. Kesedihan Chiko
30
BAB 30. Nasihat Azzam
31
BAB 31. Penilaian orang belum tentu benar
32
BAB 32. Bingung
33
BAB 33. Bingung part 2
34
BAB 34. Keingintahuan Azzura
35
BAB 35.
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40. Kehamilan Ghina
41
BAB 41. Penolakan Azzura
42
BAB 42. Nasihat Umi
43
BAB 43. Pilihan Azzura
44
BAB 44. Pilihan Ghina, Azzam dilema
45
BAB 45. Sebuah Kenyataan.
46
BAB 46. Sebuah Kenyataan part 2
47
BAB 47. Masih Lindungi
48
BAB 48. Keadaan dan kondisi yang berbeda
49
BAB 49.
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55. Pernikahan Dadakan
56
BAB 56
57
Visual pilihan Author
58
BAB 57
59
BAB 58. Kekesalan Chiko
60
BAB 59. Hari Yang Indah
61
BAB 60. Sebuah Kenyataan
62
BAB 61.
63
BAB 62. Tanda merah!!
64
BAB 63. Pertengkaran
65
BAB 64.
66
BAB 65. Mengejutkan
67
BAB 66.
68
BAB 67
69
BAB 68. Selesai
70
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!