8. Permintaan Ghina

Lontaran perkataan dari tetangganya membuat Ghina tersentil merasa tidak enak dan tidak nyaman, tapi juga mengepalkan tangannya marah akibat kekesalan dan rasa lelah yang sedang mendera.

"Saya begini karena sedang berjuang mencari pekerjaan buat menghidupi keluarga kita. Kalian pikir hidup kami baik-baik saja setelah perekonomian mulai tidak stabil semenjak suamiku kecelakaan? Emangnya kalian mau membantu kami membeli susu dan beras? Tidak bukan?" balas Ghina dengan mata menatap tidak suka pada ibu-ibu bermulut julid.

"Ghina, tidak baik berkata kurang sopan seperti itu kepada orang," ujar Azzam menegur dan merasa tidak enak hati atas sikap istrinya. Azzura yang ada di sana tidak enak hati menyaksikan perdebatan orang lain.

"Kenapa, Mas? Apa yang aku katakan benar bukan? Semenjak kamu kecelakaan, kita semakin kekurangan keuangan dan kamu tidak bisa memberikan nafkah buat kita. Maka dari itu aku mencari kerajaan. Dan untuk kalian semuanya dengarkan aku baik-baik! Jangan sok ikut campur dalam urusan kita kalau tidak tahu apa-apa. Kalian semua diam saja!"

"Sombong sekali jadi orang. Di beri ujian segini saja sudah berubah, apalagi kalau di beri kekayaan, pasti kepalanya besar," salah satu ibu-ibu mencibir Ghina.

"Maaf menyela, memangnya kamu sedang membutuhkan pekerjaan?" tanya Azzura bersuara. Dia yang sedari tadi diam mendengarkan dan menyimak akar masalah yang di hadapi keluarga Ghina, kini mengerti apa maksud dari semuanya, perekonomian.

Ghina menoleh, "iya, emangnya kamu mau memberikan ku pekerjaan? Kamu 'kan kaya, mungkin suamimu bisa membantuku," tutur Ghina tidak sopan berkata dan terdengar seperti mencibir tidak suka.

"Ghina!" tegur Azzam tidak menyukai cara bicara istrinya. "Maaf, Azzura, jangan dengarkan Ghina, dia hanya bercanda."

"Aku tidak bercanda, Mas. Aku memang butuh pekerjaan," timpal Ghina lalu menatap Azzura lagi. "Kamu mau memberiku pekerjaan?"

"Sebenarnya aku tidak memiliki lowongan pekerjaan, tapi barangkali suamiku di kantornya ada lowongan. Nanti aku tanyakan sama dia dan kalau ada akan ku kasih tahu sama kamu."

"Itu lebih baik, aku tunggu kabar darimu." Ghina berharap dapat pekerjaan dari suaminya Azzura. Lalu, dia masuk ke dalam rumah sambil membawa Azriel meninggalkan Azzam dan Azzura.

Azzam menghela nafas berat. Ia mendongak ke atas melihat Azzura, "maaf merepotkan mu. Terima kasih juga sudah membantuku menenangkan putraku dan terima kasih juga mau membantu istriku mencari kerjaan."

"Sama-sama, sebagai sesama mahluk sosial memang harus saling membantu. Kalau begitu aku permisi dulu," balas Azzura sambil berpamitan kepada Azzam.

Azzam mengangguk dan ia pun masuk ke dalam rumah.

"Ghina mah gitu ya, sikapnya saja bikin buat orang lain tidak menyukainya." Dan para ibu-ibu membicarakan tentang Ghina yang menurut mereka begitu tidak sopan.

*****

Malam pun tiba. Sesuai janji Azzura kepada Ghina, dia menunggu kedatangan suaminya dan juga akan bertanya kepada Chiko. Pas sekali, orang yang Azzura tunggu pulang lebih awal.

"Sayang, kamu nunggu aku pulang?" Chiko tersenyum melihat istrinya duduk di kursi depan. Azzura berdiri dan tersenyum memeluk Chiko.

"Aku kira kamu tidak pulang cepat," bukannya menjawab perkataan Chiko, Azzura malah berkata lain.

"Hari ini semua karyawan di pulangkan lebih awal. Tadi direktur utama yang mengumumkannya. Kau tahu sayang, aku kira pemilik perusahaannya seorang pria, ternyata wanita sudah tua." Chiko merangkul pinggang Azzura dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Lalu, mereka duduk sambil tangan Chiko melepaskan dasi yang melingkar di lehernya. Azzura mengambil minuman dulu barulah ia duduk lagi di samping Chiko setelah menyimpan minuman dan cemilan.

"Kami capek? Aku pijitin mau, ya?" tanya Azzura sambil memijat tangan suaminya. Chiko tersenyum senang.

"Kamu perhatian sekali, makasih ya. Aku makin cinta sama kamu."

"Chiko, tadi tetangga kita ada yang cari kerjaan, apa di perusahaan tepat kamu bekerja ada lowongan?" tanya Azzura serius.

"Siapa yang mau cari kerja?"

"Itu loh, Ghina, orang yang waktu itu kita pesani kue. Katanya mau cari kerjaan buat bantu suaminya."

"Oh, yang itu. Kebetulan sekali di kantor sedang di butuhkan OB, kalau dia mau nanti bisa kamu bilang padanya buat melamar kerjaan di sana. Kebetulan aku yang di tugaskan langsung oleh direktur utama buat mencari beberapa ob. Nanti kamu bilang padanya, hari ini juga kamu bisa bicara padanya biar besok langsung melamar." Chiko memberitahukan lowongan pekerjaan di bagian bersih-bersih.

"Ini kabar baik, nanti aku kasih tahu dia. Kalau sekarang boleh? Soalnya aku kasihan melihat keadaan mereka yang sedang kekurangan ekonomi."

"Kalau kamu tidak lelah dan tidak keberatan sekarang saja."

"Tapi aku siapkan air mandi dulu buat kamu, ya." Azzura pun beranjak dari sana dan tergesa menyiapkan air hangat, baju ganti, dan makanan buat suaminya. Setelah selesai, barulah Azzura pergi ke rumah Ghina.

*****

Kediaman Azzam.

"Permisi," ucap Azzura sambil mengetuk pintu.

Orang yang ada di dalam pun membuka pintunya, dan kebetulan yang buka adalah Azzam. Kali ini Azzam tidak memalingkan wajah sebab Azzura mengenakan baju tidur panjang yang menutupi seluruh tubuhnya dan juga terlihat longgar.

"Azzura, ada apa?"

"Mas, Ghina nya ada?" suara lembut Azzura membuat Azzam tertegun dengan hati berdesir hebat.

"Lembut sekali," batin Azzam.

"Ada, mari masuk!" Azzam memundurkan kursi rodanya dan menyuruh Azzura masuk.

"Ghin, ada Azzura, nih."

"Tunggu sebentar, Mas. Lagi menidurkan Azriel," sahut Ghina dari dalam kamar.

"Kamu duduk saja dulu, biar saya ambilkan minuman buat kamu." Azzam hendak ke dapur, tapi Azzura cegah dan memegang pundak Azzam.

"Tidak usah repot-repot, Mas. Aku hanya sebentar saja."

Azzam mendongak, lalu tangannya beralih ke tangan yang ada di pundaknya. Azzura menyadari itu dan segera menarik tangannya.

"Azzura, ada apa ya?" tanya Ghina baru keluar kamar.

Lalu, mereka duduk bersama di kursi.

"Begini, tadi aku sudah cerita sama Chiko, katanya kebetulan di kantor ada lowongan pekerjaan sebagai ob. Kalau kamu mau besok bisa melamar pekerjaan, dan kebetulan juga suamiku yang memegang peranan penting dalam menentukan siapa saja yang akan di terima kerja. Kalau kamu minat, besok bisa datang ke kantor."

"Benarkah? Aku mau, aku pasti akan datang dan tidak mengapa jadi ob juga yang penting dapat gaji tetap." Ghina tidak menolak, ia justru senang pekerjaan di depan mata.

"Siapa tahu ada pegawai kantor yang tajir melintir."

"Ya sudah, hanya itu saja yang ingin aku sampaikan. Kalau begitu aku pergi dulu, ya." Azzura pun pamitan pulang.

"Kamu yakin mau bekerja di kantoran?"

"Aku yakin, Mas. Aku mau istirahat dulu biar besok tidak kesiangan bekerja." Ghina beranjak ke kamar meninggalkan Azzam dengan hati yang gelisah.

"Ada apa denganku? Aku tidak bisa menerima kamu bekerja, Ghina."

Episodes
1 1. Keadaan yang berbeda
2 2. Bersiap-siap
3 3. Mengundang
4 4. Memesan Kue
5 5. Keseharian Azzura
6 6. Perubahan pasangan
7 7. Membantu menenangkan
8 8. Permintaan Ghina
9 9. Curhatan Ghina
10 10. Niat Ghina
11 11. Sikap yang Berbeda
12 12. Malam Minggu
13 13. Keinginan Azzura
14 14. Cibiran Tetangga
15 15. Kekecewaan Azzura
16 16. Tanda merah
17 17. Tanda merah part 2
18 18. Mengikuti
19 19. Kenyataan yang Sesungguhnya
20 20. Berbagi Kesedihan.
21 BAB 21. Pertengkaran
22 BAB 22. Pertengkaran part 2
23 BAB 23. Memilih Pergi
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27. Permintaan
28 BAB 28. Kamu mau apa?
29 BAB 29. Kesedihan Chiko
30 BAB 30. Nasihat Azzam
31 BAB 31. Penilaian orang belum tentu benar
32 BAB 32. Bingung
33 BAB 33. Bingung part 2
34 BAB 34. Keingintahuan Azzura
35 BAB 35.
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40. Kehamilan Ghina
41 BAB 41. Penolakan Azzura
42 BAB 42. Nasihat Umi
43 BAB 43. Pilihan Azzura
44 BAB 44. Pilihan Ghina, Azzam dilema
45 BAB 45. Sebuah Kenyataan.
46 BAB 46. Sebuah Kenyataan part 2
47 BAB 47. Masih Lindungi
48 BAB 48. Keadaan dan kondisi yang berbeda
49 BAB 49.
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55. Pernikahan Dadakan
56 BAB 56
57 Visual pilihan Author
58 BAB 57
59 BAB 58. Kekesalan Chiko
60 BAB 59. Hari Yang Indah
61 BAB 60. Sebuah Kenyataan
62 BAB 61.
63 BAB 62. Tanda merah!!
64 BAB 63. Pertengkaran
65 BAB 64.
66 BAB 65. Mengejutkan
67 BAB 66.
68 BAB 67
69 BAB 68. Selesai
70 Novel Baru
Episodes

Updated 70 Episodes

1
1. Keadaan yang berbeda
2
2. Bersiap-siap
3
3. Mengundang
4
4. Memesan Kue
5
5. Keseharian Azzura
6
6. Perubahan pasangan
7
7. Membantu menenangkan
8
8. Permintaan Ghina
9
9. Curhatan Ghina
10
10. Niat Ghina
11
11. Sikap yang Berbeda
12
12. Malam Minggu
13
13. Keinginan Azzura
14
14. Cibiran Tetangga
15
15. Kekecewaan Azzura
16
16. Tanda merah
17
17. Tanda merah part 2
18
18. Mengikuti
19
19. Kenyataan yang Sesungguhnya
20
20. Berbagi Kesedihan.
21
BAB 21. Pertengkaran
22
BAB 22. Pertengkaran part 2
23
BAB 23. Memilih Pergi
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27. Permintaan
28
BAB 28. Kamu mau apa?
29
BAB 29. Kesedihan Chiko
30
BAB 30. Nasihat Azzam
31
BAB 31. Penilaian orang belum tentu benar
32
BAB 32. Bingung
33
BAB 33. Bingung part 2
34
BAB 34. Keingintahuan Azzura
35
BAB 35.
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40. Kehamilan Ghina
41
BAB 41. Penolakan Azzura
42
BAB 42. Nasihat Umi
43
BAB 43. Pilihan Azzura
44
BAB 44. Pilihan Ghina, Azzam dilema
45
BAB 45. Sebuah Kenyataan.
46
BAB 46. Sebuah Kenyataan part 2
47
BAB 47. Masih Lindungi
48
BAB 48. Keadaan dan kondisi yang berbeda
49
BAB 49.
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55. Pernikahan Dadakan
56
BAB 56
57
Visual pilihan Author
58
BAB 57
59
BAB 58. Kekesalan Chiko
60
BAB 59. Hari Yang Indah
61
BAB 60. Sebuah Kenyataan
62
BAB 61.
63
BAB 62. Tanda merah!!
64
BAB 63. Pertengkaran
65
BAB 64.
66
BAB 65. Mengejutkan
67
BAB 66.
68
BAB 67
69
BAB 68. Selesai
70
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!