Hari yang di tunggu pun tiba. Rumah baru Chiko dan Azzura sudah ramai dikunjungi para anak-anak yatim-piatu. Terlihat sekali ramai dan berada di dua tempat dengan sebagian kiri para muslim dan sebagian kanan para non muslim. Namun, mereka semua nampak akrab dan sangat asyik menikmati hidangan kue yang di pesan dari Ghina.
Azzura pun menghargai keadaan mereka dan memakai pakaian tertutup meski tanpa hijab. Namun, aura dari diri Azzura sangat mencuri perhatian orang-orang.
"Dia 'kan bukan muslim ya, tapi kalau memakai gamis terlihat sangat cantik sekali. Apalagi orangnya ramah dan juga baik hati menambah kecantikan dalam diri Azzura," bisik tetangga yang menghadiri acara syukuran itu.
"Iya, dia sangat cantik. Mudah-mudahan saja rumah tangganya langgeng dan tidak ada yang mencoba masuk."
Namun, di balik itu semua ada sosok wanita terlihat iri melihat kebahagiaan dan kekayaan yang dimiliki Azzura.
"Beruntung sekali Azzura di nikahi pria kaya. Hidupnya pasti bahagia dan tidak pernah merasakan yang namanya kekurangan beras, kekurangan uang," batin Ghina yang juga hadir atas undangan Azzura.
"Silahkan di nikmati, ya. Maaf seadanya saja." Azzura bersuara dan menyapa para tetangga baru.
"Ini juga sedang kami nikmati, Nak. Kalau kami membawa pulang bagaimana?" Salah satu dari ibu bercanda.
"Boleh-boleh, dengan senang hati aku mengizinkan." Tentu saja Azzura tidak merasa keberatan sebab ia orangnya ramah dan juga royal. Jadi tidak pelit terhadap makanan.
"Baik sekali. Ibu hanya bercanda."
"Beneran juga tidak apa-apa, Bu." Azzura membalas candaan para ibu-ibu. Terlihat sekali kehangatan tercipta diantara mereka dengan adanya Azzura yang terlihat mudah berbaur dengan orang-orangnya.
*****
Acara syukuran rumah baru telah selesai. Kini Azzura dan Chiko berdiri membagikan setiap bingkisan dan juga amplop putih.
"Makasih ya adik-adik sudah mau berkunjung." dengan tulus Azzura mengusap lembut kepala anak kecil itu.
"Maaf ya hanya seadanya," sambung Chiko.
Tinggal para tetangga yang juga mereka bagi. Terakhir Ghina yang keluar dan di berikan bingkisan juga.
"Sebagai hadiah buat si kecil," ujar Azzura memberikan satu bingkisan dan juga amplop.
"Makasih banget, semoga berkah ya."
"Aamiin."
*****
Kediaman Azzam.
Seperti biasa, Azzam menunggu istrinya pulang dan dia mengasuh anaknya. Ghina tidak membawa Azriel dengan alasan takut rewel. Padahal, banyak ibu-ibu juga yang membawa anak-anak kecil.
"Assalamualaikum." Ghina masuk ke rumah dengan senyum mengembang.
"Waalaikumsalam," balas Azzam.
"Lihatlah, Mas. Aku dapat bingkisan dari tetangga baru itu." Ghina duduk dan melihat isi bingkisannya. Isinya aneka macam kue dari dia dan nasi box.
"Ini mah kue dan nasi. Tapi tenang, ada amplopnya." Ghina semangat membuka isi amplop nya. Isinya uang merah seratus ribu.
"Ya, hanya seratus ribu? Ku kira banyak." Ghina nampak kecewa melihat isinya.
"Segini juga udah Alhamdulillah. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki," tegur Azzam. "Malahan hasil dari kue saja melebihi modal dan keuntungan yang dari biasanya." sambung Azzam menasehati istrinya.
"Ya, ya, ya. Alhamdulillah." Balas Ghina terlihat malas.
*****
Hari-hari telah di lewati oleh Azzura di tempat barunya. Namun, selam satu Minggu ini ia merasa kesepian karena suaminya sering lembur dan pulang malam. Seperti saat ini, Azzura bingung harus ngapain di saat rasa jenuh datang menghampiri.
"Bosan sekali. Ingin rasanya aku juga bekerja, tapi Chiko tidak mengizinkan." Karena bosan, Azzura keluar untuk jalan-jalan di sekitar rumah. Hal yang ia tuju warung yang ada di sebrang jalannya.
"Siang Bu Nining," sapa Azzura ramah sambil duduk di kursi yang ada di sana.
"Eh neng Azzura. Siang juga, pasti mau jajan ya?" Wanita yang di sapa Nining itu tersenyum melihat orang ramah mampir ke warungnya. Kalau Azzura ada di sana, pasti barang jualannya banyak di beli dan di bagi-bagi kepada anak-anak yang lewat.
"Aku ikut duduk ya, Bu. Soalnya bosan di rumah sekalian mau jajan juga," balas Azzura tersenyum ramah.
"Tentu saja boleh, silahkan duduk."
Terlihat anak-anak kecil bermain kesana kemari dan salah satu dari anak itu menghampiri Azzura.
"Kakak cantik," sapa anak perempuan bernama Mira. Mungkin usianya baru empat tahunan.
"Hai Mira sayang. Sini duduk. Kamu sama siapa mainnya?" Azzura menepuk bangku kosong di sebelahnya seraya membantu gadis kecil itu duduk di sampingnya.
"Sama kakak geli, Kakak cantik." Mira, salah satu anak tetangga yang sering main di depan rumah rumah Azzura. Azzura mengangguk karena melihat beberapa anak laki-laki sedang bermain bola di halaman luas tidak jauh darinya.
"Kakak cantik, hali ini Mila tidak pipis loh. Mila pintal 'kan kakak cantik?"
"Benarkah? Pintar sekali. Pasti Mira semakin pintar. Nanti kalau mau bobo jangan lupa pipis dulu, ya." Mira mengangguk.
Bu Nining tersenyum melihat Azzura begitu peduli terhadap anak-anak dan terlihat sekali jika Azzura menyukai anak kecil.
"Iya dong kakak cantik. Mila 'kan udah besal." Gadis kecil itu berceloteh membuat Azzura gemas.
Mereka saling bercanda dan juga sering bicara dengan pemilik warung di sana. Melihat para bocah lainnya menghampiri Azzura, dia menawarkan mereka jajanan.
"Kalian mau jajan?"
"Tidak kakak." Mereka menolak secara kompak.
"Loh, kenapa? Kan kakak yang akan membayarnya, tidak apa-apa kok."
"Tapi kami takut dimarahi mama," ujar salah dari anak pria yang sering menerima uang jajan dari Azzura.
"Sayang dengerin kakak," Azzura mulai memperhatikan para anak-anak yang ada di sana. Sebagian ada yang tidak punya ayah, ibu, malah hanya tinggal dengan neneknya saja, tapi ada juga yang masih memiliki orangtua lengkap. "Kak Azzura tidak keberatan kalau kalian jajan di sini asalkan ada kakak. Kalau tidak ada baru kalian tidak boleh apalagi mengutang. Selama kakak mampu dan bisa berbagi, kak Azzura pasti akan memberi. Nah, kalau orangtua kalian marah dan tanya darimana kalian dapat jajanan, bilang saja dari kakak Azzura."
"Mungkin mereka hanya takut kalau anak-anaknya ketergantungan di kasih jajan sama neng Zura," ujar Bu Nining.
"Iya, Kak." Mereka serempak menjawab. Azzura terenyuh kalau anak-anak di sini begitu nurut apa kata orangtuanya.
"Kalau ada rezeki, kak Azzura pasti berbagi. Sekarang kalau kalian mau jajan silahkan, hari ini kakak Azzura ulang tahun loh, jadi hadiahnya kakak traktir kalian semua."
"Wah, kakak cantik ulang tahun?" Azzura mengangguk tersenyum karena itulah kenyataannya. Tahun ini, usia Azzura menginjak 25 tahun.
"Boleh?" tanya anak-anak memastikan lagi. Azzura pun kembali mengiakan.
"Selamat ulang tahun ya, Neng. Semoga makin sukses dan semakin banyak di sayangi orang. Semoga cepat di karuniai momongan." Doa tulus Bu Nining ucapkan.
"Aamiin. Makasih, Bu doanya." Hanya dengan cara ini Azzura berbagi kebahagiaan dan menghilangkan rasa bosan di rumah sendirian. Hanya dengan ini pula dia berbagi di hari jadinya. Ia tersenyum bahagia bisa melihat anak-anak bahagia juga.
"Kakak cantik, semoga Allah melindungi kakak cantik dan juga memberikan kakak kebahagiaan dan rezeki yang berlimpah," ucap bocah pria dengan mata berkaca-kaca karena dia salah satu anak kurang beruntung. Dilahirkan tapi tidak diinginkan dan juga hidup hanya dengan neneknya saja serta berasal dari keluarga yang tidak mampu. Kehadiran Azzura yang seringkali memberikan jajan merasa senang karena anak itu seringkali hanya memperhatikan orang jajan tanpa bisa membelinya.
Azzura mengusap lembut kepala bocah itu dan mengaminkan doa anak-anak yang tak berdosa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments