Di kota Chong Qing, China.
Virranda memandangi sederetan para mahasiwa pria dan wanita yang duduk dikursi taman dan sedang mengobrol santai bersama Joe yang sedang membawa bayi Verrel menikmati matahari pagi.
Ia tersenyum sendiri, ketika mendengar Joe begitu fasih menggunakan bahasa mandarin, dengan bibir mencucu kesana kemari dan raut wajah yang turut mengimbangi setiap kalimat yang ia lontarkan dalan obrolan bersama beberapa mahasiswa itu.
Untungnya Virranda keluar negeri ini bersama Joe, bila tidak mungkin ia akan kesulitan mengenai bahasa bila bertemu dengan orang yang berbeda-beda. Pasalnya dirinya hanya menguasai bahasa inggris sebagai bahasa internasional, sedangkan mandarin, arab, dan lainnya, dirinya hanya bisa terbengong bila mendengarnya.
Virranda berbalik arah, menatap sinar matahari pagi yang semakin bersinar terang dipagi itu. Suasana dikota Chong Qing pagi itu lumayan hangat dibandingkan beberapa minggu sebelumnya karena musim dingin.
"Bagaimana? Kau suka suasana kota ini?" Joe tiba-tiba sudah berdiri disampingnya membawa Verrel bersamanya. Bayi itu nampak sibuk dengan mainan pesawatnya, memperhatikannya dan berusaha mengutak-atiknya didalam keretanya.
"Kau seperti siluman saja, tiba-tiba ada disampingku. Mana para mahasiswa itu?" Virranda menatap Joe, lalu membalikan tubuhnya, mencari keberadaan beberapa mahasiswa yang sedang bersama pria itu beberapa menit yang lalu.
Joe terkekeh mendengar ucapan Virranda yang menyebutnya bagai siluman, "Kenapa tidak sekalian saja kau sebut aku Sun Go Kong si siluman kera, Gu Moong si siluman kerbau, atau yang satunya lagi itu, si siluman babi."
"Mereka sudah pergi, jam mata kuliah mereka akan segera dimulai," tunjuk Joe pada beberapa mahasiswa yang sedang berjalan memasuki gerbang kampus diseberang jalan.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, apa kau suka tinggal disini?" tanya Joe lagi memandang wajah Virranda yang nampak silau dan berusaha melindungi matanya dari terpaan sinar matahari dengan satu tangannya.
"Aku suka Joe. Suasananya nyaman, tenang, masih asri, dan cukup menyenangkan. Disini kurang polusi udaranya. Masyarakatnya lebih memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya bila ingin berpergian," ungkap Virranda sambil tersenyum. Kini ia menurunkan tangannya, membiarkan sinar matahati menerpa wajahnya yang menampakan semburat memerah diwajahnya.
"Iya, kau benar," ucap Joe setuju. Ia turut memperhatikan sekitarnya, melihat beberapa sepeda melintas, membawa si pengendaranya menuju tujuannya masing-masing.
"Joe, bisakah kita tinggal disini lebih lama? Aku ingin berkerja dikota ini" ungkap Virranda, ia memandang wajah Joe, berharap pria itu mengabulkan permintaannya. Sudah lebih dari setahun hidup bergantung pada Joe membuatnya merasa tidak nyaman.
"Tentu saja bisa, setidaknya selama musim semi ini. Yang penting kau dan Verrel merasa nyaman, aku tidak keberatan," sahut Joe menunjukann senyum hangatnya. Virranda yang mendengarnya langsung ikut tersenyum lega.
"Tapi permintaanmu yang terakhir, aku tidak akan menyetujuinya," ungkap Joe kemudian. Virranda yang sudah terlanjur senang sebelumnya, senyumnya langsung terhenti dan menatap wajah pria didekatnya itu dengan raut datar.
"Kenapa Joe? Apa kau sengaja membuatku terus bergantung padamu?" tuduh Virranda.
"Bukan itu. Tapi Verrel Virranda," sahut Joe sambil melirik pada Verrel yang sibuk melepas satu persatu badan pesawat yang sedang dimainkannya didalam kereta bayinya.
Virranda ikut memandangi Verrel sambil mendesah pelan.
"Joe, aku dan Verrel sudah memberatkan tanggungan hidupmu dengan keberadaan kami, itulah alasannya aku ingin berkerja. Aku akan mencari seorang nanny bila aku berkerja nanti," ungkap Virranda memberi alasannya.
"Tidak boleh, aku tidak akan mengijinkan orang lain mengasuh Verrel selain kau ibunya Virranda," tegas Joe menatap Virranda dengan raut seolah tidak percaya bila wanita itu sempat berpikir demikian.
"Verrel memang bukan anak biologisku. Tapi dihatiku, Verrel sudah kuanggap putraku sendiri Virranda. Verrel baru berusia empat belas bulan dan masih menyusui dirimu. Apakah kau tega memberikan dia susu formula, bukan ASI-mu kalau kau berkerja nanti?"
"Selain itu, aku juga tidak pernah merasa terbebani dengan adanya keberadaanmu dan juga Verrel. Kalian berdua bahkan menjadi penyemangat dalam hidupku. Membuatku merasa bila hidupku ini sedikit berguna. Aku hanya punya kau dan Verrel. Aku mohon Virranda, jangan pernah berpikir seperti itu lagi."
"Bila kau merasa nafkah yang kuberikan masih kurang, aku akan berkerja semakin keras lagi. Aku akan mencari pekerjaan sampingan selain menjadi seorang pilot," ucap pria itu bersungguh-sungguh.
"J-jangan Joe. Uang yang kau berikan bahkan lebih dari cukup. Tidak perlu mencari pekerjaan tambahan lagi. Aku khawatir kau kelelahan nanti, bekerja sebagai seorang pilot tidak mudah, dan tanggung jawabmu sangat besar karena membawa banyak nyawa terbang betsamamu," ucap Virranda cepat. Ia memagang pergelangan tangan pria itu untuk meyakinkannya.
"Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku," ungkap Joe dengan raut bahagia, ternyata wanita itu juga perduli padanya selama ini, batinnya.
Wajah Virranda yang sudah memerah karena paparan sinar matahari pagi semakin merona saat mendengar ucapan Joe dan menerima tatapan hangat pria itu yang membuat perasaannya merasakan euphoria dihatinya.
"Virranda, aku ingin kau menikmàti masa-masa dimana dirimu menjadi seorang ibu. Bila Verrel sudah dewasa, kau akan merindukan masa-masa dimana dirinya masih kecil, dan itu tidak akan pernah bisa terulang lagi,"
"Kita berada dikota ini hanya sampai musim semi ini berakhir. Selanjutnya, kita akan berpindah kekota lain, atau bahkan negara lain lagi." ungkapnya lagi.
"Aku benar-benar akan membawamu dan Verrel berkeliling dunia, mengenal budaya masing-masing negara, supaya itu menjadi kenangan dan kisah yang bisa kita ceritakan pada anak cucu kita," ucap Joe dengan penuh angan. Virranda menahan napasnya sesaat, ketika mendengar kalimat terakhir pria itu.
"Untuk segala sesuatu yang kita jalani didunia ini, semua ada waktunya Virranda. Ada waktu untuk kita berkeliling dunia seperti sekarang ini, ada waktunya kita akan tinggal disuatu tempat sampai akhir hayat, ada waktunya untuk menangis dan tertawa, ada waktunya untuk dilahirkan, ada waktunya untuk meninggal dunia, dan ada waktunya untuk bertemu dan berpisah."
"Jadi, nikmatilah waktu yang sedang diperhadapkan pada kita dengan senang hati Virranda," Joe perlahan melepas pegangan tangan Virranda pada pergelangan tangannya, lalu menggenggam tangan wanita itu erat, mengangkatnya, dan mendekatkannya kewajahnya.
"Dan sekarang waktunya, Daddy-nya Verrel berjuang mendapatkan cinta Mommy-nya Verrel," ungkapnya pelan.
Cup.
Satu kecupan ringan dan lembut dari bibir Joe akhirnya mendarat pada punggung tangan Virranda. Mendapat perlakuan itu, hati Virranda terasa menghangat, sehangat rasa paparan sinar matahari pagi yang sedang menerpa kulit tubuhnya yang terbuka karena hanya mengenakan celana pendek dan tanktopnya.
...🍎🍎🍎...
"Terakhir, jejak nona Virranda berada di kota Taichung, Taiwan. Dan sekarang berada di China Tuan, namun saat dibandara, para penguntit kita kehilangan jejak," Jelas Jeremias.
Ferdinand Kwang memperhatikan daftar beberapa negara dan kota-kota yang telah dikunjungi Virranda bersama bayinya yang bernama Verrel selana empat belas bulan terakhir.
"Bila dilihat dari data penumpang pesawat ini, Virranda hanya pergi bersama putranya saja. Dan itu hanya traveling biasa saja, karena dia tidak terlalu lama tinggal dikota-kota itu. Setahuku, wanita itu tidak punya uang yang cukup membiayai ongkos perjalanan dan biaya hidupnya yang cukup mahal dikota-kota itu," ucap Ferdinand dengan kening yang berkerut, memikirkan sumber dana yang dimiliki wanita itu. Setahunya, ayah Virranda sudah membekukan semua kartu-kartu yang dimiliki wanita itu.
"Menurutku, ada sedikit keanehan disni. Cari tahu, siapa yang membiayainya selama ini? Tidak mungkin penyanyi cafe miskin itu. Dan tidak mungkin juga wanita itu gratis naik pesawat dan gratis tinggal dikota-kota itu?" Ferdinand menatap Jeremias yang berdiri tidak jauh dari mejanya.
"Menurut informasi, Nona Virranda sering terlihat bersama seorang pilot salah satu maskapai penerbangan saat dibandara. Kami sudah berusaha mencari tahu, tapi Tuan tahu sendiri, semua informasi data pribadi para pegawai setiap maskapai penerbangan itu selalu tertutup rapat," jelas Jeremias lagi.
"Pilot? Mungkinkah Virranda sekarang melabuhkan hatinya pada seorang pilot dan meninggalkan penyanyi cafe miskin itu?" gumamnya pelan, sambil mengetuk-ngetukan ujung pulpennya pada berkas diatas mejanya.
Sementara Jeremias tetap berdiri pada posisinya, menanti perintah selanjutmya.
Visual Ferdinand Kwang (1)
Visual Ferdinan Kwang (2)
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Fenti
mawar mendarat untuk virranda dan joe
2023-05-16
2
Fenti
Joe so sweet banget tapi aku takut pas balik dari luar negeri Ferdinand akan mencari anaknya
2023-05-16
1
Maya●●●
5 bunga mendaratt
2023-03-19
1