Chiko terkejut mendengar perkataan Ghina yang bilang kalau dirinya suka.
"Sebenarnya aku suka sama kamu, Chiko," ucap Ghina serius seraya menatap mata Chiko. Tangan Ghina pun mengusap lembut tangan Chiko.
"Apa? Kamu seriusan suka sama aku?" Chiko tidak mempercayai itu dan ia merasa ini terlalu cepat.
"Iya, aku serius. Aku memang suka sama kamu. Kamu baik, kamu perhatian, kamu juga pengertian, dan kamu selalu ada di saat aku sedang bersedih. Aku merasa nyaman berada di sampingmu dan suka sama kamu pada pandangan pertama." Dengan berani Ghina mengungkapkan perkataan suka yang bisa dibilang hanya sebatas obsesi semata bukan suka atau cinta. Ya, obsesi ingin mendapatkan pria kaya raya dan juga sempurna.
"Tapi tidak mungkin ini terjadi. Kamu sudah punya suami."
"Kau tahu dan aku juga tidak bisa membohongi perasaanku jika aku menyukaimu. Aku hanya mengungkapkan apa yang ku rasa saja, selebihnya itu urusan kamu dan kita menang tidak mungkin bisa bersama." Ghina terlihat sedih dan ia melepaskan genggaman tangannya menunggu makanan datang. Chiko diam memikirkan kejadian barusan.
*****
"Neng, tadi sedang berantem ya?" tanya Bu Nining memberanikan diri untuk bertanya.
"Tidak, Bu. Hanya ingin ikut, tapi suamiku melarang karena katanya mau bekerja dan ini sudah malam. Jadi aku tidak boleh ikut dia." Azzura tidak mungkin menceritakan masalah yang terjadi sebelum itu. Ia bukan wanita yang bermulut ember.
"Oh, ibu kira sedang bertengkar. Eh, neng, ibu punya saran supaya suami betah di rumah."
"Saran apa?" Sepertinya Azzura tertarik mengenai saran dari Bu Nining. Ia ingin tahu apa yang akan Bu Nining katakan.
"Dulu, ibu sering banget di timpa masalah mulai dari cekcok, orang ketiga, hingga masalah ekonomi. Ibu mencoba mempertahankan pernikahan kami dan ibu mencoba untuk hamil. Dari sejak ibu mengandung, suami ibu mulai perhatian lagi dan sering banget ada di rumah. Dan ketika anak lahir, keadaan semakin membaik serta suami ibu sering betah di rumah. Menurut ibu, Neng Azzura ini masih muda, Chiko juga masih tampan, kaya, dan juga masih mempesona. Yang ibu takutkan adalah banyak orang di luaran sana sedang mencoba mengganggu rumah tangga neng Azzura. Demi mengantisipasi hal itu, coba dulu program hamil dan diskusikan ini pada suamimu. Biasanya, suami akan tertarik ketika membicarakan tentang anak."
"Anak, hamil. Sampai saat ini aku belum hamil karena memang masih mengenakan pil KB. Kalau itu salah satu caranya, mungkin aku bisa ikutin saran ibu. Aku berharap suamiku kembali seperti dulu dan sering menghabiskan waktu bersama." Azzura tertarik dengan saran Bu Nining. Ia tidak mau kalau rumahtangga di usik oleh orang lain.
"Anak salah satu penguat dalam rumahtangga, Neng. Dengan hadirnya anak biasanya mampu membuat para orangtuanya berpikir untuk tidak melakukan tindakan hal yang merugikan semuanya. Biasanya, anak obat paling ampuh untuk membuat orangtua betah di rumah."
*****
Kediaman Azzura.
"Katanya sebentar, kenapa lama sekali?" gumam Azzura masih menunggu kedatangan suaminya pulang. Ia tidak bisa tidur sebelum Chiko pulang. Azzura tidak sabar ingin membicarakan masalah program hamil dengan suaminya. Ia sudah memikirkan dan menimang-nimang semuanya dan apa yang Bu Nining katakan ada benarnya juga.
*****
"Aku turun di sini saja, ya. Aku tidak mau orang lain melihat kita berdua dan menyangka yang tidak-tidak." Ghina meminta berhenti di jalan cukup jauh dari rumahnya.
"Tapi kamu yakin akan turun di sini?" Chiko nampak keberatan.
"Aku yakin, Chiko." Ghina tersenyum manis. "Makasih ya sudah menghiburku dan makasih juga sudah mentraktir ku."
"Sama-sama, laik kali kita jalan lagi, ya." Balas Chiko tersenyum.
"Tentu, asalkan kamu tidak merasa terganggu."
"Tidak atuh, aku malah senang bisa berduaan dengan kamu. Ternyata kamu orangnya asik juga. Aku jadi nyaman berada di dekat kamu." Balas Chiko seakan memberikan sebuah sinyal pengkhianatan akan di mulai.
Berawal dari iseng, lama-kelamaan menjadi keseringan dan berakhir menjadi sebuah perselingkuhan.
"Aku juga nyaman sama kamu. Kalau gitu aku turun dulu." Ghina hendak membuka pintu mobil, tapi Chiko mencekal pergelangan tangan Ghina.
Ghina menoleh, "ada apa?" tanya Ghina penasaran.
Chiko menatap lekat mata Ghina dan lama-lama wajah mereka mendekat hingga mereka saling beradu bibir. Tidak ada penolakan dari Ghina, justru wanita itu menerima dan menikmatinya. Untuk beberapa saat, mereka bercium*n menikmati hubungan terlarangnya.
Chiko melepaskan pangutannya dan tersenyum. "Mulai hari ini kita pacaran."
"Hah? Kamu serius?" Tentu saja Ghina kaget karena semudah itu Chiko menyukainya.
"Iya, aku serius. Kita akan mencoba menjalin hubungan, tapi jangan sampai istriku dan suamimu tahu."
"Tentu, tentu saja tidak akan terjadi. Aku suka kamu." Dan Ghina pun kembali mengecup bibir Chiko dan keluar dari dalam mobil dengan hati berbunga sebab kini ada mainan baru dan Chiko membelanjakan dirinya aneka macam belanjaan berupa perhiasan. Chiko pun tersenyum menjalankan mobilnya menuju rumah.
Orang yang Azzura tunggu akhirnya sampai juga. Wanita itu segera menyambut suaminya dan tersenyum ramah dengan wajah berseri-seri.
"Sayang," panggil Azzura.
Namun, Chiko hanya tersenyum saja tanpa mau memeluk istrinya. "Kamu belum tidur? Ayo masuk, aku capek mau istirahat." Chiko melangkah masuk kedalam rumah di ikuti Azzura dari belakang.
"Sayang, aku mau bicara serius sama kamu."
"Nanti saja, sayang. Aku lelah." Namun, Azzura mencekal tangan suaminya dan memelas. "Hanya sebentar saja, kok."
"Baiklah, kota duduk dulu." Mereka pun duduk di sofa secara berdampingan. Hidung Azzura tiba-tiba mencium wangi yang berbeda dari tubuh suaminya, parfum wanita.
"Kamu dari mana?"
"Aku habis ketemuan sama klien."
"Laki-laki atau perempuan?" Azzura yang tadinya ingin membicarakan anak malah mengalihkan perhatian ke hal lain yang membuatnya penasaran.
"Laki-laki. Kamu ini aneh sekali malah menanyakan ini semua. Sebenarnya kamu mau bicara apa sih? Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku hanya mencintaimu."
"Ya, aku memang mencintai Azzura, tapi tidak ada salahnya kalau aku bermain dengan wanita gampangan itu."
Azzura menghelakan nafas. "Bagaimana kalau kita program hamil. Aku ingin punya anak." Akhirnya Azzura mengungkapkan keinginannya. Hal itu membuat Chiko diam.
"Punya anak? Nanti dulu deh, sayang. Masih banyak hal yang ingin ku gapai sebelum memiliki anak. Kalau kita punya anak sekarang akan merepotkan sekali. Aku menolak!" Chiko bangkit dari duduknya.
"Tapi aku ingin punya anak, Chiko. Aku ingin keluarga kita lengkap dan di rumah ini ada suara tangisan anak kecil." Azzura berdiri mengejar Chiko.
"Aku bilang nanti saja dulu, ok! Tunggu satu tahun lagi baru kita akan memikirkan anak."
"Aku maunya sekarang."
"Tapi aku yang tidak mau!" Chiko kekeh belum siap punya anak.
"Kenapa? Apa kamu memiliki wanita lain sampai kamu menolak punya anak?"
Deg...
Langkah Chiko terhenti dan menoleh. "Apa maksud mu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rosnelli Sihombing S Rosnelli
Udah lah azura tak usah kau program hamil biar aja si zina alias ghina yg hamil sekalian tau kedok suami kau itu kau tinggal porotin aja uang suami kau biar ada modal kau nanti waktu cerai
2023-03-07
0