Virranda terbangun dari tidurnya saat.mendengar bayinya menangis. Dengan sigap, ia memberi pucuk dadanya pada bayi itu. Benar saja, bayi Verrel langsung terdiam, menyesap sumber makanannya dengan lahap sambil memejamkan matanya.
Hingga beberapa menit berlalu bayi itu akhirnya benar-benar tertidur kembali karena kekenyangan ASI ibunya.
Virranda yang berniat melanjutkan tidurnya, sedikit terganggu saat mendengar kran air dihalaman rumah yang terdengar mengalir deras. Ia bangkit perlahan-lahan supaya tidak membangunkan tidur bayinya, lalu beringsut mengintip dari gorden.
"Joe," gumam Virranda saat melihat pria itu sedang asik memandikan motornya dipagi buta, Ia segera meraih ponselnya dan melihat jam disana sudah menunjukan pukul lima pagi lewat lima menit.
Wanita itu bergegas turun dari ranjangnya dan keluar dari kamar lalu menuju pintu depan.
Kehadiran Virranda tidak disadari pria itu. Ia sibuk menyiram sambil menggosok motor sportnya.
"Joe!" panggil Virranda.
Joe yang tengah sibuk dengan kegiatannya nampak kaget, ia menoleh, lalu menebarkan senyumnya saat melihat Virranda berdiri dibelakannya dengan menggunakan baju tidurnya.
"Kau sudah bangun?" tanya Joe masih tersenyum.
"Sudah. Jam berapa kau kembali? ucap Virranda kembali membalikan pertanyaan
pada Joe.
"Heum," Joe nampak berfikir sejenak. "Sepertinya hampir setengah jam yang lalu," sahutnya. Ia mengelap body motornya untuk mengeringkannya.
"Kenapa tidak membangunkanku, supaya kau tidak terkena angin malam yang dingin," ucap Virranda serius sambil memperhatikan apa yang sedang dikerjakan oleh pria itu.
Mendengar perkataan Virranda, Joe kembali menerbitkan senyumnya. Terkena angin malam? Heum, sudah biasa, bahkan angin malam sudah menjadi sahabat karibnya sejak kecil, menjadi saksi betapa kerasnya ia harus bertahan hidup dari kejamnya dunia.
"Joe, kau kotor sekali. Buka bajumu sekarang," Bagai seorang ibu, Virranda tanpa permisi menaikan baju atasan Joe untuk melepasnya.
"J-jangan!" Joe berusaha menahan bajunya supaya tidak terangkat keatas oleh tangan Viranda yang memaksanya untuk melepas bajunya. Namun Virranda yang lebih cekatan, berhasil menaikkannya. Saat melihat tubuh pria itu ia langsung menghentikan aksinya.
"Kenapa banyak luka lecet Joe?" Virranda memandang kaget, pada banyaknya goresan tidak beraturan di lengan, pinggang, dan perut pria itu.
"Ini--, ini karena beberapa kali aku terjatuh disaluran air ," ucap Joe jujur, ia pikir tidak perlu menutupinya, toh Virranda juga sudah tahu semuanya.
"Cepat! Masuk kekamar mandi! Bersihkan tubuhmu! Aku akan menyiapkan obat untuk mengobati luka-lukamu," titah Virranda yang tidak tega melihat banyaknya luka lecet pada tubuh pria itu.
"Tapi aku belum selesai mengeringkan motorku, biar aku selesaikan dulu, baru aku mandi," ucap Joe yang berniat menyelesaikan kegiatannya.
"Tinggalkan saja itu! Jangan sampai luka-lukamu itu infeksi karena kuman-kuman dari saluran air kotor itu! Ini perintah! Atau kau mau aku memukul bo*ongmu! Heuh!" ancam Virranda dengan tatapan tajamnya.
"Memukul bo*ongku?" Joe terkekeh, ucapan Virranda terdengar menggelikan digendang telinganya.
PLAK!!!
"Haduh! Kau serius rupanya!" dengan raut manyun Joe mengusap bo*ongnya yang terkena pukuluan tapak tangan Virranda, walau tidak sakit karena dirinya menggunakan jeans, tapi lumayan membuatnya terkejut.
"Aku paling tidak suka dibantah. Cepat kekamar mandi, atau kau mau merasakan tapak tanganku lagi, heuh?!" ancam Virranda lagi, wajahnya dibuat sesangar mungkin, membuat Joe ingin sekali tertawa. Menurutnya Virranda tidak cocok jadi emak-emak kejam.
"Baik-baik, aku menurut," ucap Joe mengangkat kedua tangan tanda menyerah.
"Aku juga tidak mau isteriku melakukan KDRT pada suaminya," ucapnya sedikit mengejek dan kembali terkekeh. Selesai mengucapkan perkataannya, Joe langsung melompat pergi masuk kerumah meninggalkan Virranda yang baru menyadari bila dirinya memang telah melakukan KDRT pada suami bayarannya itu. Virranda tersenyum sendiri, ternyata dirinya hebat, berani melakukan KDRT pada suaminya.
Setelah membereskan peralatan cuci, dan selang air yang dipakai Joe untuk membersihkan motornya, Virranda segera masuk kerumah.
Ia mengetuk pintu kamar Joe hingga beberapa kali, akhirnya terdengar pria itu menyahut dari dalam, dan mempersilahkannya untuk masuk.
Virranda mendorong knop pintu kamar, lalu membukanya lebar-lebar tanpa menutupnya. Ia mebawa masuk obat salep ditangannya dan mendekati Joe yang sedang menyisir rambut basahnya didepan cermin.
"Apakah kau mulai terpesona pada wajahku yang imut ini?" Ucap Joe kembali terkekeh, saat menangkap basah Virranda yang sedang memperhatikannya. Seperti biasanya, wanita itu hanya ikut terkekeh tanpa memberi komentar apapun pada setiap candaan Joe yang dirinya anggap tidak perlu ditanggapi.
Menurutnya, Joe lumayan tampan, kalau tidak? Mana mungkin para tante-tante itu selalu mencari dan mengejarnya, batinnya.
"Duduklah Joe, aku akan mengobati luka-lukamu, dan buka juga bajumu itu." tanpa bantahan dan tanpa bicara, Joe menurut pada perkataan Virranda. Ia membuka bajunya dan duduk ditepi tempat tidurnya.
Virranda mulai mengoles salep pada luka lecet Joe. "Apa ini perih?" tanya Virranda sambil memandang wajah Joe yang meringis.
"Iya, perih," sahut pria itu jujur.
"Tahanlah, aku akan mengolesi semua lukamu ini dengan salep," Virranda kembali mengolesi luka-luka lecet, dan luka lebam Joe satu persatu dengan sabar, sesekali ia melirik lelaki itu meringis menahan sakit setiap lukanya tersentuh olesan salep yang memang pedih bila terkena luka.
"Aku harap apa yang terjadi padamu ini membuatmu jera," ucap Virranda disela-sela kegiatan pengobatan yang ia lakukan pada suaminya itu.
"Aku sudah bertobat!" sela Joe menjawab omelan Virranda.
"Benarkah? Aku tidak percaya," Virranda spontan terbahak. Pasalnya, ia sering memergoki Joe makan siang dan belanja di butik dengan para wanita paruh bayanya.
"Aku tahu kau tidak percaya. Tapi apa yang aku katakan ini benar. Aku sudah tidak menjual diriku lagi," ucap Joe bersungguh-sungguh, ketika dilihatnya Virranda menganggapnya berbohong.
"Sejak kapan?" ucap Virranda masih terbahak dan tidak percaya pada pengakuan Joe.
"Setelah kau melihatku memungut properti tante Mia yang bergelimpangan diapartemenku waktu itu. Ya, aku malu sih kau menangkap basah diriku bercinta dengan tante tua itu," ucap Joe tersipu.
"Itu sebabnya, aku tidak bersuara waktu itu. Aku mendengar suara langkah sepatumu datang. Aku lupa, kalau hari itu aku sudah tidak tinggal sendirian diaprtemen," ucapnya semakin tersipu.
Virranda yang melihat wajah malu Joe semakin terbahak, ia memegangi perutnya yang terasa kram saat mendengar ucapan Joe yang terdengar polos.
Joe yang sedang ditertawai tidak memprotes, ia merasa dirinya layak ditertawakan oleh isteri yang membayarnya itu.
"Berbalik! Aku akan mengobati bagian punggungmu," kata Virranda lagi, saat tawanya mulai mereda. Joe kembali menurut, ia berbalik, menghadapkan punggungnya pada Virranda.
"Kalau kau benar bertobat, lalu kenapa mbak Ayunda bisa hamil?" pancing Virranda. Walau sebenarnya ia sudah tahu itu tidak benar melalui pengakuan langsung wanita itu.
"Aku juga tidak tahu kenapa tante Ayunda itu bisa hamil. Aku kan selalu memakai pengaman yang mahal dan anti bocor. Lagi pula, setelah aku mengikuti test pilot, aku sudah tidak pernah lagi meladeni para tante-tante itu. Mungkin saja dia hamil anak suaminya sendiri," ucap Joe menduga-duga.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
nowitsrain
Pliss, ada gitu orang abis KDRT malah bangga 😂😂
2023-05-22
2
Fenti
bagus dong
2023-05-16
1
Rini Antika
Semangat terus Kak, ☕ untukmu biar tambah semangat nulisnya
2023-03-27
1