5. Aku Mau Berbagi

Sore itu, sepulang berkerja Virranda langsung balik ke apartemen milik Joe, suaminya. Ia menghentikan langkahnya saat melihat benda mencurigakan terserak sembarangan dilantai ruang tamu.

"Milik siapa ini?" batin Virranda. Ia sedikit berjongkok lalu memungut salah satu benda yang terserak itu, segitiga bertali satu warna merah yang teronggok dekat kakinya berpijak.

Dengan bantuan kedua ujung kuku ibu jari dan jari telunjuknya, Virranda mengangkat benda itu hingga menggantung tepat didepan wajahnya. Kontan saja, rasa jijik membuat perutnya langsung bergolak riuh, saat ia tahu dengan pasti itu adalah properti pakaian dalam seorang wanita.

Huueekk!

Virranda buru-buru lari kedalam kamarnya, namun satu benda yang lain dengan warna merah senada ikut terseret kakinya, karena tersangkut disela-sela jari kakinya hingga membuatnya hampir jatuh tersandung kalau tidak berpegangan kuat pada dinding didekatnya

Hueekk! Hueekk! Hueekk!

Virranda memuntahkan semua makanannya di wastafel kamar mandi dalam kamarnya, hingga tubuhnya terasa lemas. Keringat dingin mengucur deras membasahi rambut, wajah, dan tubuhnya yang lain.

"Agghh!!"

"Joee, Auwhhss!!"

"Joe..."

"Augghhss! Joee.."

Virranda menajamkan pendengarannya, suara itu begitu jelas didengarnya dari balik dinding dimana dirinya sedang bersandar, dan mengatur napasnya yang masih kembang kempis setelah memuntahkan semua isi perutnya.

"Auwhss!"

"Aghh!"

"Joe..."

"Joe.... Agghh!!"

Virranda merinding, seakan ada setan lewat melintas didekatnya, suara-suara itu terus saja terdengar dari dalam kamar milik Joe, semakin lama semakin riuh. Tapi dimana Joe? Dimana suaminya itu? Virranda kembali membatin. Kenapa hanya ada suara seorang wanita? Tapi tidak ada suara Joe?

Mungkin saja itu suara televisi dan Joe sedang menonton blue film, batin Virranda menduga-duga. Tapi, kalau benar suaminya itu sedang menonton film panas tersebut, lalu apa artinya segitiga merah milik wanita dan bra berwarna senada yang nyangkut dikakinya tadi? Hatinya terasa berdebar, memikirkan pria seperti apa Joe, suaminya itu.

Masih banyak bahan pertanyaan dalam kepalanya, namun Virranda memutuskan untuk mandi, mengguyur dirinya dengan air shower didalam kamar mandinya, sementara suara laknat itu masih terus saja terdengar membuat Virranda terpaksa menutup telinganya.

Rasanya, ingin sekali Virranda mendobrak pintu kamar Joe, tapi pemikiran itu buru-buru ditepisnya, mengingat perjanjian yang ia buat sendiri, bahwa mereka hanya suami isteri diatas kertas, dan tidak akan saling mengganggu kepentingan dan kesenangan mereka masing-masing.

Hampir dua jam Virranda berbaring diranjangnya, berharap bisa segera tidur, tapi dirinya tak kunjung bisa terlelap, karena suara dikamar sebelah masih begitu berisik, ditambah lagi perutnya yang kembali terasa sangat lapar setelah memuntahkam habis semua makanan dari dalam lambungnya. Dan suara Joe, masih tetap tidak terdengar, hanya suara seorang wanita yang mendominasi, membuat Virranda semakin penasaran, apa sebenarnya yang sedang terjadi dikamar suaminya itu?

Virranda kembali menajamkan pendengarannya, saat suara gaduh itu sudah tidak terdengar lagi, berganti suara guyuran air didalam kamar mandi milik Joe, membuat Virranda semakin curiga pada apa yang telah dilakukan suaminya itu bersama seorang wanita didalam kamarnya.

Dengan langkah hati-hati, Virranda buru-buru mendekati pintu kamarnya saat didengarnya pintu kamar Joe berderit.

Dari celah daun pintu yang sedikit terbuka, Virranda menyaksikan, bagaimana seorang wanita paruh baya seusia ibunya tengah bergelayut manja dilengan kokoh milik Joe. Virranda membekap mulutnya yang hampir berteriak, tidak percaya bila Joe bisa memiliki hubungan dengan wanita yang lebih pantas dihormati sebagai ibunya.

Setelah mengantar tamunya pulang, Joe menghampiri Virranda yang tengah duduk di sofa tamu. Pasti wanita itu mendengar kegaduhan didalam kamarnya, ucapnya didalam hati, tapi pria itu tetap bersikap santai, toh ini adalah apartemen pribadinya, dia bebas melakukan apapun dikediamannya ini.

"Apakah kau sakit? Dan kenapa baru pulang?" tanya Joe memandang wajah Virranda yang nampak pucat.

"Aku tidak sakit, hanya saja sempat muntah-muntah. Melihat barang-barang itu," sindir Virranda menunjuk CD dan bra yang masih teronggok begitu saja dilantai dekat pintu kamarnya.

Pandangan Joe mengikuti arah jari telunjuk Virranda, begitu ia melihat benda apa yang dimaksud isteri diatas kertasnya itu, dirinya menyunggingkan senyum hambarnya. Ia berbalik pada lemari kaca dibelakannya, mengambil sarung tangan plastik disana dan memakainya.

Satu persatu barang yang ditunjuk oleh Virranda tersebut dipungutnya, lalu dimasukan kedalam tempat sampah yang ada disudut ruang tamu apartemennya.

"Kau membuangnya bagai sampah?" Virranda tak percaya Joe melakukan itu pada properti milik wanita yang bersamanya tadi.

"Pemiliknya tidak akan mungkin mengambilnya. Jadi, terpaksa aku buang," ucap Joe tanpa beban sambil melepas sarung tangan plastik yang ia gunakan, dan membuangnya juga kedalam tempat sampah.

"Joe! Kau mau kemana?" panggil Virranda cepat, saat tangan Joe sudah menyentuh knop pintu kamarnya.

"Tidur. Aku lelah," sahutnya menoleh kearah Virranda yang memanggilnya.

"Jangan pergi dulu. Aku, aku lapar. Tapi tidak punya uang yang cukup untuk membeli makanan," ungkap Virranda berusaha membuang rasa malunya.

"Tadi aku ada membeli daging, ikan, dan sayuran. Kau boleh memasaknya. Anggap ini adalah rumahmu sendiri. Aku memberimu kebebasan melakukan apapun diaparemenku," setelah berkata demikian, Joe memutar knop pintu dan mendorongnya.

"Tunggu Joe!" Virranda kembali menahannya.

"Ada apa lagi?" Joe menghenrikan gerakannya lalu berbalik memandang Virranda.

"Aku, aku tidak bisa memasak. Hanya bisa memasak mie instan yang kita makan tadi pagi," ujar Virranda jujur. Sebenarnya ia sedikit malu mengakuinya, tapi apa boleh buat, perutnya benar-benar lapar. Jika saja ia punya uang lebih, tentu saja ia akan memesan makanan secara online. Uang yang masih ada didompetnya, sudah ia perhitungkan untuk biaya transportasi ketempat kerja.

Joe tertegun sejenak setelah mendengar pengakuan Virranda, ia dapat memahami kenapa wanita itu tidak bisa memasak, karena semuanya pasti dilàkukan oleh para asisten rumah tangganya. Joe menutup pintu kamarnya yang sempat terbuka, ia berbalik dan melangkah menuju dapur.

"Kau mau makan apa?" tanya Joe saat tangannya membuka kulkas dan menunjukan bahan-bahan yang baru dibelinya kepada Virranda yang berdiri dibelakangnya.

"Aku mau sup saja, sepertinya itu saja yang ingin ku makan, perutku masih terasa mual," ucap Virranda melihat kedalam kulkas.

"Baiklah, aku akan membuatkan masakan seperti apa yang kau mau. Kau boleh melihatnya sekalian belajar," Joe mengeluarkan daging dari dalam freezer, mencucinya, lalu memotong dadu. Ia juga mengambil wortel, kentang dan mengupasnya lalu memotongnya pula dengan rapi. Beberapa sayur lainnya ia persiapkan pula beserta bumbunya.

Virranda memandang kagum, ia memperhatikan Joe yang melakukan semuanya itu dengan cekatan sambil mengajarinya, ia bisa menebak bila pria itu sudah biasa melakukannya.

Aroma masakan Joe mulai tercium, membuat perut Virranda semakin lapar, ia buru-buru menyiapkan peralatan makan diatas meja. Joe mematikan kompor dan menuangkannya kedalam mangkuk lalu membawanya ke meja makan.

"Kau tidak makan?" tanya Virranda sambil memasukan suapan demi suapan kedalam mulutnya.

"Tidak. Aku masih kenyang setelah makan banyak sore tadi. Bagaimana? Apakah supnya enak?" tanya Joe memperhatikan wajah Virranda yang sedang mengunyah hasil masakannya.

"Enak. Aku suka. Terima kasih Joe, kau mau memasaknya untukku," ucap Virranda mengulas senyumnya.

"Sama-sama," sahut Joe ikut tersenyum mendengar Virranda berterima kasih padanya.

"Aku, sudah mendapatkan pekerjaan hari ini. Tapi untuk sementara waktu, aku masih menumpang makan denganmu sampai aku menerima gaji pertamaku," ucap Virranda kemudian. Ia meletakan sejenak sendoknya, memandang pria itu untuk melihat reaksinya.

"Tidak masalah. Aku mau berbagi makanan denganmu, berbagi tempat tinggal, dan berbagi apapun yang bisa aku bagi, yang penting kau merasa nyaman. Lagi pula, aku sudah bisa melunasi cicilan dari apartemen ini berkat uang yang kau berikan padaku waktu itu" ucap Joe tulus dari hatinya, mengingat uang yang diberikan oleh Virranda dengan nominal yang lumayan besar menurutnya, apalagi saat itu dirinya memang sedang benar-benar membutuhkan uang.

Joe memandang Virranda yang kembali melanjutkan makannya, wanita itu terlihat lahap, membuat Joe tersenyum didalam hati sekaligus iba. Ia tahu Virranda sekarang tidak memiliki apapun setelah diusir oleh ayahnya dari rumah mewah keluarganya, dan wanita itu tentu baru kali ini mengalami kesulitan hidup.

...🍓🍓🍓...

"Begitulah ceritanya tuan dan nyonya Toshigawa, dan tuan muda Ferdinand. Kami sebenarnya sangat malu atas apa yang telah dilakukan putra tunggal kami," ucap Leonhard mengakhiri ceritanya, setelah mereka menyelesaikan makan malam dan duduk diruang keluarga.

"Itu sebabnya, supaya tidak terjadi kesalah-fahaman diantara kita, kami baru bisa menceritakannya langsung saat kita bertemu malam ini," lanjut Loenhard lagi, ia benar-benar merasa tidak enak hati, karena perjodohan yang sudah dirinya dan sahabatnya itu sepakati gagal begitu saja.

"Tidak perlu khawatir tuan Loenhard, kami memakluminya. Kami juga turut prihatin atas apa yang dilakukan oleh putri kesayanganmu. Mungkin saja ada alasan yang kuat, yang tidak kita ketahui, hingga ia melakukan semuanya itu ," ujar tuan Toshigawa mencoba menghibur sahabatnya, walau sebenarnya didalam hati ia juga merasa kecewa, tidak berhasil menikahkan putra sulungnya dengan putri sahabatnya itu.

"Oh ya, dari tadi kami tidak melihat photo keluarga tuan Leonhard," tanya nyonya Toshigawa yang sedari tadi mencari-cari wajah calon menantunya yang gagal sebelum dilamar.

"Saya sengaja menurunkan dan menyimpan semua photo yang ada putri kami didalamnya ke gudang, supaya isteri saya tidak menangisinya setiap hari," ucap Loenhard memberi alasan sambil mengusap lembut punggung isterinya yang selalu menunjukan wajah sedihnya.

Setelah berbincang cukup lama, keluarga Toshigawa akhirnya berpamitan dengan keluarga Loenhard.

"Kau tidak kecewa kan Kwang sayang," tanya nyonya Toshigawa hati-hati dengan nada lembutnya pada putra sulungnya itu, setelah mereka melaju pulang kearah rumah.

"Kecewa? Tentu saja tidak Mom. Bisa jadi putri tuan Loenhard itu berwajah jelek, jadi dirinya merasa minder. Itu sebabnya dia langsung menikah dengan pria yang tidak jelas latar belakangnya seperti dikatakan ayahnya tadi," ucap Ferdinand disertai tawanya. Kedua orang tuanya saling berpandangan, tidak biasanya putra mereka itu memberi penilaian sedemikian pada seseorang, terlebih bila ia tidak mengenalnya.

"Kwang, secantik apa asisten barumu?" tanya nyonya Toshigawa yang tiba-tiba teringat pada oboralan dirinya bersama putranya ditelepon siang tadi.

"Asisten baru? Asiaten baru apa maksudnya?" tanya tuan Toshigawa merasa heran, setahunya belum ada pergantian pegawai baru, apalagi asisten dalam beberapa bulan belakangan ini.

"Sementara Gerry sedang cuti berbulan madu, aku merekrut seorang pegawai untuk menggantikannya sementara supaya tidak kewalahan menangani pekerjaan," ucap Ferdinand beralasan.

"Bukankah masih ada sekretaris Linlin yang membantumu? Bila asisten Gerry kembali, kau akan menindahkan asisten barumu itu kemana?" sela tuan Toshigawa menatap putranya dari pantulan kaca spion dalam mobil.

"Itu--, nanti aku pikirkan Dad," ucap Ferdinand bingung, ia memang tidak sempat memikirkan hal itu sebelumnya.

"Apakah kau menyukai asisten barumu itu Kwang? Mommy sangat ingat, ditelepon kau mengatakan wanita itu sangat cantik," kembali nyonya Toshigawa melanjutkan obrolannya yang sempat terputus karena selaan dari suaminya.

"Entahlah Mom, aku juga belum tahu. Aku belum mengenal wanita itu dengan baik, dia baru saja mulai berkerja dikantor hari ini," sahut Ferdinand dengan senyum diwajahnya.

"Kalau begitu, kau cari tahu dulu tentang wanita itu. Setelah kau mengetahui dengan jelas tentang siapa dia, latar belakang dan keluarganya, apakah dia dari keluarga yang baik-baik. Setelah itu, ajak dia menemui Mommy." ucapnya penuh harap, ia bisa merasakan adanya ketertarikan dari cara putranya itu membicarakan asisten barunya.

"Mengingat usiamu yang sebentar lagi akan menginjak tiga puluh dua tahun, Mommy berharap kau bisa menemukan calon isteri yang cocok untukmu sayang, jangan berlama-lama ya."

Ferdinand mengubah raut wajahnya saat ibunya menyinggung usianya yang tidak lagi muda.

"Sebenarnya Daddy kurang setuju, kalau pekerjaan dicampur adukan dengan cinta, Kwang bisa tidak pokus pada pekerjaannya," ucap tuan Toshigawa kembali menyela obrolan isteri dan putranya itu, bukan berarti ia tidak menyukai wanita yang sedang keduanya perbincangkan, tapi dirinya berusaha mengingatkan dampak buruknya.

Bersambung...👉

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

agak lain emank si joe ini.

2024-02-14

2

Fenti

Fenti

jangan² asistennya virranda😁

2023-05-16

1

Fenti

Fenti

kurang baik apa coba virranda masih coba-coba juga bawa perempuan lain di apartemen. setidaknya harga virranda meskipun hanya istri kontrak, joe benar² deh😏😏

2023-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Noda Darah
2 2. Menikahlah Denganku
3 3. Di Usir
4 4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5 5. Aku Mau Berbagi
6 6. Ketahuan Hamil
7 7. Cemburu
8 8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9 9. Tekad Joe
10 10. Melahirkan
11 11. Menghilang
12 12. Mengguncang Jiwa
13 13. Mules
14 14. Melarikan Diri
15 15. Aku Sudah Bertobat
16 16. Kisah Joe
17 17. AIB-ku
18 18. Sayonara Indonesia
19 19. Amarah Yang Belum Mereda
20 20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21 21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22 22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23 23. Di Rumah Sakit
24 24. Familiar
25 25. Permintaan Ayah Virranda
26 26. Obrolan Teh Jahe Madu
27 27. Takut
28 28. Tidur Bertiga
29 29. Berpamitan
30 30. Pertemuan
31 31. Mirip
32 32. Statement Virranda
33 33. Tiga Sahabat
34 34. Obrolan Tidak Beretika
35 35. Buaya
36 36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37 37. Ingin Memantaskan Diri
38 38. Majikan dan pelayan
39 39. Apa Boleh?
40 40. Tipe S-S-S
41 41. Rahasia Besar
42 42. Makan Siang Bertiga
43 43. Darah Dagingku
44 44. Bukan Omong Kosong
45 45. Tantangan Tuan Loenhard
46 46. Bukan Siapa-Siapa
47 47. Cinta Itu Ajaib
48 48. Ibu Dari Putraku
49 49. Aku Tidak Sakit
50 50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51 51. Berat Sebelah
52 52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53 53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54 54. Meleleh
55 55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56 56. Di Sekolah Verrel
57 57. Di Restoran
58 58. Joe dan Nickholas
59 59. Demi Dirimu
60 60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61 61. Pengakuan Wina Arauna
62 62. Terungkap
63 63. Perusak Mahkota
64 64. Hasil Interogasi
65 65. Cinta atau Obsesi
66 66. Uang Penitipan
67 67. Pingsan
68 68. Di Rumah Sakit
69 69. Interogasi
70 70. Angin Segar
71 71. Tersinggung
72 72. Saling Meminta Maaf
73 73. Nyonya Arauna
74 74. Ancaman Kebiri
75 75. Nervous
76 76. Ketukan Verrel
77 77. Merasa Istimewa
78 78. Undangan Pertunangan Nickholas
79 79. Tiga Belas Album
80 80. Mutasi
81 81. Pulang
82 82. Sehangat Kasih Sayang
83 83. Obrolan Keluarga
84 84. Putri-Putri Ferdinand
85 85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86 86. Permintaan Verrel
87 87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88 88 Joe Junior
89 89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90 90..Happy Ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Noda Darah
2
2. Menikahlah Denganku
3
3. Di Usir
4
4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5
5. Aku Mau Berbagi
6
6. Ketahuan Hamil
7
7. Cemburu
8
8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9
9. Tekad Joe
10
10. Melahirkan
11
11. Menghilang
12
12. Mengguncang Jiwa
13
13. Mules
14
14. Melarikan Diri
15
15. Aku Sudah Bertobat
16
16. Kisah Joe
17
17. AIB-ku
18
18. Sayonara Indonesia
19
19. Amarah Yang Belum Mereda
20
20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21
21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22
22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23
23. Di Rumah Sakit
24
24. Familiar
25
25. Permintaan Ayah Virranda
26
26. Obrolan Teh Jahe Madu
27
27. Takut
28
28. Tidur Bertiga
29
29. Berpamitan
30
30. Pertemuan
31
31. Mirip
32
32. Statement Virranda
33
33. Tiga Sahabat
34
34. Obrolan Tidak Beretika
35
35. Buaya
36
36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37
37. Ingin Memantaskan Diri
38
38. Majikan dan pelayan
39
39. Apa Boleh?
40
40. Tipe S-S-S
41
41. Rahasia Besar
42
42. Makan Siang Bertiga
43
43. Darah Dagingku
44
44. Bukan Omong Kosong
45
45. Tantangan Tuan Loenhard
46
46. Bukan Siapa-Siapa
47
47. Cinta Itu Ajaib
48
48. Ibu Dari Putraku
49
49. Aku Tidak Sakit
50
50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51
51. Berat Sebelah
52
52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53
53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54
54. Meleleh
55
55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56
56. Di Sekolah Verrel
57
57. Di Restoran
58
58. Joe dan Nickholas
59
59. Demi Dirimu
60
60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61
61. Pengakuan Wina Arauna
62
62. Terungkap
63
63. Perusak Mahkota
64
64. Hasil Interogasi
65
65. Cinta atau Obsesi
66
66. Uang Penitipan
67
67. Pingsan
68
68. Di Rumah Sakit
69
69. Interogasi
70
70. Angin Segar
71
71. Tersinggung
72
72. Saling Meminta Maaf
73
73. Nyonya Arauna
74
74. Ancaman Kebiri
75
75. Nervous
76
76. Ketukan Verrel
77
77. Merasa Istimewa
78
78. Undangan Pertunangan Nickholas
79
79. Tiga Belas Album
80
80. Mutasi
81
81. Pulang
82
82. Sehangat Kasih Sayang
83
83. Obrolan Keluarga
84
84. Putri-Putri Ferdinand
85
85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86
86. Permintaan Verrel
87
87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88
88 Joe Junior
89
89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90
90..Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!