Revenge Of The Ugly Lily
Di sebuah ruangan gelap bagian belakang sebuah universitas, seorang perempuan bertubuh gempal sedang terpejam. Dia dikelilingi oleh tiga orang mahasiswi lain. Cacian dan umpatan mereka lontarkan pada gadis yang kini sedang tak sadarkan diri itu.
"Hei, bangun!" teriak seorang perempuan muda bernama Ara.
"Kamu masih hidup, 'kan? Ayo bangun! Tidak usah berpura-pura pingsan! Atau kami akan menyirammu dengan ramuan spesial seperti waktu itu!" gertak seorang perempuan lain bernama Hari.
Hari tersenyum geli ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Dia dan teman-temannya mengguyur gadis bertubuh gemuk itu dengan air yang dicampur dengan kecap ikan dan bahan makanan berlemak lainnya. Akibat hal tersebut, aroma tak sedap pun menyelubungi badan gadis yang masih memejamkan mata itu.
"Hei, Lily! Bangun! Jangan berpura-pura lagi! Kamu nggak akan mungkin pingsan hanya dengan sekali pukulan karena tubuhmu yang besar seperti b*bi itu!"
Seorang gadis lain dengan penampilan tomboi mendekat. Dia bernama Sena. Sena menyentuh tubuh gadis yang masih memejamkan mata itu menggunakan ujung sepatunya.
Melihat targetnya tidak merespons, amarahnya memuncak. Dia pun tak segan menginjak-injak tangan gadis bertubuh gemuk itu penuh kemarahan. Si gadis mulai menggeliat sehingga sebuah senyum miring tersungging di bibir Sena.
Gadis bertubuh tambun itu perlahan beranjak dari lantai. Dia mengerjapkan mata berulang kali untuk memfokuskan pandangan. Setelah dapat melihat dengan baik, dia mengerutkan dahi.
"A-aku di mana? Badanku rasanya sakit semua," gumam gadis itu.
"Hei, Lily! Aku pikir kamu sudah mati!" Sena berjongkok kemudian menjepit kedua pipi Lily dengan jemari lentiknya.
Lily mulai membuka matanya lebar. Di sudut ruangan, dua orang yang memiliki wajah sama persis sedang sibuk menghiasi kuku mereka dengan kuteks. Menyadari Lily bangun, mereka pun turun dari tumpukan meja usang dan berjalan ke arah Lily.
"Hei, Gendut! Kamu mau cari mati? Sudah aku bilang jangan dekati Profesor Ed! Ngeyel banget, sih jadi orang!" Yura tersenyum miring seraya melipat lengan di depan dada.
"Profesor Ed itu adalah kekasih Kak Yura! Kamu ini benar-benar nggak tahu diri!" Seorang perempuan lain berwajah mirip dengan Yura menimpali ucapan sang kakak.
Lily berusaha mencerna keadaan. Dia terdiam, karena merasa nama yang disebut semua orang yang ada di ruangan itu bukanlah dia. Lily mengangkat lengannya yang terasa kaku.
Kini Lily dapat melihat dengan jelas tangan berukuran besar dan tampak berlemak itu. Jemarinya sangat bertolak belakang dengan jari-jari lentik yang selama ini dia miliki. Namun, karenanya dia teringat dengan masa lalu yang pernah dia jalani.
Ya, yang ada di dalam tubuh Lily adalah Iris. Berdasarkan ingatan terakhir perempuan itu, dia sedang dalam perjalanan ke Korea. Pesawatnya mengalami turbulensi hebat dan kesadarannya hilang ketika ada barang yang menjatuhi kepala.
"I-ini di mana?" tanya Lily kebingungan sambil menatap semua orang yang ada di sana.
Mendengar pertanyaan dari teman kuliahnya, tentu saja membuat kelima gadis itu tertawa terbahak-bahak. Mereka menganggap ada yang bermasalah dengan kepala Lily. Lebih tepatnya semua perundung itu mengira Lily tengah berpura-pura linglung agar terhindar dari semua perbuatan mereka.
"Hei, Lily! Jangan bilang kamu juga lupa dengan namamu sendiri!" seru Hari seraya menendang perut Lily.
Sontak rasa nyeri luar biasa dirasakan oleh Lily pada ulu hatinya. Cairan bening pun keluar dari mulut karena tendangan keras yang dilakukan oleh Hari. Lily terbatuk-batuk sebab rasa sesak yang kini memenuhi dadanya.
"Aku sudah peringatkan kamu, untuk tidak mendekati Profesor Edelweis! Kamu tidak pantas berada di dekatnya! Jika kalian berjalan bersama, rasanya aku seperti melihat angka sepuluh. Itu semua membuatku mual!" seru Yura seraya tersenyum miring.
"Ed siapa? Bahkan aku tidak pernah mengenalnya!" seru Lily sambil menatap heran Yura.
Tiba-tiba saja Yura memberikan kode kepada tiga orang temannya. Mengerti dengan apa yang dimaksud Yura, Ara serta Sena langsung mencengkeram kuat pergelangan tangan Lily. Lily pun berusaha untuk terlepas dari mereka dengan terus memberontak.
Hari mengambil mesin pencukur rambut dari dalam tas, lalu mendekatkan benda itu ke wajah Lily. Sontak Lily menelan ludah kasar. Dia langsung bergidik ngeri ketika membayangkan benda tersebut sampai digunakan untuk menggores tubuh atau wajahnya.
"Hei, Lily! Kami muak sekali melihatmu ada di kampus ini! Ini kampus seni!" Hari mundur beberapa langkah kemudian berpose layaknya model yang sedang berjalan di atas catwalk.
"Kami semua memiliki wajah dan tubuh yang sempurna! Semua orang yang kuliah di sini adalah calon bintang masa depan Korea Selatan! Kamu apa? Mau jadi apa?" ejek Hari diiringi gelak tawa semua orang yang ada di sana.
"Lebih baik kamu meminta ayahmu yang pengusaha terkenal itu untuk membiayai operasi plastik! Yaaa ... paling tidak wajah dan tubuhmu itu tidak membuat malu keluargamu yang notabene adalah pengusaha produk kecantikan nomor satu di Korea Selatan!" imbuh Yuna sembari terkekeh.
"Aku rasa kamu merupakan aib bagi keluargamu! Ibumu saja sampai malas mengakui bahwa kamu adalah putrinya!" timpal Yura.
Ejekan demi ejekan terus dilontarkan kepada Lily. Meski Iris tidak mengenal siapa pemilik asli tubuh yang kini dia tinggali itu, dia merasa semua orang yang ada di sana sangat keterlaluan. Mereka semua dibutakan oleh kecantikan dan penampilan fisik. Akan tetapi, mereka lupa bahwa kecantikan hati dan kepribadian jauh lebih penting.
Lily menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya kasar. Dia mengumpulkan segenap tenaga untuk melepaskan lengannya dari cengkeraman Ara dan Sena. Ketika Lily menarik lengan sekuat tenaga dan hampir terlepas dari dua orang yang kini menahannya, tiba-tiba pintu gudang itu terbuka.
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan terlihat menyilaukan mata. Siluet seorang perempuan bertubuh sempurna membayang di ambang pintu. Semua orang yang ada di dalam gudang pun menoleh ke arah pintu gudang.
"Aku sudah bilang jangan pernah ganggu adikku!"
Perempuan itu semakin masuk ke dalam gudang. Dia melipat lengan di depan dada sambil menatap tajam satu per satu orang yang ada di dalam gudang. Seketika nyali mereka semua menciut. Sontak Ara dan Sena melepaskan lengan Lily.
"Ka-kami hanya ingin memperingatkan Lily agar tidak mendekati Profesor Ed, Nona. Bukankah Profesor Ed adalah calon tunanganmu?" Yura tampak gugup.
Mendengar ucapan Yura, Lily terkekeh. Dia heran bisa-bisanya perempuan itu tadi mengaku-aku kalau dia adalah kekasih lelaki yang disebut memiliki nama Ed itu.
"Li-Lilac, aku minta maaf. Kami hanya ingin memberinya sedikit pelajaran."
"Dia ini adikku! Kalian tidak berhak menyentuhnya sembarangan, apalagi menyakitinya!" teriak Lilac.
Perempuan cantik itu pun menghampiri Lily, kemudian menggandeng jemari sang adik dan membawanya keluar dari gudang. Setelah sampai di dalam mobil, Lilac berubah sikap.
Dia mengubah posisi duduknya sehingga kini berhadapan dengan Lily. Lilac menoyor kepala sang adik kemudian melipat lengan di depan dada. Sebuah tatapan tajam dia kayangkan kepada adik kembarnya itu.
"Lily, kamu mau cari mati?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Vivin Novriyanti
jahat bgt..
2023-03-09
2
𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯
hai aku Hadir disini Thor..👋👋👋👋
2023-03-08
2
auliasiamatir
wah... keren banget kak
2023-03-07
2