13. Mules

"Akhirnya aku menemukanmu Joe!" Joe terkesiap, saat tangan seorang wanita paruh baya dengan cekatan telah berhasil memborgol pergelangan tangan kanannya. Dirinya baru saja selesai membayar pesanannya dikasir restoran.

"Kalau sudah begini, kau tidak akan bisa lari lagi dariku," ucap wanita paruh baya itu lagi sambil menunjukan pergelangan tangan kirinya yang sudah lebih dulu terborgol dengan senyum penuh kemenangan.

Joe yang tidak menduga wanita itu mampu melakukan hal itu padanya dimuka umum, berusaha memutar otaknya, mencari cara bagaimana dirinya bisa terlepas dari borgolan itu. Ia juga merasa heran bagaimana caranya wanita itu bisa memiliki benda itu, setahunya anak kunci borgolan itu biasanya tersimpan dikantor polisi.

"Tante Mesie, tolong jangan begini. Saya sedang buru-buru, isteri saya baru saja melahirkan, dan sedang menunggu steak yang saya beli ini," ucap Joe dengan raut memelas, memohon belas kasihan.

"Itu perkara mudah sayangku, ayo!" wanita paruh baya yang dipanggil tante Mesie itu menyempatkan diri secepat kilat mencubit gemas pipi Joe yang sudah disanderanya lalu segera bergegas, membuat pria muda itu terpaksa mengikuti arah tangan kananya yang diseret oleh tangan kiri tante Mesie.

Kasir restoran yang sedari tadi melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum geli menyaksikan perlakuan tante-tante itu pada Joe, begitu pula dengan para pengunjung yang lain.

Joe hanya bisa pasrah, saat tante Mesie mengajaknya naik kemobilnya, dan setelah beberapa menit perjalanan, mereka tiba diarea gedung apartemen megah menjulang milik sang tante yang berpakaian glamor itu.

"Berikan alamatmu Joe, aku akan mengirimkan steak-mu itu lewat kurir pada isterimu," pinta tante Mesie, saat keduanya sudah berada didalam lift.

"Ah, biarkan saja. Tidak usah Tan," tolak Joe halus. Ia sudah dapat membaca, bila itu hanya akal-akalan wanita paruh baya itu saja untuk mengetahui alamatnya yang baru.

"Lha kok gitu sih, jangan salahkan Tante ya bila nanti isterimu itu kelaperan sayang," ucapnya dengan nada manja sambil menatap mesra pada Joe.

Preeet-pet-peeeet.

Terdengar suara serupa terompet yang malu-malu memperdengarkan suara khasnya.

"Kau kenapa sih Joe, dari tadi buang angin terus," Si tante menutup hidungnya, sambil menarik diri dari tubuh Joe yang ia pepetin terus mulai berada didalam lift.

Joe tersenyum malu, saat suara kampret itu terus saja berbunyi tanpa permisi dari bo*ongnya. "Maafin Joe Tante," Joe nyengir sendiri. " Lagi sakit perut, mau BAB," sambil memegang perutnya yang memang benar-benar mules.

"Ayo, buruan Joe sayang! Nanti keburu keluar!" tante Mesie bergegas diikuti Joe keluar dari lift. Mereka berhenti didepan pintu apartemen yang tidak jauh dari lift.

"Cepetan masuk, langsung ke toilet," titah tante Mesie seraya menutup pintu dan menguncinya, tapi dirinya ikut buru-buru masuk ketoilet bersama Joe karena tangan keduanya masih sama-sama terborgol.

"Tante Mesie, jangan ikut masuk, bagaimana Joe bisa BAB," protes Joe yang sudah tidak tahan lagi, sementara perutnya terus bergolak, rasa mules itu semakin menyiksanya, hingga dirinya terpaksa harus mengganjal bo*ongnya dengan tangan kirinya yang tidak terborgol.

"Tidak bisa Joe, tante gak mau kamu melarikan diri seperti yang sudah-sudah," ucap tante Mesie waspada, tetap bersikeras untuk masuk bersama Joe didalam toilet.

"Haduh, bagaimana ini," Joe merapatkan tubuhnya kedinding toilet, berusaha sekuat tenaga menahan rasa mules yang semakin intens menyerangnya.

"Tolong keluar Tante, Joe sudah tidak tahan la-gi," bulir-bulir keringat dingin mulai membasahi kepala, wajah, dan tubuhnya yang lain.

"Tidak, Tante disini saja," ucap tente Mesie cuek.

"Bener-bener ya ini si Tante," Joe membatin kesal.

"Beneran ya ni Tan, Joe buka celana," ucap Joe seolah meminta ijin.

"Iya, buka saja. Emang kamu mau bo*er dicelana. Atau mau Tante bantuin buka dan melepas celanamu itu?" tante Mesie yang lebih cerdik dari Joe tahu apa yang direncanakan si berondong menggemaskannya itu. Ia tidak akan membiarkannya dengan mudah melarikan diri lagi.

Merasa usahanya sia-sia, Joe buru-buru menarik retsletingnya, dirinya juga tidak mau sampai boker dicelananya, "berbalik Tante!" serunya lalu duduk di closet.

Brooot! Broot! Braaakk! Klatung. Klatung.

"Astaga Joe! Ngeri amat suaranya!" tante Mesie mendelik, tapi tetap setia membalikkan tubuhnya kearah dinding.

Joe tidak menggubris, ia sedang pokus mengeluarkan semua sampah-sampah yang menyebabkan perutnya mules.

"Bau banget sih Joe!!" pekik tante Mesie masih menghadap dinding.

Joe terbahak geli. Rasa malunya kini berubah haluan, timbul niatan sengaja mengerjai.

"Kok tertawa sih Joe! Bau tau!" tante Mesie menekan pucuk hidungnya dengan kedua jarinya. Joe semakin tergelak, bukannya menghentikan aksinya, ia malah menjadi-jadi.

Brooot! Broot! Braaakk! Klatung. Klatung. Tung. Tung.

"Joe!! Hueekk!! Hueekk!!" Ulah Joe membuat perut tante Mesie bergolak, rasa mualnya yang sudah tidak tertahankan akhirnya menyemburkan muntahnya hingga mengenai wajah Joe.

Tawa Joe langsung berhenti, begitu pula aksinya yang lain, aroma asam-pahit-kecut tidak sedap didalam toilet menyeruak menusuk hidung, wajah tante Mesie mulai pucat pasi, karena kekurangan oksigen. Joe panik, ia segera membersihkan apa yang perlu dibersihkannya dibawah sana, setelah membereskan celananya. Ia bergegas memapah tante Mesie dan membawanya keluar dari toilet supaya segera mendaptkan oksigen baru.

"Joe, tolong ambilkan minyak kayu putihku dikotak obat sana," tunjuk tante Mesie kearah kotak obat yang berada disamping tempat tidurnya dengan suara lemasnya, setelah Joe membantunya berbaring ditempat tidur.

"Bagaimana bisa bergerak kesana sendiri, kalau tangan Joe masih begini," ucap Joe memperlihatkan tangan kirinya yang terborgol dengan tangan kanan sang tante.

Wanita itu nampak dilema, namun akhirnya ia meraih tas jalannya yang masih melilit pada tubuhnya, yang belum sempat dilepasnya ketika masuk kedalam apartemen dan membuntuti Joe hingga ketoilet tadi.

"Ini, bukalah," tante Mesie menyerahkan anak kunci pada Joe, supaya pemuda itu dapat membuka borgolnya.

Joe yang semula menyangka bahwa anak kuncinya tersimpan dikantor polisi begitu bahagia. Dengan cepat ia meraihnya, dan buru-buru membuka pengunci borgolnya . Ia bergegas menuju kotak obat dan memngambil apa yang diminta oleh tante Mesie.

"Joe bantu ya Tan," ijin Joe, ia mulai mengoles minyak kayu putih itu ke kening wanita itu, lalu ke daerah pucuk hidungnya, beralih ke belakang telinga hingga ketengkuk dan memijitnya pelan.

Tante Mesie memejamkan matanya, menikmati pijitan jari-jari Joe yang cukup membantu melegakan rasa mualnya sebelumnya.

"Joe, kau kemana saja selama ini?" lirihnya disela-sela pijitan tangan Joe ditengkuknya.

"Kerja Tan?" sahutnya singkat.

"Pekerjaan baru?" tanya tante Mesie lebih lanjut.

"Iya,"

"Pekerjaan apa itu?"

"Kasih tahu nggak ya? Rahasia!" ucap Joe sengaja tidak ingin memberitahu.

"Huffhh!" tante Mesie berbalik, dan dengan segenap kekuatannya ia menarik tangan Joe yang sebelumnya masih terulur memijat tengkuknya.

"Arrghh!!" Joe terkesiap, tubuhnya jatuh tepat menimpa tubub montok tante Mesie yang dengan sigap memeluk lehernya erat.

"Kau itu ya Joe, membuatku gemes saja. Apa yang kau rahasiakan, heum?" Joe bergerak, ingin melepaskan diri, namun pergerakannya langsung dikunci oleh wanita itu.

"Aku merindukanmu Joe, kau menghilang begitu lama," ucapnya setengah berbisik, dan mulai memberi serangan-serangannya diwajah tampan Joe yang ada diatasnya.

Joe masih tidak bergerak, hanya membiarkan apa yang dilakukan tante Mesie padanya yang semakin kesana semakin liar.

Preet-peet-peet-pet...

Suara itu kembali terdengar, mengganggu keintiman yang tengah dibangun oleh wanita yang penuh hasrat itu. Ia memegang wajah Joe, menatapnya dalam," perutmu mules lagi?" tanya rendah.

"Iya," sahut Joe mengiyakan.

"Pergilah cepat," suruhnya. Joe segera bangkit dari atas tubuh tante Mesie, ia begegas menuju toilet, dan kembali mengheningkan cifta disana untuk sesaat lamanya.

Hampir tiga puluh menit, Joe baru selesai dengan ritual BAB-nya. Ia nampak lelah karena terlalu lama didalam toilet. Saat keluar, ia melihat tante Mesie sudah terlelap, karena terlalu lama menunggunya, hatinya girang bukan main.

"Kalau udah tua, memang mudah lelah," batinya tersenyun didalam hati, sambil mengendap-endap, meraih dompetnya yang ada diatas nakas lalu dengan hati-hati keluar dari kamar menuju pintu depan.

Setelah berada didepan, dengan cepat ia berlari menuju lift.

"Steak-ku!" ratap Joe setelah lift tertutup. "Akhh, biarlah," Joe berusaha merelakan steak yang telah ia beli untuk Virranda, dari pada harus berbalik ke apartemen wanita itu lagi.

Ia membuka dompetnya, lalu tersenyum saat melihat benda berbentuk tabung 5 ml yang tinggal satu didalam dompet. Ia meraihnya dengan dua jarinya, lalu mengecup benda itu sambil tersenyum, "berkat kau, aku bebas dari tante Mesie malam ini," ucapnya senang. Ia memang selalu menyediakan itu didompetnya untuk berjaga-jaga.

Ya, obat itulah yang sudah mengaduk-aduk isi perut Joe sehingga mules. Saat melihat tante Mesie sedang asik menerima teleponnya didalam mobil dalam perjalanan ke aprtemen, diam-diam Joe memasukannya kedalam a*usnya.

"Aduh, perutku mules lagi," Joe meringis, menahan gejolak perutnya yang kembali bereaksi, tubuhnya mulai terasa panas dingin kembali menahan rasa didalam sana yang tidak sabar untuk keluar.

"Ting! Tong!

Begitu lift terbuka, Joe buru-buru keluar, berniat menuju toilet terdekat.

Brguhh!!

Joe terhuyung, tapi dengan cepat ia menyeimbangkan dirinya untuk menangkap tubuh wanita didepannya yang hampir terjatuh akibat ulahnya yang tidak sengaja menabraknya.

"M-maaf, saya tidak sengaja," ucap Joe merasa tidak enak, sambil menegakkan tubuh wanita itu.

"Joe! Kau ada disini Joe!" wanita itu, yang sempat ketakutan karena hampir saja tubuhnya menghempas lantai, langsung memekik senang.

"Kau kemana saja Joe!" seketika ia mencengkram lengan Joe dengan kuat dan menatapnya penuh damba.

"Heuhh! Tante Dinda!" Joe terperangah. Sial, kenapa malam ini dirinya begitu apes, dua kali bertemu dua tante gir*ng yang beberapa bulan ini sengaja ia hindari.

Preet-peet-peet-pet...

"Aduh! Maaf Tante, Joe mau ke toilet," tanpa menunggu persetujuan, Joe melepaskan cengkraman sang tante, lalu berlari menuju toilet.

"Joe!!! Tunggu!!!" Teriak tante Dinda dari belakang.

Joe terus berlari menuju toilet, ia lalu serong menuju belokan kiri sebelum sampai toilet pria, lalu berdiri sejenak disana. Sesuai dugaannya, suara langkah sepatu high heels mendekat dengan irama cepat. Joe merapatkan diri kedinding, ternyata benar, tante Dinda menyusulnya.

"Sial! Sial! Sial!" pekik Joe didalam hati. Ia menahan napas juga memegang bo*ong supaya tidak membunyikan suaranya saat buang angin.

Begitu suara pintu toilet pria terbuka diujung sana, Joe langsung ambil langkah seribu meninggalkan tempat itu,

Bersambung...👉

Terpopuler

Comments

Fenti

Fenti

Tante Dinda lagi 😅😅😂

2023-05-16

2

Fenti

Fenti

kentut aja terus Joe 😂😂😂

2023-05-16

1

Fenti

Fenti

tahan juga Tante mesie ini

2023-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Noda Darah
2 2. Menikahlah Denganku
3 3. Di Usir
4 4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5 5. Aku Mau Berbagi
6 6. Ketahuan Hamil
7 7. Cemburu
8 8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9 9. Tekad Joe
10 10. Melahirkan
11 11. Menghilang
12 12. Mengguncang Jiwa
13 13. Mules
14 14. Melarikan Diri
15 15. Aku Sudah Bertobat
16 16. Kisah Joe
17 17. AIB-ku
18 18. Sayonara Indonesia
19 19. Amarah Yang Belum Mereda
20 20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21 21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22 22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23 23. Di Rumah Sakit
24 24. Familiar
25 25. Permintaan Ayah Virranda
26 26. Obrolan Teh Jahe Madu
27 27. Takut
28 28. Tidur Bertiga
29 29. Berpamitan
30 30. Pertemuan
31 31. Mirip
32 32. Statement Virranda
33 33. Tiga Sahabat
34 34. Obrolan Tidak Beretika
35 35. Buaya
36 36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37 37. Ingin Memantaskan Diri
38 38. Majikan dan pelayan
39 39. Apa Boleh?
40 40. Tipe S-S-S
41 41. Rahasia Besar
42 42. Makan Siang Bertiga
43 43. Darah Dagingku
44 44. Bukan Omong Kosong
45 45. Tantangan Tuan Loenhard
46 46. Bukan Siapa-Siapa
47 47. Cinta Itu Ajaib
48 48. Ibu Dari Putraku
49 49. Aku Tidak Sakit
50 50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51 51. Berat Sebelah
52 52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53 53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54 54. Meleleh
55 55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56 56. Di Sekolah Verrel
57 57. Di Restoran
58 58. Joe dan Nickholas
59 59. Demi Dirimu
60 60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61 61. Pengakuan Wina Arauna
62 62. Terungkap
63 63. Perusak Mahkota
64 64. Hasil Interogasi
65 65. Cinta atau Obsesi
66 66. Uang Penitipan
67 67. Pingsan
68 68. Di Rumah Sakit
69 69. Interogasi
70 70. Angin Segar
71 71. Tersinggung
72 72. Saling Meminta Maaf
73 73. Nyonya Arauna
74 74. Ancaman Kebiri
75 75. Nervous
76 76. Ketukan Verrel
77 77. Merasa Istimewa
78 78. Undangan Pertunangan Nickholas
79 79. Tiga Belas Album
80 80. Mutasi
81 81. Pulang
82 82. Sehangat Kasih Sayang
83 83. Obrolan Keluarga
84 84. Putri-Putri Ferdinand
85 85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86 86. Permintaan Verrel
87 87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88 88 Joe Junior
89 89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90 90..Happy Ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Noda Darah
2
2. Menikahlah Denganku
3
3. Di Usir
4
4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5
5. Aku Mau Berbagi
6
6. Ketahuan Hamil
7
7. Cemburu
8
8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9
9. Tekad Joe
10
10. Melahirkan
11
11. Menghilang
12
12. Mengguncang Jiwa
13
13. Mules
14
14. Melarikan Diri
15
15. Aku Sudah Bertobat
16
16. Kisah Joe
17
17. AIB-ku
18
18. Sayonara Indonesia
19
19. Amarah Yang Belum Mereda
20
20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21
21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22
22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23
23. Di Rumah Sakit
24
24. Familiar
25
25. Permintaan Ayah Virranda
26
26. Obrolan Teh Jahe Madu
27
27. Takut
28
28. Tidur Bertiga
29
29. Berpamitan
30
30. Pertemuan
31
31. Mirip
32
32. Statement Virranda
33
33. Tiga Sahabat
34
34. Obrolan Tidak Beretika
35
35. Buaya
36
36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37
37. Ingin Memantaskan Diri
38
38. Majikan dan pelayan
39
39. Apa Boleh?
40
40. Tipe S-S-S
41
41. Rahasia Besar
42
42. Makan Siang Bertiga
43
43. Darah Dagingku
44
44. Bukan Omong Kosong
45
45. Tantangan Tuan Loenhard
46
46. Bukan Siapa-Siapa
47
47. Cinta Itu Ajaib
48
48. Ibu Dari Putraku
49
49. Aku Tidak Sakit
50
50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51
51. Berat Sebelah
52
52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53
53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54
54. Meleleh
55
55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56
56. Di Sekolah Verrel
57
57. Di Restoran
58
58. Joe dan Nickholas
59
59. Demi Dirimu
60
60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61
61. Pengakuan Wina Arauna
62
62. Terungkap
63
63. Perusak Mahkota
64
64. Hasil Interogasi
65
65. Cinta atau Obsesi
66
66. Uang Penitipan
67
67. Pingsan
68
68. Di Rumah Sakit
69
69. Interogasi
70
70. Angin Segar
71
71. Tersinggung
72
72. Saling Meminta Maaf
73
73. Nyonya Arauna
74
74. Ancaman Kebiri
75
75. Nervous
76
76. Ketukan Verrel
77
77. Merasa Istimewa
78
78. Undangan Pertunangan Nickholas
79
79. Tiga Belas Album
80
80. Mutasi
81
81. Pulang
82
82. Sehangat Kasih Sayang
83
83. Obrolan Keluarga
84
84. Putri-Putri Ferdinand
85
85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86
86. Permintaan Verrel
87
87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88
88 Joe Junior
89
89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90
90..Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!