Chiko memperhatikan sekitar cafe, matanya menelisik setiap tempat mencari sosok yang ada dalam pikirannya.
"Kamu kenapa sih? Cari siapa?" tanya Ghina yang juga mengikuti apa yang Chiko lakukan.
"Aku merasa ada Azzura di, tapi pas aku lihat dan perhatikan tidak ada Azzura." Perasaannya mengatakan ada Azzura, tapi matanya tidak menemukannya.
Azzura yang kebetulan berada di hadapan mereka menunduk menikmati hidangan makanan. "Untung aku berinisiatif memakai gamis dan kerudung serta cadarnya. Kalau tidak, pasti aku akan ketahuan mereka."
"Azzura?" Ghina mencari-cari, tapi ia tidak menemukannya. "Tidak ada Azzura di sini. Mungkin pikiran kamu sedang tertuju kepadanya jadinya perasaan kamu malah tertuju pada Azzura. Daripada mikirin dia mendong kita pergi saja, yuk." Ghina menarik tangan Chiko.
"Masa sih pikiranku sedang pada Azzura? Mana mungkin dia ada di sini? Azzura 'kan tidak bisa berkendara." Setahu Chiko, Azzura tidak bisa mengendarai mobil ataupun motor. Namun, tanpa sepengetahuannya, Azzura bisa berkendara beroda dua. Kalau mobil, Azzura memang tidak bisa.
"Mungkin aku hanya kepikiran dia saja. Ya sudah ayo." Dan Chiko pun mengikuti Ghina. Keduanya kembali masuk mobil melanjutkan rencana mereka yang akan menginap di hotel.
"Bukannya langsung pulang saat mengingatku, kamu malah asyik menikmati kebersamaan mu dengannya." Azzura pun beranjak dari sana setelah membayar tagihan pesanannya.
*****
"Sayang, apa yang membuat kamu mau sama aku?" tanya Ghina seraya menyenderkan kepalanya ke pundak Chiko. Tangannya mengelus dada Chiko.
"Tidak tahu, tapi terlihat cantik untuk orang muslim. Cantiknya begitu berbeda dan ada aura tersendiri yang mampu menarik ku untuk lebih dekat denganmu." Chiko sendiri tidak tahu alasan dia menyukai Ghina. Kalau untuk cinta, Chiko hanya cinta sama Azzura, tapi ingin juga mencoba hal baru di saat dia memiliki segalanya.
"Jadi hanya penasaran saja? Bukan suka karena cinta?" Ghina mendongak menatap Chiko yang terlihat tampan untuk orang berwajah China.
"Awalnya penasaran sama kamu lama-kelamaan menjadi suka juga."
"Kedekatan kita sudah berjalan satu bulan, kamu tinggal di sana sudah dia bulan, apa kamu ada niatan buat menceraikan Azzura dikala aku selalu ada buat kamu?" tanya Ghina ingin tahu rencana Chiko kedepannya.
"Menceraikan Azzura?" Chiko memikirkan hal itu. "Aku rasa tidak ada niatan buat menceraikan Azzura, aku mencintainya." Jawaban Chiko yang jujur membuat Ghina memberenggut manyun.
"Sial, jadi Chiko belum cinta sama aku. Dia masih mencintai istrinya yang **** itu. Cantikan juga aku kemana-mana, Azzura hanya modal **** doang." Itu menurut penilaian Ghina.
Azzura memang seringkali mengenakan pakaian minim dan memperlihatkan lekuk tubuhnya. Untuk tinggi pun hanya sekitar 155 cm dan bentuk tubuh yang terbilang biasa tidak seperti Ghina memiliki lekukan indah di setiap tubuhnya. Tapi, soal cantik Azzura lebih cantik daripada Ghina.
"Terus hubungan kita ini apa, chiko?" ujar Ghina menatap sedih.
"Hubungan kita ya, pacaran pada umumnya. Sekalipun aku tidak menceraikan Azzura, aku tidak akan meninggalkanmu." Chiko tersenyum merayu Ghina.
*****
Azzam memperhatikan titik merah yang menuju sebuah hotel. "Itu jalan menuju hotel bintang lima. Apa yang akan mereka lakukan di sana?"
Azzam sudah tidak sabar ingin segera kesana dan ingin tahu apa yang akan mereka lakukan.
Sedangkan Azzura sudah memberhentikan kendaraannya dan melihat Chiko dengan Ghina masuk kedalam hotel.
"Mereka main di hotel?" Azzura menghirup udara dalam-dalam kemudian membuangnya secara perlahan. Ia harus bisa kuat melihat kenyataan sesungguhnya agar dia yakin untuk memutuskan semua hubungan ini.
"Permisi, saya mau tanya kamar atas nama Chiko Keytaro no berapa?" tanya Azzura kepada resepsionis hotel.
"Maaf, Anda siapanya?" orang itu tidak begitu saja memberitahukan dimana letak Kamar yang Chiko sewa.
"Saya istrinya. Saya di suruh suami saya kesini karena ingin bertemu adiknya." Azzura pandai bersandiwara demi kelancaran niatnya untuk melihat sebuah kenyataan yang sesungguhnya.
"Ih, tunggu sebentar!" Lalu orang itu melihatnya. "Pak Chiko berada di kamar no 111."
Lalu, Azzura melangkah masuk setelah mendapatkan informasi mengenai kamar yang Chiko sewa. Di dalam Lift, Azzura melepaskan gamis dan jilbab serta cadarnya. Kemudian ia memasukkan ke dalam tas menyisakan tangtop warna putih. Dia juga mengambil baju yang lain sebagai luaran yang akan ia kenakan.
*****
Di dalam kamar, Ghina yang tadinya mengenakan baju putih berlengan balon dan celana jeans melepaskan pakaian yang ia kenakan menyisakan tangtop dan celana sepaha.
Chiko yang ada di sana memperhatikan cara Ghina melepaskan pakaiannya yang terlihat begitu menggoda. Ghina memnag sengaja memperlihatkan setiap lekukan tubuhnya agar membuat Chiko tergoda. Ini salah satu cara seorang wanita menggoda pria dan Ghina meyakini kalau semua pria pasti menyukai setiap keindahan nyata di hadapannya.
"Gerah sekali, aku mau mandi dulu." Ghina hendak berjalan ke kamar mandi, tapi Chiko menarik tangan Ghina dan membawanya kedalam dekapannya.
"Ternyata tubuhmu indah sekali. Azzura saja tidak seindah tubuhmu. Aku baru melihatnya." Chiko menarik pinggang Ghina sampai jarak diantara mereka tidak ada. Wajahnya mengendus leher Ghina dan tangan kanannya mengusap paha hingga beranjak naik ke atas bagian dada.
"Aku selalu merawat tubuhku agar terlihat menarik dan juga bagus. Ini aku lakukan untuk duamiku, tapi sayangnya suamiku malah kasar dan tidak pernah puas atas pelayanan ku." Ghina memejamkan matanya dan tangannya mencoba melepaskan baju yang menempel di tubuh Chiko.
Chiko tidak menolak, ia mengikuti tangan Ghina yang melepaskan pakaiannya dan bibirnya saling beradu dengan bibir Ghina.
*****
Jantung Azzura berdebar kencang menyaksikan sendiri bagaimana suaminya dan tetangga rumahnya saling bergumul mesra di hadapan matanya. Ia bisa melihat hal itu karena pintu itu tidak di kunci dari dalam. Tak terasa air mata Azzura menetes begitu saja, tapi tanpa suara.
Pun dengan Azzam yang juga sedang berdiri di belakang Azzura terkejut melihat kenyataan yang sesungguhnya. Tangannya terkepal kuat menahan amarah yang ingin meluap. Namun, ia tidak jadi melampiaskan amarahnya tatkala melihat Azzura diam menangis tanpa suara.
Untuk sang putra, Azzam menitipkannya dulu pada sopir taksi karena putranya sedang tidur. Azzam juga mendorong kursi rodanya dan setelah berada di belakang Azzura, dia kembali duduk di kursi roda.
Tangan Azzura menutup mulutnya agar tidak bersuara. Ia dan Azzam melihat Ghina dan Chiko tengah duduk saling bercumbu mesra tanpa sehelai benang.
Azzam yang tidak tahan melihat itu semua dan merasa tidak tega melihat Azzura, dia menggapai tangan Azzura.
Azzura terkejut dan menoleh, dia terbelalak mengetahui ada Azzam di sana. "Mas Azzam."
Azzam perlahan mnenarik tangan Azzura dan Azzura menutup pelan pintu kamarnya.
"Kita pergi dari sini!" Azzam mengajak Azzura pergi dan tangan kirinya mencoba memutar kursi rodanya.
Azzura segera membantu dan ia juga memilih pergi dari sana. Tekad keduanya sudah bulat untuk bercerai dari pasangan masing-masing. Tinggal menunggu pulang ke rumah dan bicara tanpa emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Alingga Nurcahyo
visual Azam jomplang banget...g masuk
2023-06-13
0