Semenjak kehadiran Ghina di kantor tempat Chiko bekerja, Chiko jadi sering banyak berinteraksi dengan Ghina. Apalagi mendengar cerita Ghina membuat Chiko merasa kasihan dan iba.
Sepulang dari kantor, Chiko langsung merebahkan tubuhnya ke atas sofa dan tangannya sibuk mengotak-atik ponselnya.
( Udah makan? Jangan lupa istirahat, ya. )
Pesan dari Ghina membuat Chiko menyunggingkan senyum tipis.
( Makan belum, ini juga lagi istirahat. Makasih ya untuk pijatannya, badanku terasa ringan semua. )
( Sama-sama, lain kali kalau kamu mau bisa hubungi aku lagi buat merilekskan tubuhmu. Aku pasti siap asalkan ada bayarannya. )
( Soal harga mag gampang, yang penting pijatan kamu mampu membuat tubuhku lebih enakan. )
"Sayang, udah pulang? Kok tidak mengabari ku dulu." Azzura tidak mengetahui suaminya pulang cepat. Biasanya sebelum pulang Chiko selalu mengabarinya menggunakan pesan singkat supaya Azzura menyambutnya.
Dia yang baru selesai mandi dan rambut masih terlihat basah berjongkok hendak melepaskan sepatu suaminya. Chiko sempat kaget dan tak sengaja menggerakkan kakinya hingga Azzura terjengkang ke belakang.
"Awww," Azzura meringis. Chiko kaget.
"Azzura! Aku kira siapa, maaf. Kamu tidak apa-apa?" Chiko membantu Azzura duduk dan wanita menggelengkan kepalanya.
"Kamu ngapain berjongkok di dekat kakiku? Aku jadinya tidak sengaja menendang mu."
"Biasanya juga selalu begini, sayang. Kamunya malah anteng dengan ponselmu sampai melupakan aku di hadapan mu. Kamu juga tidak menjawab perkataan ku." Azzura menyindir Chiko yang sedari tadi terus fokus pada ponselnya hingga ia berinisiatif melepaskan sepatu Chiko tanpa memberitahukan dulu.
"Iyalah? Ah masa aku tidak menyadari keberadaan mu? Ah sudahlah, lagian kamu yang salah tidak bilang dulu. Aku mau mandi dulu, kamu siapkan pakainku, ya!" Chiko pun beranjak dari sana meninggalkan Azzura. Tapi tangan dan matanya fokus pada benda pipih yang ia lihat.
( Aku mau mandi dulu, nanti di lanjut lagi, ya. )
( Aku ikut, bolehkan? )
( Kapan-kapan )
Azzura menatap heran pada suaminya. "Apa yang membuat Chiko fokus pada ponselnya? Ada hal apa yang membuat dia terlihat mengabaikan ku dan selalu saja melirik ponselnya?" Terlihat gurat kesedihan di wajah Azzura kala suaminya tidak sehangat dulu. Ia merasa ada yang berbeda, ia merasa ada yang berubah, ia merasa ada yang kurang, dan ia merasa semuanya terasa hambar, tidak semanis dan seharmonis dulu.
*****
Kediaman Azzam.
Ghina tersenyum memperhatikan ponselnya. Dia yang juga baru sampai langsung melirik ponselnya sebelum masuk ke dalam rumah.
"Ternyata menyenangkan juga bertukar pesan dengan Chiko. Dia orangnya harmonis, perhatian, baik juga." Ghina terus tersenyum memperhatikan ponselnya tanpa menyadari kalau suaminya sudah ada di belakang dia.
"Ghina, kamu kenapa tidak langsung masuk?"
"Eh, Mas!" Ghina menoleh dan langsung mematikan ponselnya. Dia memasukan benda pipih itu kedalam tas dan tersenyum senang.
"Mas, aku di terima Kerja."
"Alhamdulillah, di perusahaan mana?" tanya Azzam senang mendengar kabar baik dari istrinya.
"Perusahaan ADIGUNA CORPORINDO." Ghina menyebutkan perusahaan tempat ia bekerja dan dia bangga bisa bekerja di perusahaan besar itu.
Deg ....
Azzam tertegun mendengar nama perusahaan yang ia kenal. "ADIGUNA CORPORINDO?" Azzam terkejut Ghina bekerja di perusahaan yang ia kenal. Dia tahu milik siapa perusahaan itu dan Azzam juga tahu kalau masuk kesana tidaklah mudah.
"Apa segitu mudahnya Ghina masuk ke perusahaan itu? Setahuku tidak mudah dan banyak syarat yang harus di penuhi. Apa Ghina masuk lewat jalur dalam? Dia kan meminta bantuan suaminya Azzura. Bisa saja Chiko memasukan Ghina tanpa menyeleksi terlebih dulu." Pikiran Azzam mulai menerka apa yang terjadi.
"Iya, itukan perusahaan terbesar di kota kita dan juga sangat berpengaruh di kota kita. Gajinya pun tidak kaleng-kaleng. Aku aja yang bekerja sebagai ob di gaji enam juta perbulan. Itu mampu membantu perekonomian kita meski tidak sepenuhnya cukup. Hebat kan aku?" rasa senang bekerja di perusahaan besar membuat Ghina membanggakan dirinya sendiri.
"Tidak seperti kamu yang hanya bisa bekerja sebagai tukang servis keliling. Gajinya tidak menentu dibandingkan ob. Hal itu membuktikan kalau pekerjaanku jauh lebih baik daripada pekerjaan kaku dulu," sambung Ghina membandingkan pekerjaan dia dan suaminya.
"Emangnya kamu tahu siapa pemilik perusahaan itu?" Azzam menunggu jawab istrinya. Dia tidak memperdulikan perbandingan yang dikatakan Ghina dan lebih penasaran tentang keingintahuan Ghina mengenai pemilik perusahaan itu.
"Menurut informasi pemiliknya seorang wanita tua. Ah, tak apalah mau dia tua ataupun tidak, yang penting bagiku adalah bekerja, bekerja, dan bekerja. Jadi, kamu sebagai suami yang hanya bisa diam di kursi roda sekarang tugasnya menjaga Azriel dan mengurus rumah biar aku yang mencari nafkah." Ghina berdiri lalu, ia mengambil tasnya dan masuk kedalam rumah.
"Ghina, kalau pulang langsung ketemu Azriel, dia rindu mamanya." Azzam mengikutinya dari belakang meski ia menahan kecewa karena sikap istrinya.
"Bisa nanti saja, Mas. Aku lelah mau istirahat dulu. Tolong buatkan aku makanan, ya. Aku capek banget." Dari dalam kamar Ghina bersuara dan memerintahkan suaminya.
"Sebentar saja," ujar Azzam menyuruh istrinya menemui sang putra yang sedang terlelap di ruangan dekat televisi.
"Aku bilang capek, Mas. Kaku ngerti tidak sih? Aku baru pulang kerja tapi kamu malah menyuruhku menemui Azriel. Lagipula anaknya juga lagi tidur, tidak perlu di temui." Suara Ghina meninggi sedikit kesal atas pemaksaan yang dilakukan suaminya.
"Aku hanya ingin kamu memperhatikan anakmu juga, Ghin. Kasihan Azriel seharian ini tidak kamu lihat."
"Kan ada kamu yang jaga. Ngapain harus aku terus?"
Blug!
Saking kesalnya, Ghina sampai membanting pintu kamar mandi. Azzam terlonjak kaget seraya istighfar dan mengusap dada.
"Astaghfirullah, Ghina."
*****
"Sayang, hari ini malam Minggu. Kita keluar yuk?" Azzura mengajak Chiko jalan-jalan di malam Minggu. Ia rindu berduaan dengan suaminya dan menghabiskan waktu bersama layaknya pasangan kekasih.
"Aku lelah sayang, mending kita tidur ya." Chiko malas keluar. Namun, tiba-tiba ada pesan masuk dan Chiko segera membuka pesannya.
( Malam Minggu keluar yuk? Aku malas di rumah, suamiku marah-marah terus dan dia berlaku kasar. ) Pesan terakhir di tambahkan emot sedih dan menangis.
( Dia kasar lagi sama kamu? )
( Iya, aku tidak mau berdebat dengannya. Kalau melawan semakin parah. )
Azzura memperhatikan Chiko. "Sayang, kamu sedang bertukar pesan dengan siapa?"
"Hah." Chiko mendongak menatap Azzura yang ada di hadapannya.
"Ini soal kerjaan. Katanya hari ini ada hal yang harus di bahas. Aku harus ketemu sama sekertaris membahas proyek penting."
"Malam ini juga?" Azzura nampak kecewa.
"Iya, kamu tidak keberatan 'kan aku tinggal sendirian di rumah?"
"Apa tidak ada waktu buat kita berdua?" Azzura mulai mengeluh.
"Aku sedang bekerja, Azzura. Mana mungkin kita menghabiskan waktu berdua di saat kerjaan ku menumpuk." Suara Chiko meninggi dan terdengar kesal.
"Kamu berubah, Chiko. Tidak bisakah meluangkan waktu buat kita berdua?"
"Stop untuk membahas ini! Aku mau bekerja dan kamu tunggu di rumah!" pekik Chiko membuat Azzura terkesiap penuh keterkejutan.
"Chiko! Sikap mu berbeda," gumam Azzura murung sambil melihat suaminya berjalan menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
guntur 1609
mungkin azzam anak dari oemilik wanita tua
2023-07-09
0
Dwi Fayza
jangan" Adiguna corporation itu milik klganya Azzam ya Thor ...jdi asline Azzam ank orang kaya
2023-03-06
1