Jantung Chiko seakan copot Azzura berkata seperti itu. Ia tidak menyangka kalau istrinya memiliki pikiran ke arah sana.
"Apa maksud mu, Azzura?" tanya Chiko pura-pura bersikap biasa dan terkejut atas pertanyaan istrinya. Padahal jantungnya sedang berdebar takut jika Azzura melihat dia bersama dengan Ghina karena memang jarak rumah mereka dan Azzam tidaklah jauh hanya terhalang oleh beberapa rumah saja.
"Aku rasa kamu juga tahu apa yang aku katakan, Chiko. Mana mungkin seorang pria menolak keinginan istrinya jika tidak ada hal lain yang membuatnya tertarik di luaran sana. Apa ucapan ku benar kalau kamu punya wanita idaman lain?" Azzura kembali menanyakan hal itu di saat wangi parfum perempuan tercium dari tubuh suaminya. Feeling Azzura mengatakan ada yang di sembunyikan oleh Chiko sampai suaminya keluar malam dan semakin besar kemungkinan melakukan tindakan di luar dugaannya.
"Aku tidak mungkin melakukan itu, Azzura. Aku sungguh habis bekerja dan tidak mungkin melakukan tindakan hina seperti yang kaku tuduhkan. Kita menikah di hadapan pendeta dan itu di saksikan oleh banyak orang. Mana mungkin aku mempermainkan ikatan suci kita."
"Mana mungkin juga aku berkata jujur padamu tentang hubungan ini. Bisa-bisa aku di ceraikan olehmu dan aku tidak ingin kehilangan kamu."
"Aku harap ucapan mu bisa di pegang, Chiko. Aku harap kamu tidak sedang bermain api dan tidak membohongiku. Aku hanya ingin menikah satu kali dan aku ingin kamu tidak mengkhianati pernikahan ini." Azzura menekankan setiap kata kepada Chiko. Dia tipe wanita yang jika sudah sakit hati pantang baginya kembali dan tidak akan mau mengenalnya lagi.
"Kamu juga harus ingat perjanjian pra nikah kita. Jika kamu ketahuan selingkuh dan berkhianat apalagi melakukan hubungan terlarang di belakangku, maka seluruh harta yang telah kita kumpulkan dari nol akan menjadi milikku!" Dan Azzura kembali memperingati Chiko mengenai hal itu. Dia tidak main-main dalam berkata.
"Ti-tidak akan. Aku tidak mungkin mengkhianati mu apalagi pernikahan kita. Aku tetap memilihmu sebagai istriku dan aku hanya mencintaimu."
"Aku harap begitu."
*****
Kediaman Azzam.
"Baru pulang?" Azzam mengagetkan Ghina yang sedang menutup pintunya begitu pelan.
"Eh, Mas! Bikin kaget saja. Belum tidur?" Ghina mengusap dadanya saking terkejut ada Azzam di dekat ruang televisi dengan tatapan begitu tajam.
"Aku tanya baru pulang? Malah balik bertanya. Kami bilang sebentar nyatanya berjam-jam. Mana sate yang kamu beli? Kok tidak ada?" pertanyaan Azzam seakan menyadarkan Ghina dari kelupaannya membeli sate.
"Anu, tadi, tadi sate ayamnya habis."
"Habis? Lalu kamu pergi kemana dulu jam sepuluh baru pulang? Main kemana saja? Dengan siapa dan berapa lama kamu diam di sana?" cerca Azzam memberondong banyak pertanyaan. Bagaimana Azzam tidak marah, istrinya keluar dari jam tujuh malam tapi pulang sekitar jam sepuluh lebih. Itu membuat Azzam dilanda kesal dan jengkel.
"Beli sate, Mas. Aku keliling mencari sate ayam buat kamu tapi pada habis. Aku pergi sendirian tidak dengan siapa-siapa. Kamu jangan curigaan begitu, aku tidak macam-macam, Mas." Ghina tidak berani menatap mata suaminya dan ia berlalu melewati Azzam.
"Kalau kamu ketahuan bermain api, aku tidak akan segan-segan menceraikanmu, Ghina!" Azzam mengancam dan ia tidak main-main dalam ucapannya.
Ghina yang tadinya melangkah seketika terdiam. "Aku tidak akan seperti itu. Kalau aku seperti itu, aku siap kamu ceraikan tanpa harta apapun." Lalu, Ghina masuk ke dalam kamar.
Azzam mengusap wajahnya secara kasar. "Aku merasa ada hal yang kamu sembunyikan, Ghina. Sikap kamu menunjukan seperti seorang wanita yang sedang dimabuk asmara. Aku tidak mudah kamu bohongi. Kita lihat, apa yang telah kamu sembunyikan dibelakang ku dan jika feeling ku mengatakan iya, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu dan lebih baik meninggalkan dirimu." Prinsip Azzam satu, di khianati maka ia akan melepaskannya tanpa peduli seberapa besar cintanya kepada Ghina. Ia juga sampai rela meninggalkan keluarganya demi ingin bersama dengan wanita yang di cinta. Dan tidak akan sulit bagi Azzam untuk melepaskan Ghina kalau wanita itu ketahuan bermain api dan tidak akan pernah ada lagi kata kembali dalam kamus kehidupannya.
*****
Keesokan harinya.
Seperti pada kegiatan umumnya, para ibu-ibu selalu berkumpul di tukang sayur seraya memilih sayuran dan juga saling merumpi. Kali ini, ada hal menarik membuat para ibu-ibu antusias mendengarkan cerita dari salah satu ibu-ibu pembeli.
"Kalian tahu tidak, semalam saya melihat Ghina dan Chiko berduaan di tukang sate yang ada di jalan Ciranjang. Kelihatan sekali kalau mereka begitu mesra."
"Ah, yang bener Bu? Mana mungkin Chiko begitu? Setahu kita suaminya Azzura baik." Mereka belum percaya pada ucapan tetangganya.
"Saya beneran, Bu. Sumpah demi Allah saya melihat sendiri apa yang terjadi dan di sana juga ada suami saya yang juga ikut melihatnya."
"Kamu beneran?"
"Demi Allah beneran. Saya kasihan sama Neng Azzura yang baik hati itu malah di khianati oleh suaminya. Saya juga sama Azzam yang sama-sama di khianati."
"Kalau begini ceritanya mereka sungguh keterlaluan. Kamu punya buktinya Chiko dan Ghina berduaan di sana?"
"Ada, tunggu sebentar." Lalu, ibu-ibu itu mengambil ponselnya dan menunjukkan foto kebersamaan Chiko dan Ghina. "Ini fotonya."
Mereka yang sedang membeli sayuran di warung Bu Nining malah terfokus pada benda pipih milih tetangganya.
"Astaghfirullah! Ini beneran mereka? Kok tega banget sih pada pasangannya sendiri." Bu Nining tidak percaya jika suaminya Azzura dan Ghina bermain api di belakang mereka.
"Iya, mereka tega sekali," timpal yang lainnya.
"Pantas saja semalam neng Azzura menangis karena di bentak suaminya dan di larang ikut. Ini toh alasannya." Sekarang Bu Nining mengerti alasan Chiko memarahi Azzura karena mungkin tidak mau diganggu.
"Pagi ibu-ibu, ada apa sih rame sekali," sapa Ghina terlihat ramah baru datang ke warung. Dia memilih aneka sayuran yang ingin di beli.
Ibu-ibu saling lirik dan saling sikut.
"Habis jalan-jalan kemana semalam?" tanya ibu-ibu yang melihat Ghina.
"Di rumah saja bu. Mana mungkin saya pergi meninggalkan suami dan anak saya."
"Masa sih? Kok saya tidak percaya, ya. Terus siapa dong wanita mirip kamu dan Chiko di kedai sate yang ada di jalan Ciranjang? Masa orang lain." Sindir ibu itu membuat Ghina tertegun penuh keterkejutan.
"Ah mana mungkin itu saja dan Chiko. Ibu salah lihat kali," ucap Ghina gelagapan menunduk menyembunyikan wajahnya dari rasa panik akibat ketahuan.
"Saya yakin itu mirip kamu dan Chiko. Tidak mungkin mata saya rabun. Apa jangan-jangan kalian selingkuh?" tuding Bu Onih.
"Siapa yang selingkuh?" celetuk suara perempuan. Mereka menoleh. "Neng Azzura!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rosnelli Sihombing S Rosnelli
dari foto nya sepertinya mereka mengadakan pernikahan itu para pelakor dan pembinor
2023-03-07
0
Liswati Angelina
udah beberkan dan biar cepat ketahuan belang mereka
2023-03-07
0
ummi
semoga cepat ketauan..biar ngk lama-lama
2023-03-07
0