Waktu semakin larut malam, Azzura masih menunggu suaminya pulang. Seharian ini ia tidak mendapatkan kabar dari suaminya dan juga tidak mendapatkan pesan apapun. Sebagai seorang istri, tentu Azzura merasa kesepian di saat rumah besar hanya ada dirinya seorang. Dia yang tidak menyewa asisten rumahtangga mengurus semuanya seorang diri, tapi meski demikian Azzura masih merasa kesepian. Apalagi suaminya sekarang jarang berkomunikasi dan sering sibuk bekerja.
Wanita itu sampai terjaga hanya untuk menyambut suaminya pulang kerja. Karena biasanya, Chiko suka pulang pukul delapan malam dan paling lambat jam sembilan malam.
Orang yang ditunggu-tunggu Azzura telah sampai, dia segera beranjak dan menyambut suaminya pulang.
"Sayang," ucap Azzura tersenyum berdiri di depan pintu menunggu Chiko.
"Malam sayang. Aku lelah mau istirahat." Chiko memberikan tas kerjanya pada Azzura dan ia melangkah duluan masuk ke dalam rumah.
Azzura mendadak murung karena orang yang ia tunggu tidak memberikan pelukan ataupun kecupan yang seringkali di berikan saat dulu-dulu. Ia nampak kecewa atas perubahan sikap suaminya yang akhir-akhir ini terlihat begitu cuek tidak seperhatian dan semanis dulu.
"Sayang, kamu mau makan dulu atau mau mandi dulu?" tanya Azzura sambil mengikuti suaminya dari belakang.
"Mandi saja dulu, kalau makan aku sudah makan malam di kantor dan sekarang badanku lelah, mataku ngantuk ingin tidur."
Lagi-lagi azura dibuat kecewa sebab ia dari tadi menunggu suaminya ingin makan malam bersama. Namun, harapan Azzura tidak seindah ekspetasinya. Lagi-lagi Chiko tidak ada waktu buat mereka berdua.
"Ya sudah, aku siapkan air hangat buat kamu mandi." Meski kecewa, Azzura tetap saja menjadi istri pengertian dan mencoba memahami keadaan suaminya.
Setelah menyiapkan segalanya, Azzura memilih ke dapur untuk makan malam. Dalam kesendiriannya azura termenung seorang diri merindukan kebersamaan dengan suaminya. Makan bersama, sering menghabiskan waktu bersama, tapi kini semuanya perlahan berubah seiring berjalannya waktu dan semakin bertambahnya kesibukan Chiko di dalam dunia pekerjaan.
Dia menatap nanar makanan yang ada di atas meja. Makanan kesukaan suaminya, tapi makanan itu malah tak tersentuh sedikitpun dengan alasan sudah makan di kantor.
"Sejak kamu naik jabatan, kamu sering pulang larut malam. Bahkan kamu juga melupakan hari ulangtahun ku, Chiko. Aku lebih nyaman saat kita yang dulu. Dimana kamu banyak waktu untukku, pulang tidak malam, sering makan bersama, aku merindukan itu semua."
Azzura mulai memperhatikan setiap perubahan dalam diri suaminya. Ternyata, kesibukan dalam dunia kerjaan perlahan membuat Chiko sedikit berubah dan malah jarang berkomunikasi lagi.
*****
Keesokan harinya.
Kediaman Azzam.
"Kamu mau kemana lagi Ghin? Ngapain juga harus memakai pakaian terbuka seperti itu?" Azzam kurang menyukai Ghina memakai rok selutut dengan kemeja yang sedikit memperlihatkan lekuk tubuhnya.
"Aku mau cari kerjaan tambahan, Mas. Aku tidak bisa berdiam diri terus di saat keuangan kita semakin menipis." Ghina mengoleskan lipstik merah merona di bibir tebalnya.
"Tapi tidak harus berdandan begini. Mending kamu hapus saja makeupnya! Jangan terlalu menor. Bajunya juga jangan terlalu ngetat, Mas tidak suka kamu yang kayak gini." Azzam mengomentari penampilan istrinya yang semakin berubah. Dari dulu yang sering memakai pakaian longgar dan sedikit tertutup, kini malah berubah menjadi sering mengenakan pakaian lebih terbuka dan sering ngetat.
Ghina yang sedang berdandan semakin di buat kesal. Dia mendelik tidak suka pada suaminya yang semakin hari semakin banyak mengaturnya. "Kamu tidak perlu mengaturku, Mas! Kalau aku tidak berpenampilan seperti ini tidak mungkin ada orang yang mau menerima ku bekerja. Ini zaman modern dimana semua orang mengikuti tren zaman. Lagian aku mau mencari kerjaan bukan mau pengajian. Seharusnya Mas mendukung ku bukan malah menghalangi niatku. Seharusnya Mas ini senang memiliki istri yang mau membantu mu mencari uang, bukan malah bilang jangan. Emangnya kamu mampu mencari nafkah buat kehidupan kita? Tidak 'kan?" ujar Ghina tanpa pikir mengeluarkan kekesalannya dan seolah menghina suaminya.
"Astaghfirullah, Ghina. Ada apa denganmu? Kenapa kamu jadi begini? Apa yang membuatmu berubah, Ghina? Aku merasa tidak mengenalimu lagi." Azzam mengeluarkan uneg-unegnya juga. Dia pun merasa istrinya telah berubah dan kecewa atas apa yang Ghina lakukan.
"Aku masih Ghina yang dulu, Mas. Namun, keadaan yang merubah ku. Kita butuh uang dan apapun yang aku lakukan demi kehidupan kita. Daripada berdebat denganmu, mendingan aku pergi cari kerjaan dulu." Ghina mengambil tasnya dan ia pun pergi begitu saja tanpa berpamitan mengecup tangan suaminya.
"Ghin, aku minta kamu jangan bekerja dengan penampilan seperti itu. Itu tidak baik buat kamu sebagai seorang perempuan!" Azzam mencoba mengejar istrinya, tapi ia tidak bisa mengejar di saat Azriel terbangun menangis. Otomatis ia membelokkan kursi rodanya ke kamar.
*****
Kediaman Chiko.
"Sayang, apa kamu melupakan sesuatu?" tanya Azzura pada Chiko yang tengah berdiri sambil membantu memasangkan dari. Ia berharap Chiko mengingat hari ulangtahunnya.
"Sesuatu?" gumam Chiko mengingat sesuatu. Seketika ia terbelalak menyadari satu hal.
"Astaga, aku melupakan sesuatu?"
Azzura tersenyum meyakini jika suaminya pasti ingat hari ulangtahunnya. Namun, senyuman itu kembali pudar dikala Chiko membahas pekerjaan, bukan hari jadinya. Azzura mengendurkan tangannya dan melepaskan tangannya di dasi Chiko.
"Aku harus segera sampai ke kantor karena hari ini direktur utama akan datang pagi-pagi sekali. Aku sebagai manager harus ada pagi-pagi sekali menyiapkan segala macam laporan perusahaan. Maaf sayang, aku harus segera berangkat." Chiko mengambil tasnya lalu tergesa berlari keluar kamar.
"Sayang, kamu meluapkan sesuatu." Azzura bersuara membuat Chiko membalikkan langkahnya lagi. Kemudian mengecup kening Azzura.
"Aku harus pergi."
"Tidak sarapan dulu?"
"Nanti saja di kantor." Chiko pun hilang di balik pintu. Azzura menghelakan nafas panjang dan ia terduduk lemas di tepi ranjang.
"Kamu mulai berubah, Chiko. Kamu lebih sibuk bekerja dibandingkan hubungan kita. Kamu juga melupakan hari ulangtahun ku." Sesak, itulah yang Azzura rasakan saat ini. Ia hanya ingin kebersamaan perhatian dan waktu bersama suaminya. Bukan kekayaan, bukan materi, bukan hidup bergelimang harta. Azzura hanya ingin kehidupan yang dulu yang di mana tidak memiliki apa-apa namun kebersamaan mereka mampu menciptakan sebuah kebahagiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Kini, semua itu perlahan sirna seiring waktu berjalan begitu cepat.
"Jabatan membuatmu berubah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Liswati Angelina
sekarang jabatan habis ini perempuan yg buat ciko tambah berubah........
2023-03-03
0