Bukan Azzura namanya jika dia tidak bertindak dan hanya diam pasrah. Seperti yang sedang Azzura lakukan saat ini, ia tengah mengikuti pergerakan suaminya yang pergi keluar rumah.
"Kemanapun kamu pergi, aku akan mengikuti mu, Chiko. Kali ini aku akan membuktikan setiap perkara yang tengah ku hadapi. Jika benar kamu melakukan hubungan badan tanpa ikatan pernikahan, aku tidak akan tinggal diam lagi." Seperti biasanya, Azzura menyamar sebagai wanita muslimah. Ia mengenakan baju gamis dan kerudung, tapi kali ini mengenakan cadar guna menipu Chiko agar tidak mengetahui pergerakannya yang sedang mengikutinya.
Di dalam mobil, "Ghina, aku butuh kamu. Kita ketemuan yuk? Aku malas berada di rumah mendengar ocehan Azzura. Dia sudah banyak tanya ini itu dan aku tidak suka mendengar kecerewetannya," ujar Chiko sambil menyetir mobil.
"Ayo, aku juga lagi kesal sama mas Azzam yang terus ngomel dan berlaku kasar. Baru saja kami bertengkar gara-gara hal sepele. Kamu jemput aku di jalan xxx," balas Ghina kegirangan mendengar Chiko memintanya ketemuan.
Rasa kesal terhadap Azzam membuta Ghina melampiaskan semuanya pada hal yang dilarang dalam agamanya. Dia yang sudah goyah keimanan dan sudah termakan hawa nafsu duniawi, tidak bisa lagi mengelak kala kenikmatan sesaat menghampiri. Ghina hanya memikirkan kebahagiaannya, kepuasannya, dan kehidupan sendiri tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya di alam yang berbeda.
"Baik, sayang. Aku akan datang kesana." Chiko, pria tampan nan mapan itu memang mulai kecanduan bermain-main dengan banyak orang setelah jabatan dan harta berlimpah. Dia seakan lupa jika semuanya hanyalah titipan dan bisa jadi Tuhan mengambilnya lagi tanpa seizin darinya.
Azzam, pria yang sedang duduk di kursi roda itu berusaha mengejar istrinya dan berusaha bangun dari tempat dimana ia terjatuh.
"Aku harus bisa mengejar Ghina, aku harus tahu kemana dia pergi dan melakukan hal apa di belakang ku." Azzam mendudukkan dulu Azriel di lantai. Balita itu begitu anteng tidak rewel meski ibunya berbuat jahat. Mata bening serta tatapan teduh dari Azriel membuat Azzam bersemangat buat bangun seorang diri.
Azzam mencoba duduk dan menggapai kursi rodanya. "Bismillahirrahmanirrahim, ya Allah ya Tuhanku, izinkan kakiku bisa berjalan lagi." Lalu, Azzam mencoba berdiri.
Percobaan pertama ia gagal dan masih merasakan sakit di bagian kakinya. Namun, Azzam tidak pantang menyerah. Dia kembali mencoba berdiri di percobaan kedua. Lagi-lagi dia terjatuh menahan sakit di kakinya.
"Kamu bisa, Azzam! Ayo, semangat! Bismillahirrahmanirrahim!" Azzam menarik nafas dan ia berpegangan kuat pada setiap sisi cekalan kursi roda. Perlahan tubuhnya mulai berdiri dan Alhamdulillah kakinya berhasil berdiri.
"Ya Allah, Alhamdulillah aku bisa berdiri tegak." Azzam mulai melangkahkan kakinya secara perlahan meski masih merasakan sakit. Namun, demi bisa mengikuti kemana Ghina pergi, Azzam berusaha keras buat bangkit.
Usaha tidak mengkhianati hasil, apa yang Azzam lakukan mampu membuatnya berdiri tegak dengan langkah kaki mulai bertambah panjang. Yang tadinya hanya satu langkah, dua langkah, tiga langkah, kini menjadi beberapa langkah.
Azzam terduduk ambruk di samping putranya dan memeluk erat tubuh mungil sang anak. Ia menangis haru bisa berjalan lagi setelah tujuh bulan duduk di kursi roda. Semenjak Ghina melahirkan, Azzam sudah tidak bisa berjalan dan hanya bisa duduk di kursi.
"Sekarang aku harus mengikuti kemana Ghina pergi." Azzam kembali berdiri dan ia tersenyum kakinya bisa bergerak lagi. Namun, Azzam tidak ingin menunjukan kesembuhannya dulu pada semua orang dan ingin melihat reaksi orang-orang di sekitarnya. Dengan cara ini dia bisa tahu mana yang tulus, dan mana yang hanya pura-pura tulus.
Azzam memesan taksi online, dia membawa kursi rodanya dan juga membawa Azriel.
*****
Chiko melihat Ghina Tengah berdiri di pinggir jalan. Dia memberhentikan mobilnya dan segera membuka pintu mobil.
"Chiko," ujar Ghina sambil masuk kedalam mobil.
"Kok mata kamu bengkak? Ada birunya juga di pipi kamu? Habis diapain sama Azzam?" tanya Chiko memperhatikan luka lebam di pipi Ghina.
"Aku habis di pukul Azzam. Itulah sebabnya aku keluar rumah karena ingin menenangkan diriku. Aku capek harus hidup tertekan begini." Ghina menunjukan raut sedih dan seakan hidupnya tidaklah baik-baik saja penuh derita. Padahal ia terluka karena dia merias wajahnya sendiri agar terlihat seperti bekas pukulan. Ghina melakukan itu demi bisa menarik perhatian Chiko dan membuta pria itu semakin kasihan dan semakin terjerat olehnya.
"Keterlaluan sekali suamimu itu. Ya sudah jangan bersedih, ya. Daripada kita bersedih, mending kita main saja, bagaimana? Kamu mau?" tanya Chiko mengajak Ghina jalan-jalan.
"Boleh, aku mau banget." Ghina senang dan tentunya bahagia bisa berjalan-jalan dengan Chiko.
Tanpa mereka sadari, Azzura mengikutinya dari belakang. "Kalian terlihat menjijikan. Tidak menyangka kalau kalian berdua sama-sama pengkhianat," gumam Azzura seraya menjalankan motornya mengikuti kemana mobil Chiko pergi.
*****
Dalam taksi.
"Pak, saya minta tolong untuk mengikuti titik merah ini, ya." Azzam duduk di depan seraya memangku Azriel. Dia juga menunjukan titik lokasi keberadaan Ghina. Azzam sudah melacak ponsel Ghina dan sekarang ia berusaha mengikuti kemana arah titik merah yang ada di ponsel itu bergerak.
"Baik, Pak. Tapi bayarannya?" Sopir taksi takut jika Azzam tidak akan membayarnya saya melihat penampilan pria itu terlihat sederhana. Sedangkan harga taksinya akan semakin mahal ketika si penumpang semakin lama dan semakin jauh jarak tempuhnya.
"Bapak tenang saja, saya punya uang buat bayar taksi bapak." Seakan mengerti kekhawatiran tukang taksi, Azzam mengambil uang yang ada di dompetnya. Uang yang ia ambil dari ATM sebelum masuk ke dalam taksi. Uang lembaran merah berjumlah sepuluh lembar Azzam simpan di depan sopirnya.
"Ini uang mukanya, kalau kurang nanti saya bayar lagi."
Sopir itu merasa tertampar sekaligus malu sudah merendahkan Azzam dan menilai buruk hanya karena penampilan. "Terkadang penampilan tidak menjamin seseorang itu kaya dan miskin, buruk ataupun Soleh."
*****
Azzura melihat bagaimana Chiko melayani Ghina. Dia murung dengan kelakuan suaminya yang mudah bermain api tanpa memikirkan perasaan dirinya.
"Dulu kamu bilang tidak akan pernah mengkhianati ku, Chiko. Sekarang kamu malah berduaan dengan wanita lain dan terlihat mesra. Semudah itu kamu mengobral janji dan semudah itu kamu berpaling? Aku tidak menyangka." Mata bening Azzura berkaca-kaca, dadanya terasa sesak, dan hatinya berdenyut nyeri menyaksikan sendiri perselingkuhan suaminya. Ia belum bisa melabraknya karena Azzura ingin tahu sampai mana perbuatan mereka.
Melihat Chiko dan Ghina beranjak pergi, Azzura buru-buru menunduk menyembunyikan wajahnya dibalik cadar. Hanya itu yang bisa ia lakukan demi melindungi diri agar tidak ketahuan.
Langkah Chiko terhenti.
"Ada apa?" tanya Ghina mengernyit heran.
"Aku merasa ada Azzura di sini."
"Azzura?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments