Hari sudah berganti pagi. Azzura tetap menjalankan perannya sebagai seorang istri. Tapi untuk melayani birahinya Chiko, Azzura menolak dengan alasan datang bulan.
"Sayang, hari ini aku akan lembur kerja. Kamu tidak usah repot-repot menunggu ku pulang."
"Iya, aku juga tidak ingin capek-capek nunggu kamu tapi kamunya malah enggan melihatku," balas Azzura terdengar dingin dan juga menyindir.
"Kok gitu?"
"Gak apa-apa." Lalu, Azzura berdiri, "aku mau belanja sayuran dulu." Dia pergi tanpa menyalami suaminya.
"Ada apa dengan Azzura? Tidak biasanya dia cuek dan lupa menyalami tangan ku?" Kemudian ponsel Chiko berdering.
"Halo, Ghina. Iya, kamu tunggu di sana ya sayang. Kota berangkat bersama." Chiko berbicara sambil berjalan ke luar rumah.
*****
"Baiklah, aku tunggu ya. Dah sayang," balas Ghina yang juga sedang berjalan ke jalan yang akan digunakan untuk pertemuan mereka.
"Dengar tidak, Ghina bilang sayang sama orang di balik telpon. Saya yakin itu adalah Chiko." Bisik tetangga terdengar ke telinga Ghina.
"Sial, aku lupa disini banyak mata-mata."
"Iya ih, gatel banget jadi orang."
*****
Azzura melihat mobil suaminya. Diam-diam dia mengikuti Chiko menggunakan motor tetangga yang pinjam sebentar. Wajahnya pun di tutupi kerudung agar tidak membuat Chiko curiga.
Mobil Chiko berhenti di dekat wanita yang sedang berdiri di pinggir jalan. Azzura bisa mengenali siapa dia dan itu membuatnya semakin di buat kecewa. "Ternyata benar jika kamu selingkuh dariku. Baiklah, jika ini mau mu jangan salahkan aku menceraikanmu. Aku tidak suka pengkhianatan dan lebih baik menjanda daripada berbagi cinta."
*****
Kantor.
"Ini sayang, minumannya." Ghina menyimpan minuman di dekat meja Chiko.
Mereka sudah berada di kantor dan sekarang sedang berada di dalam berduaan. Chiko tersenyum. "Makasih, ku memang menjadi mood booster ku. Rasa lelahku selalu saja hilang kala ada kamu di sini."
Ghina berdiri di samping Chiko dan ia kembali memijat pundak Chiko. "Aku akan selalu ada di saat kamu membutuhkanku. Ih iya, Chiko. Kalau aku bercerai dengan Mas Azzam bagaimana? Aku capek hidup bersama pria tukang marah, kasar, dan juga pengangguran sepertinya. Aku ingin mencari kebahagiaan ku."
"Aku mendukung keputusanmu. Kalau kamu mau cerai tinggal cerai saja dan cari pria yang kamu sukai dan bisa membahagiakan mu dari materi dan perhatian."
"Tapi apa kamu mau menerima aku dan menjadikanku istriku?" Ghina mulai ngawur dan semakin terperosok kedalam lubang dosa di saat Chiko begitu memanjakannya dengan kehidupan dunia yang tidak pernah ia dapatkan dari Azzam.
"Tapi aku tidak mungkin pindah agama hanya karena ingin menikah denganmu."
"Hammm gitu ya."
"Hidupku selalu begini terus. Aku pikir waktu itu Azzam akan mampu membahagiakan ku dan mencukupi kebutuhan ku. Nyatanya semua jadi begini. Aku butuh suami kaya dan sempurna dan kayaknya Chiko cocok buat jadi suamiku. Lagian, pindah agama banyak yang menjalaninya."
"Kalau kamu serius mau menikahi ku, aku akan menceraikan mas Azzam dan akan pindah agama agar kita bisa bersama." Ghina seriusan dalam berkata dan itu membuat Chiko menoleh penuh keterkejutan.
"Kamu seyakin itu denganku sampai ingin mengikuti agama ku?" Ghina mengangguk serius.
"Karena aku mencintaimu." Ghina menundukkan kepalanya dan memberikan sebuah sentuhan lembut pada bibir Chiko.
Mereka terbuai, mereka terlena, mereka malah melakukan hal yang paling di benci tuhan. Entah siapa yang mulai, Ghina sudah duduk dipangkuan Chiko dan mereka saling bercumbu mesra. Untungnya Chiko mengunci pintu ruangannya sehingga kegiatan mereka berdua tidak di ketahui orang.
"Ahh Chiko." Sudah lama sekali Ghina tidak merasakan sentuhan ini dari suaminya sejak Azzam mengalami kecelakaan. Pun dengan Chiko yang tidak bisa menyalurkan hasratnya pada Azzura karena Azzura menolak dengan alasan datang bulan.
"Iya sayang, terus!" Chiko menikmati pergerakan Ghina yang tengah duduk diantara senjatanya.
*****
Kediaman Azzura.
Prang!!
Foto pernikahan Azzura dan Chiko tiba-tiba jatuh di kala Azzura tengah membersihkan meja.
"Astaga ya tuhan!" ujar Azzura terkejut dan ia segera berdiri mendekati foto pernikahan mereka. Hati Azzura mendadak nyeri seakan ini sebuah pertanda kalau pernikahan mereka tidak baik-baik saja.
"Apa yang tengah mereka lakukan sampai foto sebesar ini pecah?" Jantungnya berdebar tengah memikirkan sesuatu yang membuatnya berpikiran negatif.
*****
Di kediaman Azzam pun sama sedang gelisah kala Azzam tidak sengaja menyenggol foto yang ada di atas meja TV. Niatnya mau mengambil remot, tapi malah menyenggol foto pernikahan.
"Ghina, kenapa semakin hari aku bertambah tidak mengerti dan kamu semakin berubah."
Sore hari pun tiba. Ghina pulang lebih dulu dan kepulangannya di tunggu Azzam.
"Itu Mama pulang sayang," gumam Azzam melambaikan tangan putranya kepada Ghina.
"Hai sayang, anak mama udah wangi dan tampan." Ghina berjongkok badan mengecup pipi Azriel. Namun, mata Azzam malah tertuju pada tanda merah di dekat kerah baju istrinya.
"Ghina, ini apa?" Azzam membuka kerah bajunya dan melihat jelas tanda itu.
"Eh! Mas apa-apaan sih? Tidak sopan banget jadi orang!" sentak Ghina terkejut karena Azzam membuka kerah bajunya. "Apa mas Azzam melihat tanda merah ini?"
"Itu tanda apa? Warnanya merah seperti ..." Azzam memicingkan mata penuh curiga.
"Jangan aneh-aneh deh. Aku tidak melakukan apapun dan ini hanya tanda kerokan saja. Jangan menuduhku selingkuh!" Ghina berdiri dan segera masuk.
"Itu bukan tanda kerokan, Ghina. Itu tanda merah hasil dari kecupan seseorang. Aku tidak bodoh dalam hal ini." Azzam memutar rodanya masuk kedalam dengan perasaan kecewa.
"Kamu jangan sok tahu, Mas! Ini bukan tanda yang kamu bilang." Ghina mengelak, Azzam menarik tangan Ghina dan mencekalnya begitu erat.
"Siapa orang yang sudah menyentuhmu selain aku?" tanya Azzam dengan sorot mata merah menahan amarah.
Deg.
"Ti-tidak ada! Lepaskan!" Namun, tangan Azzam sulit di lepaskan.
"Kamu bohong, Ghina. Jawab aku siapa orang itu!" sentak Azzam tak bisa lagi mengontrol emosinya.
"Aku bilang tidak ada!" pekik Ghina mendorong kuat tubuh suaminya agar terlepas dari cekalan Azzam.
Bruk!
Kursi roda Azzam terjatuh dengan tubuh mungil Azriel berada di pangkuan dan sedang ia lindungi.
"Kau lihat, kamu sendiri tidak bisa apa-apa, Mas. Untuk bangun saja kami tidak bisa, menyusahkan saja!" ujar Ghina meninggalkan suaminya yang sedang mencoba duduk seorang diri. Dia kembali keluar rumah.
"Ghina, kamu mau kemana lagi? Jangan pergi!" Namun, Ghina tidak mendengarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Liswati Angelina
udah ceraikan saja chiko azzura dan ceraikan juga gina azzam.....
2023-03-08
0