Para ibu-ibu yang ada di sana terkejut ada Azzura datang tersenyum manis. Terlihat seperti tidak ada beban dari wajah Azzura. Wanita muda itu begitu terlihat cantik mempesona dengan balutan dress bunga-bunga selutut tanpa lengan.
"Neng Azzura!"
"Tadi katanya ada yang selingkuh, siapa?" Azzura mendengar pembicaraan terakhir tentang perselingkuhan. Hal itu membuat dia penasaran siapa yang di bicarakan.
"Ini ...."
"Itu orang lain selingkuh. Tega banget sama pasangannya," sela Ghina tidak ingin mereka bilang mengenai dirinya pada Azzura.
"Iya, saking teganya malah malam mingguan di tukang jualan sate. Ck, menjijikan." Bu Nining menyindir Ghina.
"Emang ada ya orang seperti itu? Apa orang seperti itu tidak memiliki keimanan dan rasa malu? Apa dia tidak memikirkan keluarga, suami, dan anak-anaknya? Apa karena nafsu sampai berbuat hina begitu? Pikirannya sungguh dangkal sekali sampai berselingkuh di belakang pasangannya." tanya Azzura melirik Ghina dan memperhatikan raut wajahnya yang sudah terlihat masam dan tidak nyaman berada di sekitar sana.
Ghina semakin terpojok dan merasa tersinggung atas apa yang Azzura katakan. Dia pun berkata, "mungkin karena pasangan yang di rumah tidak bisa menyenangkan pasangannya sampai orang itu berselingkuh."
"Tapi perselingkuhan tidak akan terjadi jika tidak ada asap tanpa api. Perselingkuhan tidak akan terjadi jiga tidak ada penggoda dan pintu tidak di buka. Selama keimanan mereka kuat dan tidak memberikan peluang untuk perselingkuhan, maka hal itu tidak akan terjadi sekalipun si penggoda tetap menggoda. Namun, sayangnya mereka berdua terhasut oleh godaan syetan terkutuk dan setan itu harus di singkirkan. Cara menyingkirkannya pun mudah, cukup bakar dengan api." Azzura menatap Ghina dengan tatapan halus, tapi menusuk.
"Ih, seram sekali."
"Kalau itu terjadi kepadaku, aku tidak akan segan-segan membakar orang yang menjadi selingkuhan suamiku. Dan pastinya tidak akan ku biarkan orang itu menguasai harta yang telah kami kumpulkan dari nol." Azzura tetap tenang sambil memilih sayuran meski hatinya teramat sakit dan kecewa. Ia mendengar pembicaraan mereka mengenai suami dan Ghina. Azzura tidak menyangka akan hal itu. Namun, ia berusaha untuk tenang dan tidak gegabah dalam bertindak.
"Bu, ini semuanya jadi berapa?" Ghina buru-buru mengeluarkan uang dari dompetnya. Azzura memperhatikan cara Ghina bergerak. Nampak sekali ketidaknyamanan dan juga terlihat jelas kegugupan dari diri Ghina.
"Apa yang mereka lakukan di belakangku? Ibu-ibu tadi melihat Chiko dan Ghina makan berdua di tukang sate, apa ini pertanda jika suamiku berselingkuh?"
Memikirkan itu semua membuat Azzura merasa sesak bak tertimpa batu besar.
"Jadi lima belas ribu. Kenapa buru-buru? Biasanya juga sering ngerumpi dulu."
"Saya harus masak, bu. Permisi." Lalu Ghina begitu tergesa pergi dari sana.
"Neng," ujar Bu Onih mengusap pundak Azzura.
"Aku mendengar apa yang kalian bicarakan, tapi aku belum bisa memastikan segalanya dan aku ingin melihat dulu kelakuan mereka itu seperti apa. Makasih ya, sudah begitu peduli kepadaku. Padahal kita beda agama." Raut wajah sedih Azzura kali ini terlihat jelas dan ibu-ibu di sana bingung harus berkata apa.
"Semoga Allah menunjukkan jalan terbaik buat keluarga neng Azzura, ya. Kami doakan yang terbaik. Kami tidak bisa berbuat apa-apa."
"Tidak apa-apa, bu. Bolehkah aku minta fotonya?" Azzura berusaha tenang di saat dada bergemuruh merasa kecewa dan sakit hati.
Ibu-ibu yang tadi memiliki foto kebersamaan Chiko dan Ghina pun membagikannya ke pesan wa milik Azzura. Wanita itu melihatnya dan ia memejamkan mata menahan sesak di dada. "Kamu bohong, Chiko. Kami bilang ketemu klien, tapi ternyata ketemu wanita."
*****
Kediaman Azzam.
"Sialan, bisa-bisanya ibu-ibu itu mengetahui kebersamaan ku dengan Chiko. Kenapa aku juga tidak celingukan ke sekitar. Apa Azzura curiga? Tapi sepertinya dia tidak curiga sama sekali. Aku harus hubungi Chiko untuk menyembunyikan ini semua."
Ghina pun mencari ponselnya di dalam kamar, ia segera menelpon Chiko.
*****
Kediaman Chiko.
Orang yang tengah di telpon Ghina sedang terlelap tidur tidak mendengarkan dering ponselnya yang di silent. Azzura masuk hendak membangunkan suaminya. Namun, ia melihat ponsel suaminya menyala.
Hal yang membuat Azzura tertarik adalah namanya seorang pria. Azzura mengangkat nya, tapi sebelum ia bersuara Ghina lebih dulu berbicara.
( "Chiko, sayang gawat. Kegiatan kita semalam ada yang tahu dan ibu-ibu sedang membicarakan kita. Aku harap kamu bisa meyakinkan istrimu untuk tidak percaya pada hubungan kita." )
Deg.
Azzura terhenyak, dadanya semakin sesak dan ia menatap Chiko yang terlelap. "Hubungan? Jadi kalian memiliki hubungan di belakangku?"
( "Chiko, kaku dengar aku tidak? Sayang." )
"Sayang? Dia panggil suamiku sayang. Keterlaluan kamu Chiko. Semalam kamu bilang tidak, tapi nyatanya kamu berselingkuh di belakangku."
Azzura mematikan ponselnya dan ia menghapus panggilan masuk. Dia memperhatikan Chiko dan tangan mungilnya mengotak-atik ponsel Chiko.
"Aku ingin tahu pesan apa yang akan kalian kirimkan," batin Azzura menyadap ponsel suaminya. "Kamu bermain, aku akan memperhatikan. Dan jangan salahkan aku jika perjanjian pra nikah itu akan aku urusi dan akan menjadi milikku," sambung Azzura dalam hati. Azzura mengirimkan pesan kepada Ghina.
( Ada Azzura, aku tidak mau dia dengar pembicaraan kita. Tapi aku mengerti apa yang kamu bicarakan. Aku akan mencoba meyakinkan dia agar tidak percaya pada omongan siapapun. )
"Kita bermain." Lalu, Azzura menghapus pesannya.
Lalu, Azzura mengambil surat rumah besar ini dan ia mengamankannya. Berhubung Chiko sedang tidur, Azzura pergi seorang diri mengurus surat-surat perpindahan harta sesuai isi surat perjanjian pra nikah.
*****
Kediaman Azzam.
"Kenapa Chiko malah dimatikan?" tak lama kemudian ada pesan dari Chiko. "Oh, pantas saja dia tidak menjawab."
( Baik sayang, aku mengerti. Besok kita berangkat bareng, ya. Aku tunggu kamu di perapatan jalan depan. Aku suka kamu. )
*****
"Aku ingin kamu mengalihkan rumah itu atas namaku." Kini Azzura sudah sampai di pengacara pribadinya dan ia sudah mengumpulkan syarat-syarat pengalihan harta.
"Kenapa? Bukannya ini harta bersama?"
"Sesuai perjanjian, jika Chiko selingkuh maka apa yang di miliki bersama akan menjadi milikku kecuali mobil. Aku juga ingin kamu mengurus surat pengajuan permohonan cerai. Ini salah satu bukti alasan aku bersiap mengajukan surat cerai." Azzura melihatkan kebersamaan Chiko dan Ghina terlihat mesra.
"Baiklah, aku mengerti dan aku juga tahu sifat kamu. Jika sudah di kecewakan pantang bagi kamu untuk kembali."
Azzura mengangguk, dan ponselnya berbunyi. Ia melihatnya yang ternyata isi pesan dari Chiko yang berhasil ia sadap.
"Jadi kalian sering bersama?"
*****
Kediaman Azzam.
Azzam sedari tadi mendengarkan istrinya yang tengah membelakangi pintu kamar. "Kamu bicara dengan siapa Ghina?"
Ghina langsung menoleh terkejut. "Ma-mas. Kamu sejak kapan ada di belakangku?"
"Baru saja. Kamu sedang bicara dengan siapa? Siapa yang kamu kirimkan pesan?" tanya Azzam terdengar dingin dan tatapan curiga.
"Ini hanya teman kerjaku. Dia menanyakan tentang kerjaan. Aku mau masak dulu, Mas." Ghina melengos pergi tidak mau membahas terlalu lama karena takut keceplosan.
"Aku mendengarnya, Ghina. Kamu bermain api di belakang ku." Azzam mengepalkan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Liswati Angelina
bagus jangan tunggu mereka kenyang berselingkuh baru ketahuan ....
2023-03-08
1