Daddy My Son
Pria itu bangkit, menatap sejenak sosok wanita yang telah memberikannya kepuasan semalam. Ia bergerak, menarik selimut dan menutupi tubuh wanita yang tidak mengenakan sehelai benangpun itu.
Ia beringsut turun dari ranjang, lalu menuju kamar mandi. Didalam sana, ia sedang memperhatikan beberapa bekas cakaran kuku yang terasa lumayan perih pada leher, punggung dan dadanya lewat pantulan cermin dihadapannya.
Guyuran air dingin menambah rasa perih pada kulit pria itu, namun ia tidak menghiraukannya, tetap membilas semua busa shampoo dan sabun dari rambut dan tubuhnya.
Setelah mengenakan pakaiannya, pria itu kembali mendekati ranjang dan meletakan segepok rupiah disebelah ponsel dekat kepala sang wanita yang telah ditidurinya semalam.
"Kau sangat luar biasa," ia tersenyum menyeringai. Lalu dengan langkah ringannya, pria tegap dan macho itu melangkah pergi meninggalkan wanita yang masih terlelap dikamar hotel itu.
Setelah dua jam berlalu, wanita yang berada didalam selimut itu mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia terbangun saat mendengar ponselnya berdering berkali-kali.
"Agghh! Seluruh tubuhku terasa remuk," keluh wanita itu, ia hampir tidak bisa menggerakkan tubuhnya dari dalam selimut.
Tangan wanita itu meraba-raba dibagian atas kepalanya, mencari keberadaan ponselnya yang terus-menerus bersuara tanpa henti bak alarm. Setelah melihat sekilas siapa yang sedang menelponnya, ia buru-buru menggeser tombol berwarna hijau untuk mengangkatnya.
📞"Hallo Pap," sapa wanita itu dengan suara setengah mengantuk, ditambah rasa lelah yang masih menderanya.
📞"Jam berapa ini Virranda, ini hari pertamamu berkerja di perusahaan Papi, kenapa kau bisa terlambat?" ucap pria yang dipanggil Papi itu kesal dari ujung sambungan telepon.
📞"Apa?" Virranda terlonjak, melupakan rasa sakit pada sekujur tubuhnya.
📞"Bukankah Papi sudah memperingatkanmu, jangan pulang pagi! Begini jadinya!" omel sang ayah lagi.
📞"I-iya Pap, Virranda akan segera meluncur kesana," sahut wanita yang bernama lengkap Virranda Laura itu cepat lalu mematikan ponselnya secara sepihak.
Virranda bangkit, ia terkaget-kaget saat mendapatkan dirinya yang tengah b*gil keluar dari dalam selimutnya. Wanita yang baru saja berusia dua puluh empat tahun itu segera menarik kembali selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Dengan kepala yang masih terasa pusing dan perasaan yang bingung ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Tubuhnya terasa lemas dan limbung saat melihat ada noda darah pada sprei putih setelah dirinya berhasil bergeser dari duduknya.
Virranda hanya bisa menangis dan merutuki kebodohannya, saat sepenggal ingatannya mampu mengingat bila dirinya telah tidur bersama seorang pria semalam.
"Siapa pria bajingan itu?" isak Virranda disela-sela kepiluan hatinya.
"Papi, Mami... Maafkan Virranda. Virranda salah, terlalu bandel dan tidak patuh pada nasihat Papi dan Mami," ratap Virranda pilu, ia terus menangis.Tubuhnya terasa lunglai dan melorot begitu saja kelantai dengan punggungnya bersandar pada tepi ranjang hotel.
Ia meremas dan mengacak rambutnya hingga terlihat kusut dan berantakan, menyesali kebodohan yang telah ia lakukan, sehingga kemalangan ini bisa menimpa dirinya.
...🍓🍓🍓...
Dua bulan kemudian...
"Virranda, akhir-akhir ini Mami merasa kau banyak berubah sayang," ucap Lirasa, dengan senyum diwajahnya, disela-sela makan malam mereka.
"Maksud Mami?" tanya Virranda.
"Setelah kau berkerja menjadi asisten Papi-mu dua bulan belakangan ini, Mami sudah tidak melihat kemanjaanmu lagi. Dan kebiasaan keluar malammu juga sudah kau kurangi. Mami bahagia sekali," jelas Lirasa dengan senyum bahagia yang masih mengembang diwajahnya.
"Bukankah begitu Pap?" ucapnya lagi meminta dukungan dari sang suami.
"Iya, Mami-mu benar sayang." sahut Loenhard menyetujui.
"Papi dapat melihat keseriusanmu belajar. Papi harap kau tetap seperti ini terus, jangan kendor. Kau adalah satu-satunya pewaris keluarga kita. Kau bahkan harus lebih hebat dari Papi, ingat itu," ujar Loenhard menasehati putri semata wayangnya itu.
"Iya Pap, Virranda akan berusaha menjadi kebanggaan Papi dan Mami," Sahut Virranda turut tersenyum bersama kedua orang tuanya.
"Oya Mam, tuan Toshigawa dan isterinya akan berkunjung akhir pekan ini bersama putranya untuk melamar Virranda putri kita," sambung Loenhard tiba-tiba.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Virranda yang sedang meneguk jus daun seledri-nya kontan tersedak mendengar ucapan ayahnya.
"Hati-hati sayang, kau masih saja ceroboh, padahal baru saja Papi dan Mami memujimu barusan, tapi kau kembali bersikap seperti anak batita yang baru belajar minum dari gelas," Lirasa buru-buru menyodorkan gelas air putih pada putrinya untuk melegakan tenggorokannya.
"M-melamar?" Virranda terlihat amat kaget, demikian pula kulit wajahnya ikut memerah setelah tersedak jus yang diminumnya.
"Iya , melamar." sahut Loenhard membenarkan, sambil mengunyah makanan yang masuk kedalam mulutnya.
"Tapi Pap, Virranda belum mau menikah. Virranda baru selesai kuliah dan baru dua bulan ini berkerja ikut Papi," ucap Virranda beralasan dengan wajah mendadak pucat-pasi.
"Itu tidak masalah. Setelah menikah, kau masih boleh melanjutkan pekerjaanmu di perusahaan kita. Papi rasa calon suamimu itu juga tidak akan keberatan, karena semuanya sudah kami bicarakan bersama," jelas ayah Virranda menanggapi penolakan putrinya itu.
"Tapi Papi, Virranda belum siap, Virranda belum cukup umur," ucap Virranda bingung mencari alasan.
Tawa Loenhard dan isterinya langsung meledak, ucapan Virranda yang mengaku belum cukup umur ternyata sanggup menggelitik hati mereka, hingga kelopak mata keduanya berair karena merasa geli.
"Virranda, kau bukan putri kecil kami lagi sayang. Kau sudah menjelma menjadi seorang gadis yang cantik dan menawan. Usiamu sudah dua puluh empat tahun, usia yang cukup untuk menikah," Ujar Lirasa disela-sela tawanya.
"Iya Virranda, dulu Mami-mu juga menikah dengan Papi diusia dua puluh empat tahun, sama seperti usiamu yang sekarang," celetuk sang ayah, membantu isterinya memberi penjelasan.
"Virranda mau kekamar dulu," ucapnya seraya berdiri, tidak ingin membahas topik obrolan makan malam mereka lebih lanjut.
"Kita belum selesai bicara sayang," cegah Lirasa sambil memegang pergelangan tangan putrinya yang terasa dingin. "Kau sakit?" Lirasa buru-buru memeriksa suhu tubuh putrinya pada bagian pelipis, dahi dan tengkuknya, dengan memperhatikan wajah pucat Virranda.
"Tidak Mam, Virranda hanya kaget mendengar lamaran yang tiba-tiba ini," sahut Virranda jujur. Ya, dirinya memang berkata jujur, dan bila mau lebih jujur lagi, ia bahkan tidak sekedar kaget saja, ada rasa ketakutan yang teramat besar direlung hatinya yang paling dalam.
"Baiklah, Mami maklum, anak gadis pada umumnya memang sering seperti itu kalau akan dilamar oleh seorang pria," ujar Lirasa sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kau segera kembali kekamarmu untuk beristirahat. Kita akan lanjutkan lagi obrolan yang tertunda ini dilain waktu. Masih ada enam hari lagi sebelum mereka berkunjung kemari," imbuh Lirasa dengan menepuk pundak putri kesayangan mereka.
"Mami antar ke kamar ya?" ucap Lirasa menawarkan bantuan pada putrinya.
"Tidak perlu Mam, Virranda masih bisa sendiri. Mami temani Papi saja sampai selesai makan malam," Virranda buru-buru mencium pipi kiri ibunya dan berlanjut pada ayahnya, setelahnya ia segera meninggalkan meja makan menuju kamarnya yang berada dilantai atas.
Virranda segera mengunci pintu kamarnya, ia membuka lemari pakaiannya, mengambil benda pipih panjang berwarna putih dari sana, yang ia simpan dibelakang lipatan-lipatan pakaiannya.
Memandangi dua garis berwarna pink terang, kembali membuat kacau perasaannya. Bagaimana tidak, sudah lima hari ini ia mengetahui bila dirinya saat ini sedang mengandung.
Kehamilannya ini pasti akibat kejadian sekitar dua bulan yang lalu, saat dirinya tanpa sadar telah ditiduri oleh seorang pria, yang sialnya hingga kini dia tidak tahu siap pria yang berani-beraninya merenggut kehormatannya dimalam itu.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Teteh Lia
Kaka author, aku mampir kesini dulu, sambil menunggu karya Kaka selanjutnya 🙏
2024-02-14
2
ayu nuraini maulina
jgn d desak begitu gimana ank berontak entar
2023-09-14
1
ayu nuraini maulina
kalo dah d renggut baru nyesel
2023-09-14
1