19. Amarah Yang Belum Mereda

Pukul empat pagi, seperti biasanya, bibi Arin, asisten rumah tangga keluarga Loenhard, sudah bangun dari tidurnya. Ia merasa kurang enak badan, karena semalaman tidak bisa tidur dengan pulas, memikirkan kepergian anak majikannya yang ke luar negeri.

Baginya, Virranda sudah ia anggap seperti putrinya sendiri, karena dirinya-lah yang turut membantu nyonya-nya mengasuh putri semata wayang sang nyonya itu mulai bayi, bahkan bisa dibilang, Virranda lebih banyak menghabiskan waktu masa kecilnya bersama sang Bibi dibandingkan dengan ibunya.

Sebelum berangkat, Virranda sempat berpamitan dengan bibi Arin lewat telepon kemarin sore, bahwa ia akan keluar negeri ikut suaminya. Hal itu tentu saja membuatnya khawatir, karena Virranda membawa bayinya yang terbilang masih sangat kecil bila dibawa dalam perjalanan jauh. Hingga kini, dirinya belum mendapat kabar dari anak majikannya itu bila mereka sudah sampai ketempat tujuan dengan selamat.

"Sebaiknya, aku memberitahukan lagi pada Tuan dan Nyonya tentang non Virranda, semoga saja dengan mengetahui kepergian putri mereka keluar negeri, dan non Viirranda juga sudah memiliki bayi, hati mereka yang keras bisa luluh dan memanggil non Virranda pulang ke rumah ini lagi,"ucap bibi Arin didalam hati.

Setelah menunaikan kewajibannya sebagai umat beragama, bibi Arin segera kedapur, menyiapkan sarapan pagi bersama dua orang asisten rumah tangga yang lain, yang biasa membantunya didapur.

Menjelang pukul enam pagi, semua hidangan sarapan sudah siap, bibi Arin menyiapkan semuanya diatas meja, sambil menunggu kedua majikannya turun untuk sarapan.

Pagi ini, dirinya sudah bertekat bulat, menyampaikan semuanya pada kedua majikannya tentang putri mereka. Dirinya berharap, kali ini kedua majikannya itu tidak marah-marah lagi seperti yang sudah-sudah, saat ia membuka semuanya apa yang telah dialami Virranda.

"Selamat pagi Tuan dan Nyonya," sapa bibi Arin membungkuk hormat, saat kedua tuannya sudah tiba dimeja makan dengan pakaian rapi mereka yang siap berangkat ke tempat kerja.

"Pagi juga Bi," sahut keduanya hampir bersamaan.

"SilahkanTuan dan Nyonya," ucap bibi Arin lagi mempersilahkan duduk pada kursi yang telah ia persiapkan.

"Terima kasih Bi," sahut nyonya Loenhard.

"Bi, bibi sakit?" tanyanya lagi, ketika tidak sengaja melihat wajah bibi Arin yang lesu dan sedikit memucat.

"Saya, kurang enak badan saja Nyonya," sahut sang bibi sambil melayani kedua majikannya, mengambil beberapa menu yang mereka inginkan dan memasukannya kedalam piring saji mereka masing-masing.

"Kalau begitu, Bibi istirahat saja setelah ini. Atau saya panggilkan dokter keluarga saja sekarang untuk memeriksa kesehatan Bibi?" ucap nyonya Loenhard pada bibi Arin, asisten rumah tangga yang setia dan mengabdikan dirinya sudah hampir tiga puluh tahun pada keluarga mereka.

"Terima kasih Nyonya. Saya rasa cukup beristirahat saja, nanti akan baikan lagi seperti biasanya," tolaknya halus.

"Baiklah kalau begitu, terserah Bibi saja. Tapi kalau Bibi merasa belum baikan setelah beristirahat, katakan saja, jangan sungkan-sungkan. Kami akan memanggil dokter kerumah ini," ucap nyonya Loenhard lagi.

"Baik Nyonya," sahut bibi Arin. Kali ini, dirinya menaruh piring yang sudah ia isi kehadapan tuan Loenhard.

"Pi, semalam Mami bermimpi, melihat Virranda sedang menggendong seorang bayi. Apa mungkin sekarang putri kita itu sudah mempunyai bayi bersama suaminya itu?" nyonya Loenhard menatap suaminya sambil mengunyah sarapannya dengan pelan.

Mendengar perkataan sang majikan perempuannya, dada bibi Arin kembali berdebar. Ia merasa yakin, bila hari ini adalah waktu yang tepat bagi dirinya harus menyampaikan berita yang tidak diketahui oleh kedua majikannya itu selama ini.

"Putri kita? Jangan sebut kata-kata itu lagi Mi, anak itu bukan putri kita lagi!" sepagi itu, nada tuan Loenhard langsung meninggi ketika mendengar isterinya membahas putri mereka.

DEG!

Bibi Arin yang semula memiliki semangat yang menggebu, menceritakan semua yang dikandung hatinya tentang putri majikannya, juga cucu mereka, seketika itu juga, harapannya langsung memudar, manakala mendengar dan melihat langsung raut amarah yang ditunjukan sang majikan laki-lakinya. Ya, amarah tuan Loenhard ternyata belum mereda juga pada putrinya yang sudah mengecewakannya.

Sementara sang nyonya majikan langsung terdiam, niat awalnya mengobrol santai dipagi hari sebelum keduanya sibuk dengan rutinitasnya seperti biasa, tidak sengaja memancing kembali kemarahan suaminya.

"Dua hari yang lalu, tuan Ferdinand Kwang mengundang Papi makan siang di restoran. Katanya ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting dan pribadi, sehingga kami makan diruang private," ungkap tuan Loenhard kemudian. Ia meraih gelas air putihnya, lalu meminum beberapa teguk hingga bersisa setengahnya dari gelasnya .

"Kalau saja Papi tahu, apa yang ingin tuan Ferdinand sampaikan kepada Papi, tentu saja Papi tidak ingin datang karena merasa malu pada apa yang telah dilakukan Virranda," ucapnya dengan wajah yang memerah, antara menahan amarah dan rasa malu yang masih belum hilang dibenaknya.

"Memangnya apa yang tuan Ferdinand katakan Pi?" tanya isterinya ingin tahu.

"Virranda hamil diluar nikah," ungkap tuan Loenhard dengan wajah semakin memerah.

"H-hamil?? Tidak mungkin!" nyonya Loenhard menggeleng rusuh, menolak apa yang ia dengar.

"Tuan Ferdinand pasti berbohong Pi. Bukankah dia belum mengenal Virranda putri kita sebelumnya?" ungkapnya dengan raut tak percaya.

"Tuan Ferdinand tidak berbohong Mami. Dia memperlihatkan berkas Virranda yang melamar pekerjaan menjadi asisten pribadinya. Dan saat Viiranda baru berkerja, ia ketahuan hamil," jelas tuan Loenhard menjawab ketidak percayaan isterinya.

"Kalau Virranda hamil, lalu siapa laki-laki yang telah menghamilinya itu?" kejar nyonya Loenhard masih belum bisa menerima apa yang ia dengar.

"Tentu saja penyanyi cafe rendahan itu! Siapa lagi?" tuduh tuan Loenhard.

"Pria tidak jelas itu tentu sengaja melakukan hal itu pada Virranda supaya bisa menikahi anak orang kaya dan bisa hidup enak bagai benalu," tambahnya lagi dengan kata-kata sewenang-wenangnya.

Bibi Arin yang masih berada disana hanya bisa mengelus dadanya mendengar perkataan sang tuan majikannya. Sebagai asisten rumah tangga yang sudah dianggap seperti keluarga, tuan Loenhard maupun isterinya tidak merasa sungkan membicarakan masalah keluarganya didepan bibi Arin.

Walaupun demikian, wanita paruh baya itu, pelan-pelan mengundurkan diri dari sana, tidak ingin mendengarkan lebih banyak, yang membuat hatinya akan bertambah sedih.

"Kalau begitu, Mami harus ke kantor tuan Ferdinand untuk menanyakannya langsung," ucap nyonya Loenhard. Ia mengambil gelas jus-nya dan segera meminumnya habis untuk menyelesaikan sarapannya.

"Mami tidak akan menemui Virranda disana. Anak itu sudah mengilang dibawa penyanyi cafe itu setelah melahirkan dirumah sakit."

"Jadi benar, Virranda sudah memiliki bayi?" nyonya Loenhard yang sudah ingin beranjak segera memegang pinggiran meja makan, tubuhnya tiba-tiba terasa limbung ketika tahu kebenaran bahwa putri kesayangannya sudah memiliki anak tanpa sepengetahuannya.

"Seharusnya tuan Ferdinand mengatakannya pada kita saat tahu Virranda hamil, bukannya diam. Malah baru sekarang mengatakannya pada Papi," ungkapnya dengan nada menyesalkan.

"Bukan salah tuan Ferdinand Mami. Awalnya dirinya tidak tahu bila Virranda putri kita. Dan begitu dirinya tahu, ia justru mau menerima Virranda dan bayi haramnya itu."

"Virranda memang bo*oh! Kalau saja ia mau kita jodohkan dengan tuan Ferdinand ketika itu, tidak memilih si penyanyi cafe miskin itu, ia tentu tidak perlu hidup susah seperti sekarang ini, dan pergi kesana-kemari mengikuti suaminya yang mencari sesuap nasi saja sulit," ungkapnya dengan raut yang masih menunjukan rasa kesal dan bencinya pada Joe.

"Jadi, jangan sebut Virranda putri kita lagi Mami. Begitu Papi mengusirnya dari rumah ini waktu itu. Papi sudah tidak menganggapnya putri kita lagi," tutupnya dengan raut suramnya.

Bersambung...👉

Terpopuler

Comments

nowitsrain

nowitsrain

Wey, sembarangan kali kalau ngomong. Menyesal nanti Anda 😌

2023-05-22

2

nowitsrain

nowitsrain

Ya iyalah mau, orang itu anaknya dia, dia yang bikin. Heuhhh gemes banget sama Ferdinand, rasa ingin kutendang sampai ke mars

2023-05-22

1

Fenti

Fenti

dasar Ferdinand, menghalalkan berbagai cara 😤

2023-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Noda Darah
2 2. Menikahlah Denganku
3 3. Di Usir
4 4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5 5. Aku Mau Berbagi
6 6. Ketahuan Hamil
7 7. Cemburu
8 8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9 9. Tekad Joe
10 10. Melahirkan
11 11. Menghilang
12 12. Mengguncang Jiwa
13 13. Mules
14 14. Melarikan Diri
15 15. Aku Sudah Bertobat
16 16. Kisah Joe
17 17. AIB-ku
18 18. Sayonara Indonesia
19 19. Amarah Yang Belum Mereda
20 20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21 21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22 22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23 23. Di Rumah Sakit
24 24. Familiar
25 25. Permintaan Ayah Virranda
26 26. Obrolan Teh Jahe Madu
27 27. Takut
28 28. Tidur Bertiga
29 29. Berpamitan
30 30. Pertemuan
31 31. Mirip
32 32. Statement Virranda
33 33. Tiga Sahabat
34 34. Obrolan Tidak Beretika
35 35. Buaya
36 36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37 37. Ingin Memantaskan Diri
38 38. Majikan dan pelayan
39 39. Apa Boleh?
40 40. Tipe S-S-S
41 41. Rahasia Besar
42 42. Makan Siang Bertiga
43 43. Darah Dagingku
44 44. Bukan Omong Kosong
45 45. Tantangan Tuan Loenhard
46 46. Bukan Siapa-Siapa
47 47. Cinta Itu Ajaib
48 48. Ibu Dari Putraku
49 49. Aku Tidak Sakit
50 50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51 51. Berat Sebelah
52 52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53 53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54 54. Meleleh
55 55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56 56. Di Sekolah Verrel
57 57. Di Restoran
58 58. Joe dan Nickholas
59 59. Demi Dirimu
60 60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61 61. Pengakuan Wina Arauna
62 62. Terungkap
63 63. Perusak Mahkota
64 64. Hasil Interogasi
65 65. Cinta atau Obsesi
66 66. Uang Penitipan
67 67. Pingsan
68 68. Di Rumah Sakit
69 69. Interogasi
70 70. Angin Segar
71 71. Tersinggung
72 72. Saling Meminta Maaf
73 73. Nyonya Arauna
74 74. Ancaman Kebiri
75 75. Nervous
76 76. Ketukan Verrel
77 77. Merasa Istimewa
78 78. Undangan Pertunangan Nickholas
79 79. Tiga Belas Album
80 80. Mutasi
81 81. Pulang
82 82. Sehangat Kasih Sayang
83 83. Obrolan Keluarga
84 84. Putri-Putri Ferdinand
85 85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86 86. Permintaan Verrel
87 87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88 88 Joe Junior
89 89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90 90..Happy Ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Noda Darah
2
2. Menikahlah Denganku
3
3. Di Usir
4
4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5
5. Aku Mau Berbagi
6
6. Ketahuan Hamil
7
7. Cemburu
8
8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9
9. Tekad Joe
10
10. Melahirkan
11
11. Menghilang
12
12. Mengguncang Jiwa
13
13. Mules
14
14. Melarikan Diri
15
15. Aku Sudah Bertobat
16
16. Kisah Joe
17
17. AIB-ku
18
18. Sayonara Indonesia
19
19. Amarah Yang Belum Mereda
20
20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21
21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22
22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23
23. Di Rumah Sakit
24
24. Familiar
25
25. Permintaan Ayah Virranda
26
26. Obrolan Teh Jahe Madu
27
27. Takut
28
28. Tidur Bertiga
29
29. Berpamitan
30
30. Pertemuan
31
31. Mirip
32
32. Statement Virranda
33
33. Tiga Sahabat
34
34. Obrolan Tidak Beretika
35
35. Buaya
36
36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37
37. Ingin Memantaskan Diri
38
38. Majikan dan pelayan
39
39. Apa Boleh?
40
40. Tipe S-S-S
41
41. Rahasia Besar
42
42. Makan Siang Bertiga
43
43. Darah Dagingku
44
44. Bukan Omong Kosong
45
45. Tantangan Tuan Loenhard
46
46. Bukan Siapa-Siapa
47
47. Cinta Itu Ajaib
48
48. Ibu Dari Putraku
49
49. Aku Tidak Sakit
50
50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51
51. Berat Sebelah
52
52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53
53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54
54. Meleleh
55
55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56
56. Di Sekolah Verrel
57
57. Di Restoran
58
58. Joe dan Nickholas
59
59. Demi Dirimu
60
60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61
61. Pengakuan Wina Arauna
62
62. Terungkap
63
63. Perusak Mahkota
64
64. Hasil Interogasi
65
65. Cinta atau Obsesi
66
66. Uang Penitipan
67
67. Pingsan
68
68. Di Rumah Sakit
69
69. Interogasi
70
70. Angin Segar
71
71. Tersinggung
72
72. Saling Meminta Maaf
73
73. Nyonya Arauna
74
74. Ancaman Kebiri
75
75. Nervous
76
76. Ketukan Verrel
77
77. Merasa Istimewa
78
78. Undangan Pertunangan Nickholas
79
79. Tiga Belas Album
80
80. Mutasi
81
81. Pulang
82
82. Sehangat Kasih Sayang
83
83. Obrolan Keluarga
84
84. Putri-Putri Ferdinand
85
85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86
86. Permintaan Verrel
87
87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88
88 Joe Junior
89
89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90
90..Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!