Kediaman Azzam.
"Mas, aku mau keluar sebentar mencari makanan. Aku lapar mau beli satu ayam. Kamu jaga Azriel dan juga jangan tunggu aku pulang. Nanti aku belikan kamu makanannya juga." Ghina sudah bersiap mengenakan pakaian rapi dan juga berdandan.
Azzam yang sedang menonton tv melirik Ghina. "Kamu mau beli sate kok rapi banget."
"Ada yang salah dengan penampilan ku? Perasaan aku terlihat biasa saja. Lagian mana mungkin keluar rumah pakai daster doang, 'kan malu, Mas." Ghina mengomel seraya memakai tas selempang. Tangannya mengambil cemilan yang ada di atas meja.
"Tapi bisa juga kamu mengenakan daster. Tapi begini kelihatan banget seperti mau pergi jalan-jalan." Azzam menatap Ghina penuh selidik. Ghina yang di tatap seperti itu terlihat gugup dan memalingkan wajahnya.
"Jangan sampai mas Azzam curiga aku hendak ketemuan dengan seseorang."
"Apaan sih, Mas. Mana mungkin aku jalan-jalan di saat sudah ada suami dan anak. Kamu itu aneh-aneh saja. Aku begini hanya untuk membuat kamu senang. Aku tidak mungkin keluar aneh-aneh." Ghina pun beranjak keluar.
"Ghin, tunggu dulu! Jangan keluar deh, mending kamu diam di rumah saja." Azzam mengejar Ghina sambil berusaha memutar kursi rodanya. Namun, karena sudah ada janji, Ghina tidak peduli pada Azzam dan terus melangkah.
"Ghina!" pekik Azzam ingin menggapai tangan istrinya tapi malah ia terjatuh tersungkur ke lantai.
Ghina hanya menoleh, dia tidak membantu dan segera pergi. "Maaf mas, aku tidak mau hidup kekurangan terus. Aku ingin mencari orang yang jauh lebih baik dan bisa menghidupi segala keinginan dan kebutuhanku. Mungkin Chiko bisa membantuku."
Orang yang kebetulan lewat terkejut melihat Azzam terjatuh. "Pak Azzam tidak apa-apa?" dua warga kebetulan lewat sana segera membantu Azzam duduk ke kursi rodanya.
"Saya tidak apa-apa, Pak. Makasih nya sudah bantu saya."
"Sama-sama. Kok pak Azzam bisa terjatuh seperti itu? Bapak mau kemana?"
"Hmm tadi saya mau masuk, tapi roda saya malah tersandung dan jatuh. Sekali lagi terima kasih, maaf sudah merepotkan." Azzam tidak mungkin memberitahukan perihal masalah yang ia hadapi barisan. Ia tidak mau para tetangga membicarakan istrinya. Walau bagaimanapun dia harus melindungi aib istrinya.
"Oh gitu, kalau begitu kami permisi dulu, ya pak. Hati-hati di rumah." Kedua tetangga di sana berpamitan kepada Azzam. Azzam pun mempersilahkan.
*****
Kediaman Chiko.
"Kaku seriusan mau kerja malam-malam begini? Kok aku merasa tidak yakin atasan kamu nyuruh kamu kerja." Azzura menelisik penampilan suaminya yang terlihat berbeda dari sebelumnya. Kali ini Chiko terlihat dandan dari penampilan yang biasanya. Kaos hitam dipadukan jaket jeans, celana jeans hitam dan sepatu warna putih. Bukan seperti mau kerja tapi terlihat mau jalan-jalan.
Chiko yang tengah mengenakan jam tangan melirik Azzura, "kamu ini kenapa jadi bawel banget sih? Mau aku pakai apapun terserah aku dong. Mau aku berpenampilan gembel pun bukan urusan kamu. Kamu sebagai istri mendingan diam saja jangan banyak protes. Aku kerja untuk kebutuhan kita dan masa depan kita nantinya. Jadi, kamu jangan banyak tanya cukup diam dan nikmati prosesnya!" peringatan Chiko membuat Azzura menghela nafas berat nan kecewa. Lagi-lagi suaminya bersikap berbeda dan bukan seperti Chiko yang Azzura kenal.
"Chiko, aku merasa kamu berubah. Apa karena jabatan kamu sampai berubah begini? Aku tidak mengenalimu, Chiko." Pada akhirnya Azzura mengeluarkan segala pikiran negatifnya dan menanyakan itu semua kepada suaminya.
"Berubah? Kamu yang berubah. Kamu jadi lebih banyak bicara setelah kenal dengan ibu-ibu dan anak-anak di sini. Aku masih tetap Chiko yang dulu, tapi kamu semakin cerewet saja. Dahlah, mendingan aku pergi kerja dulu." Chiko menyambar kunci mobilnya dan beranjak pergi.
Tapi, Azzura mengejar dan ia pun berkata lagi, "aku ikut ya. Sekalian jalan-jalan malam mingguan."
"Tidak! Kamu diam saja di rumah dan jangan keluyuran malam-malam!" Chiko menolak tegas seraya masuk kedalam mobil. Namun, Azzura tetap kekeh dan ia mencegah pintu mobilnya.
"Please, aku mau ikut kamu." Dia sampai memelas berharap suaminya mengajaknya pergi.
"Aku bilang tidak ya tidak, Azzura!" sentak Chiko membuat Azzura tertegun mendengar sentakan suaminya. Dia paling lemah kalau mendengar bentakan. Hatinya terasa sakit kala suara menggelegar itu begitu nyaring di telinganya sampai tetangga yang ada di sana ikut terkejut. Terutama bu nining, warung depan memperhatikan pasangan suami istri itu.
Chiko pergi begitu saja tanpa memperhatikan raut wajah Azzura yabg sudah nampak bersedih dengan mata yang berkaca-kaca. Di saat Chiko pergi, air mata Azzura menetes begitu saja membasahi pipi cantiknya.
"Neng Azzura tidak apa-apa?" ujar Bu Nining menghampiri Azzura. Wanita itu mengusap air matanya dan tersenyum menyembunyikan kesedihannya.
"Tidak apa-apa, Bu. Ibu belum mau tutup?"
"Belum neng, belum jam sembilan malam." Tapi, Bu Nining menatap wajah Azzura. Dia merasa ada masalah pada rumah tangga tetangganya.
"Kalau gitu boleh aku ikut Bu nining jaga, ya. Azzura kesal di rumah sendirian." Untuk menghilangkan rasa sedihnya, Azzura memilih membantu Bu Nining saja.
"Boleh, ayo mari." Bu Nining pun mengajaknya meski demikian ia bertanya-tanya mengenai keadaan Azzura, tapi ia tidak mungkin terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain.
*****
Lain halnya dengan Chiko yang sedang ketemuan dengan Ghina di warung sate langganan Ghina.
"Hai, kamu udah lama nunggu di sini." Chiko menghampiri Ghina dan duduk di sampingnya.
"Chiko," lirih Ghina tiba-tiba memeluk tubuh Chiko dan terisak kecil.
"Loh, kok nangis? Ada apa?"
"Mas Azzam, dia menamparku."
Chiko langsung melepaskan pelukannya dan melihat wajah Ghina. "Kamu seriusan?"
"Iya, dia tak sengaja menamparku karena aku bilang mau keluar beli sate. Lihat wajah aku merah begini." Ghina menunjukan wajahnya yang terlihat merah. Padahal itu semua ulahnya sendiri sebab dia yang menamparnya sendiri.
"Brengsek sekali suami kamu itu. Dia tidak pantas di sebut suami. Jangan sedih lagi, sekarang ada aku yang akan menjadi tempat keluh kesah mu. Sekarang kita pesan makanan saja, ya." Chiko mengisap air mata Ghina dan itu membuat Ghina merasa senang dapat perhatian dari Chiko.
"Calon suami idaman. Apa aku jadikan saja dia simpanan ku?"
Lalu, Chiko memesan makanan pada penjual sate. Sambil menunggu, Ghina memberanikan diri menegang tangan Chiko.
"Chiko, boleh aku berkata jujur padamu?"
"Bicara saja, tidak ada yang larang kok."
Tanpa mereka sadari ada orang yang memperhatikan mereka dan menatap jijik.
"Menjijikan sekali berselingkuh dibelakang pasangannya. Kasihan Azzam dan neng Azzura di khianati mereka." Lalu, orang itu pergi dari sana.
"Sebenarnya aku suka sama kamu," ucap Ghina.
"Apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rosnelli Sihombing S Rosnelli
lucu ya ceritanya ...dari awal awal sepertinya dua suami istri ini sangat mesra dan jadi panutan dan sering mengucapkan aku bangga sama kamu azura mau juga mengundang anak yatim piatu dari muslim makin cinta aku. lho terus baru jumpa sama ghina langsung suka mana dong cerita makin cinta secara azura perempuan cantik dan lembut keseksian. chiko yg di gambarkan adalah lelaki bertanggung jawab yg di cerita sebelumnya sangat mencintai istrinya. dalam sekejap mata dan belum sampai berbulan dah jatuh ke lain hati. thor janganlah kelamaan ketahuan percintaan mereka aku kesal dan benci lho pelajur yg kegatelan
2023-03-06
0