Setelah hampir satu jam berguling-guling seorang diri dipembaringannya, memikirkan tentang perjodohan yang telah disepakati oleh kedua orang tuanya dengan pihak keluarga tuan Toshigawa tanpa meminta pendapat dan persetujuannya, Virranda bangkit dari ranjangnya, dan duduk dihadapan meja riasnya.
Dipandanginya wajahnya yang masih terlihat pucat karena terus memikirkan nasib malang yang telah menimpanya setelah malam laknat itu. Perlahan Virranda mengusap perutnya yang masih nampak rata dan ramping, didalam sana sudah tersimpan benih seorang pria, pria asing yang sampai kini tidak diketahui identitasnya.
Tidak mungkin dirinya menerima lamaran dari putra tuan Toshigawa dengan kondisinya seperti sekarang ini. Dan pria mana yang mau menerima seorang gadis tapi bukan perawan dan bahkan sedang mengandung anak pria lain. Yang ada, dirinya akan mempermalukan nama baik kedua orang tuanya dihadapan calon besannya itu, bila mengetahui dirinya sudah hamil diluar nikah.
Walau dirinya bebas bergaul dengan siapa saja karena sikap humble-nya, namun Virranda Laura bukanlah seperti gadis muda kebanyakan, yang suka gonta-ganti pasangan dan tidur dengan sembarang pria, bahkan hingga kini, dirinya belum memiliki seorang teman dekat pria yang bisa disebut pacar.
Lalu bagaimana dirinya bisa hamil? Virranda-pun merasa bingung, karena seingatnya, malam itu setelah dirinya selesai makan dan minum dalam pesta ulang tahun salah satu teman semasa dirinya kuliah, kepalanya begitu pusing dan tidak ingat apa-apa lagi. Saat terjaga, Virranda mendapatkan dirinya sudah berada dikamar hotel dalam keadaan mengenaskan, dan tanpa busana. Dan mahkota yang ia jaga dengan baik, juga telah terenggut dengan paksa tanpa seiijinnya.
Ditengah kemelut dan kegalauan hatinya, Virranda merias dirinya, lalu bergegas keluar dari kamar menuju garasi mobil.
"Nona mau kemana?" cegat bibi Arin, asisten rumah tangga yang sudah berkerja selama belasan tahun dirumah keluarganya.
"Ke apotik Bi," sahut Virranda berbohong.
"Baiklah Nona, hati-hati dijalan," Bibi Arin memperhatikan Virranda naik kemobilnya hingga menjauh meninggalkan rumah.
Sudah beberapa apotik telah terlewati, tapi tidak ada tanda-tanda Virranda untuk mampir kesalah satu apotik itu, karena dirinya memang tidak berniat untuk mampir kesana.
Virranda membelokan kemudinya kearah kiri jalan, memasuki area sebuah cafe. Saat ini dirinya butuh hiburan dan menenangkan diri.
Ia mengambil tempat duduk dipojokan, dan memesan segelas jus beraneka buah, segelas cappucino cincau, segelas susu madu, dan segelas wedang jahe.
Setelah pelayan cafe pergi untuk membuatkan pesanannya, Virranda memejamkan matanya, menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dibelakangnya. Beberapa kali ia menghembuskan nafasnya secara kasar, sambil menikmati lagu-lagu manca negara yang sedang nge-hits saat ini. Namun fikirannya tetap melayang pada perjodohan yang menjadi topik pembicaraan saat makan malam keluarganya.
Rasa takut menyergapnya, bagaimana bila perjodohan itu tidak bisa ia hindari? Dan apa yang akan terjadi bila pria yang akan menikahinya nanti tahu bila dirinya sudah tidak gadis dan hamil? Lalu menyalahkan kedua orang tuanya atas apa yang terjadi padanya.
"Maafkan Virranda, sudah mengecewakan Papi dan Mami karena kehamilan ini," gumam Virranda dipojokan cafe dengan pencahayaan yang sedikit remang-remang. Buliran bening air mata jatuh membasahi pipi mulusnya. Ingin rasanya ia menceritakan semuanya, agar beban fikirannya sedikit berkurang. Tapi dirinya merasa ragu, mungkinkah kedua orang tuanya bisa menerima kenyataan kalau ia hamil dan tidak tahu siapa ayah bayi yang dikandungnya?
Ditengah kekusutan masalah yang tengah dihadapinya, samar-samar Virranda mendengar lantunan syair lagu yang tidak asing ditelinganya.
🎵Ho-oh-oh. Kau doakan saja aku pergi. Semoga pulang dompetku terisi.🎶
🎵Aku rela pergi pagi pulang pagi. Hanya untuk mengais rezeki. Kau doakan saja aku pergi. Semoga pulang dompetku terisi🎶
🎵Semoga pulang dompetku terisi. Dan semoga kau tak ngambek lagi🎶
Mendengar lantunan syair lagu itu, Virranda lumayan terhibur, lagu asal Indonesia ini memang selalu nyaman didengar. Pria yang melantunkan syair lagu dengan suara emasnya itupun tidak asing bagi Virranda, ia sudah beberapa kali melihatnya saat mangkal di cafe itu bersama teman-temannya.
"Mas, saya ingin bertemu dengan pria yang baru menyelesaikan lagunya tadi," ucap Virranda pada waiters yang datang mengantarkan pesanannya.
"Baik Nona, ditunggu sebentar ya," sang waiters meletakan beberapa gelas minuman yang telah dipesan oleh Virranda lalu kembali beranjak pergi.
Tidak menunggu lama, pria pelantun lagu itu sudah datang menghampiri Virranda.
"Nona ingin bertemu dengan saya?" ucap pria itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, silahkan duduk," Virranda mempersilahkan pria itu duduk pada sofa didepannya.
"Saya suka lagu yang mas nyanyikan," walau terdengar basa-basi, tapi Virranda memang tulus mengatakannya dari hatinya.
Pria itu tersenyum, "itu lagu lama Nona,"ucapnya menatap Virranda.
"Iya, saya tahu. Apa itu juga ungkapan hati? Pencari nafkah untuk keluarganya mas?" tanya Virranda lebih lanjut.
Pria itu kembali menarik senyum diujung bibirnya, "Saya mencari nafkah untuk diri saya sendiri," ucapnya. "Apakah Nona ingin bertemu dengan saya hanya menanyakan soal yang tidak penting itu?" lanjutnya tidak berminat.
"Aku ingin membuat penawaran dengan mas setelah mendengar syair lagu yang mas nyanyikan tadi. Menikahlah dengan saya" todong Virranda tanpa basa-basi sambil memperhatikan dengan cermat reaksi pemuda dihadapannya.
Pria itu langsung tergelak, tidak menduga mendapat tawaran menikah dari seorang gadis. Virranda yang melihatnya hanya memasang wajah datar dan membiarkan pria dihadapannya itu puas mentertawainya.
"Apakah Nona adalah salah satu gadis yang tidak laku dijaman modern ini? Sehingga melamar seorang penyanyi cafe seperti saya?" ucapnya setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Iya, saya adalah gadis yang tidak laku dan sangat malang," sahut Virranda serius, dan tidak banyak berkomentar. Pria itu langsung terdiam, ia mengamati sejenak wajah gadis dihadapannya.
"Baik, saya setuju Nona. Kapan kita menikah?" tantang pria itu. Virranda sempat terpana mendengar jawaban pemuda itu Dia benar-benar tidak menduga, kalau pria itu dengan mudah menerima tawarannya.
"Dua hari lagi, aku akan men-sharelock dimana kita akan menikah. Berikan nomor ponselmu, dan tulis namamu sekalian," Virranda menyodorkan ponsel miliknya pada pria itu.
Setelah memasukan nomornya, pria itu tidak lupa menyambungkan nomor Virranda keponselnya, lalu segera mengembalikannya lagi pada wanita dihadapannya.
"Kirim kartu identitasmu, supaya aku bisa mengurus segala surat menyuratnya dalam dua hari ini. Dan jangan lupa, buat permintaan secara tertulis sebagai syarat kau menerima tawaran menikah dariku. Aku akan berusaha memenuhinya," ucap Virranda seraya menyimpan ponselnya.
"Baiklah," pria itu setuju dan menganggukan kepalanya pelan.
"Aku memesan beberapa minuman, apakah kau mau?" tunjuk Virranda pada minuman pesanannya. "Atau kau mau pesan yang lain?" tawarnya lagi.
"Untuk apa Nona memesan minuman sebanyak ini? Bukankah Nona seorang diri kemari?" tanya pria itu memandang beberapa gelas yang belum tersentuh diatas meja.
"Aku tidak sendiri, aku membawa janin didalam perutku," ucap Virranda jujur.
"Apa??" roman wajah pemuda itu langsung berubah. Virranda tidak terlalu ambil pusing, ia mulai menyedot jus aneka buahnya dengan santai.
Yeach! Joe Dirgantara, sosok pria absurd, cuek, lucu, dan menjalani hidupnya bagai air yang mengalir, benar-benar dibuat kaget mendengar pengakuan Virranda. Namun sialnya, ia sudah menyetujuinya.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
terima nasib y🤭🤭
2023-09-14
2
ayu nuraini maulina
k turunan Jepang y
2023-09-14
1
〈⎳ HIATUS
ya karena ada proses hubungan suami-istri
2023-07-20
1