16. Kisah Joe

"Sudah selesai," ucap Virranda sambil tersenyum. "Tunggu salepnya kering dulu, baru kau boleh mengenakan bajumu itu. Kau tunggu disini, aku akan menyiapkan sarapan dulu." setelah berkata demikian, Virranda buru-buru keluar dari kamar Joe lalu menuju dapur.

"Terima kasih!" ucap Joe setengah berteriak. Ia menatap kepergian Virranda yang keluar dari kamarnya. Dan ia pun tidak keberatan saat Virranda tidak menutup pintu kamarnya.

Virranda yang mulai sibuk menyiapkan sarapan pagi alakadarnya, itupun hasil belajar dari Joe, mendengar suara petikan gitar dari kamar Joe.

Suara Joe memang selalu enak didengar, dipadu dengan alunan petikan gitarnya yang selaras, membuat Virranda tersenyum dan ikut terhanyut suasana mendengarnya.

Lagu demi lagu dilantunkan oleh Joe, hingga tidak terasa Virranda yang asik mendengarnya sudah menyelesaikan pekerjaan dapurnya.

Setelah menyiapkan meja makan, Virranda segera kembali kekamar Joe untuk mengajaknya sarapan bersama sebelum bayi Verrel terbangun.

Ia menghentikan langkahnya didepan pintu, saat dilihatnya Joe masih melantunkan lagunya dengan penuh penghayatan.

🎵Di dalam mimpiku selalu, Terlihat ada diriku sendiri, Yang dengan bebasnya melakukan semua, Hal yang ingin aku lakukan.🎶

🎵Hidup bagaikan pesawat kertas.......🎶

🎵Jangan bandingkan jarak terbangnya, Tapi bagaimana dan apa yang dilalui, Karena itulah satu hal yang penting, Selalu sesuai kata hati. Sanbyaku rokujugo nichi.🎶

"Apa yang kau lakukan disana?" tanya Joe yang baru saja menyelesaikan lagunya, memandang kearah Virranda yang berdiri terpaku didepan pintu kamarnya.

"Aku?" Virranda menunjuk pada dirinya. Baru tersadar bila lagi yang dinyanyikan oleh Joe sudah berakhir.

"Iya, siapa lagi?" Joe masih menatap kearahnya.

"Mengajakmu sarapan," sahutnya, mengingat niatan awalnya. Joe tersenyum, ia lalu menyimpan gitarnya, dan menyusul Virranda yang lebih dulu melangkah kemeja makan.

"Sepertinya kau sangat menghayati lagu terakhirmu itu," ucap Virranda disela-sela sarapan pagi keduanya.

"Yang mana?" tanya Joe pura-pura tidak tahu.

"Pesawat kertas. Apa lagu itu punya cerita tersendiri untukmu?" tanya Virranda lagi.

"Tidak. Aku hanya suka melantunkannya saja," ucap Joe tersenyum hambar. Ia mengunyah makanannya pelan..Setelah menelannya, Joe meraih gelasnya, meneguknya, hingga gelasnya kosong.

"Aku hidup dijalanan." lirih Joe. Virranda menghentikan makannya, melihat kearah Joe, pria itu yang biasa ceria dan suka bercanda mendadak terlihat mendung.

"Orang tuamu?" tanya Virranda penasaran.

Joe menggelengkan kepalanya, menuangkan air putih kedalam gelasnya lalu meneguknya lagi hingga habis.

"Aku tidak tahu. Seingatku, aku masih sangat kecil ketika diajak mengemis dari warung makan satu ke warung makan lainnya bersama seorang nenek ubanan. Kami sering dimarahin dan diusir sama yang punya warung," ucapnya getir, mengingat masa sulitnya waktu itu.

"Merasa tidak nyaman akan keadaan seperti itu, aku berpindah haluan, ikut seorang kakek mengumpulkan botol-botol plastik, kardus, koran bekas, piringan telor. Pekerjaan itu lumayan menyenangkan, dan yang terpenting, tidak membuatku sering kelaparan seperti sebelumnya." ucapnnya kembali tersenyum.

"Sayangnya, itu tidak bertahan lama, si kakek baik itu meninggal karena sakit. Untuk mempertahankan hidup, aku lalu mengamen diperempatan jalan lampu merah, toko-toko, angkringan-angkringan kaki lima bersama dua anak sebayaku bermodal kaleng biskuit bekas."

"Kami sering lari tunggang langgang saat ada rajia satpol," ucap Joe tertawa kecil mengingat kejadian itu. Virranda menambah makanannya, mendengar cerita Joe membuatnya semakin lapar. Bila dirinya pada posisi Joe, tentu ia tidak sanggup menjalaninya batinnya.

"Kami sering tidur di emperan toko beralaskan kardus, atau dibawah jembatan agar bila hujan turun, kami tidak kehujanan," lanjut Joe lagi.

"Mendengar kisahmu, sepertinya kau tidak sekolah. Lalu bagaimana kau bisa menjadi pilot?" potong Virranda ditengah-tengah cerita pria itu.

"Kau benar. Kami tidak sempat memikirkan hal itu, yang penting bisa menghasilkan uang dan bisa makan, itu saja. Aku sering berfikir saat tidur dibawah bintang-bintang malam, apakah aku akan seperti itu terus sampai tua? Sampai pulang ke liang kubur?"

"Sampai suatu ketika, secercah harapan datang. Ada anak muda mendatangi kami anak-anak jalanan. Ia mengajari kami membaca dan menulis. Dan ia menawarkan kami mengikuti pendidikan paket A, B, C, seperti yang dianjurkan pemerintah,"

"Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku ikut bersama beberapa orang temanku. Ternyata belajat itu tidak mudah, jadi banyak yang berhenti ditengah jalan," ujar Joe mengingat sulitnya membagi waktu antara belajar dan mencari makan sebagai anak jalanan.

"Untungnya, kakak yang baik itu tetap sabar memberi pembelajaran, walau kami hanya tinggal dua orang saja. Setelah dua belas tahun, akhirnya, aku bisa memiliki ijazah setara SMU. Aku senang sekali."Joe kembali tersenyum.

"Singkat cerita, aku pindah ke kota ini dengan alasan melanjutkan kuliah akademi pilot. Disinilah kehidupan malam dan kelamku dimulai, biaya mengikuti pendidikan itu sangat mahal dan besar."

"Awalnya aku hanya diminta untuk menemani para tante-tante itu ke pesta, acara reoni mereka, dan menemani belanja. Hingga akhirnya, aku sering dijadikan bahan taruhan, saat wanita-wanita kaya itu mengadakan arisan sosialita mereka."

"Tidak jarang aku mendapat pukulan dari suami wanita-wanita itu saat kepergok jalan bersama mereka, belum lagi caci maki yang harus aku terima dari anak laki-laki mereka, belum lagi saudara-saudara dari wanita-wanita itu, juga orang tuanya," ucap Joe kembali tersenyum getir.

"Itu sebabnya waktu ayahmu memukul wajahku, aku hanya bisa pasrah menerimanya. Aku sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh para orang kaya yang mengagungkan kekayaannya," Virranda menelan salivanya, menyadari bila dirinya juga termasuk salah satu orang yang kejam hingga mengakibatkan pria itu kembali merasakan sakitnya pukulan dan cacian dari ayahnya waktu itu.

"Aku ingin stop, sudah tidak tahan dengan profesi itu. Hingga suatu malam, aku bertemu dengan seorang wanita muda dan cantik dicafe, dia mengajakku menikah untuk menjadi suami bayarannya."

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Virranda langsung terbatuk-batuk, tersedak oleh makanannya sendiri. Dirinya semakin merasa bersalah dan tidak enak pada pria itu.

"Cepat, minumlah!" Joe mengambil gelas dan membantu Virranda untuk minum.

"Terima kasih," Virranda meletakkan gelas kembali diatas meja.

"Aku menerimanya, karena membutuhkan biaya besar untuk mengikuti test pilot. Itu sebabnya aku terbang ke London beberapa kali waktu itu," jelasnya menatap Virranda. Wanita itu kembali terhenyak, ternyata dirinya salah sangka, Joe bukannya bersenang-senang dengan para wanitanya, melainkan sedang berjuang meraih cita-citanya. Pantas saja pria itu terlihat lebih rapi dari biasanya saat mengantarnya berkerja dan berpamitan waktu itu.

Joe meraih kedua tangan Virranda yang sudah menyelesaikan sarapannya.

"Entah kau percaya atau tidak, ketika aku melihat kau mengenakan gaun putih dihari pernikahan kita. Saat itu, aku sudah jatuh hati padamu. Walau kau sangat tega waktu itu, tidak memberikan aku kesempatan mengganti celana rombengku dan baju kaosku," ucap Joe kembali menyesali atas kesembronoannya waktu itu.

Virranda langsung tergelak. Joe benar, dirinya memang sangat keterlaluan pada suami bayarannya kala itu.

"Salahmu sendiri, sudah tahu mau menikah, tidak mengenakan jas yang kuberikan," timpal Virranda masih tergelak. Joe yang ditertawai, akhirnya ikut mentertawai dirinya sendiri yang sembrono.

"Virranda..."panggil Joe lembut, setelah tawa keduanya mereda.

"Heum?" sahut Virranda dengan gumaman.

"Aku perlu bantuanmu lagi," ucap Joe menandang lekat wajah Virranda.

"Bantuan apa itu?"

"Aku mohon, ikutlah terbang bersamaku sore ini. Sesuai janjiku waktu itu, setelah bayimu lahir, aku akan membawa kalian terbang keliling dunia," ucap Joe penuh harap.

"Tapi Joe, aku harus berkerja. Aku dan anakku butuh biaya hidup. Kami tidak mungkin membebanimu terus." ucap Virranda mengemukakan alasannya. Ia merasa sudah cukup dirinya membebani Joe selama ini. Kini ia harus berusaha untuk membiayai hidupnya, juga anaknya.

"Walau kau menganggapku suami bayaranmu. Tapi aku, menjunjung tinggi kesakralan pernikahan kita waktu itu. Aku bertekad meninggalkan semua kehidupan kelamku disini, demi membuatmu jatuh cinta padaku. Kau dan Verrel, adalah tanggung jawabku. Walau aku bukan orang kaya, tapi gajiku cukup untuk menghidupimu, dan juga Verrel,"

"Aku juga tidak mau meninggalkanmu sendiri disini, kejadian wanita-wanita yang masih mengejarku itu, juga mereka yang sempat melakukan kekerasan padamu, membuatku tidak tenang saat meninggalkan kalian pergi berkerja,"

Virranda terdiam sesaat, ia masih bimbang menerima tawaran Joe untuk pergi dari Indonesia.

"Beri kesempatan aku berfikir Joe. Aku mohon," ucap Virranda kemudian.

"Baiklah. Dan aku harap jawabanmu adalah iya."ucapnya lirih.

"Aku mau bertemu Verrel dulu," Pamit Joe lalu berdiri, "Aku merindukannya. Sejak semalam aku belum melihat wajahnya," ungkap Joe. Ia lalu beranjak dari meja makan menuju kamar Virranda.

Bersambung...👉

Terpopuler

Comments

nowitsrain

nowitsrain

Pengin puk puk si Joe

2023-05-22

2

nowitsrain

nowitsrain

Padahal ini menyebalkan sekali

2023-05-22

1

Fenti

Fenti

Joe memang suami idaman 🤭😅😅

2023-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Noda Darah
2 2. Menikahlah Denganku
3 3. Di Usir
4 4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5 5. Aku Mau Berbagi
6 6. Ketahuan Hamil
7 7. Cemburu
8 8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9 9. Tekad Joe
10 10. Melahirkan
11 11. Menghilang
12 12. Mengguncang Jiwa
13 13. Mules
14 14. Melarikan Diri
15 15. Aku Sudah Bertobat
16 16. Kisah Joe
17 17. AIB-ku
18 18. Sayonara Indonesia
19 19. Amarah Yang Belum Mereda
20 20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21 21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22 22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23 23. Di Rumah Sakit
24 24. Familiar
25 25. Permintaan Ayah Virranda
26 26. Obrolan Teh Jahe Madu
27 27. Takut
28 28. Tidur Bertiga
29 29. Berpamitan
30 30. Pertemuan
31 31. Mirip
32 32. Statement Virranda
33 33. Tiga Sahabat
34 34. Obrolan Tidak Beretika
35 35. Buaya
36 36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37 37. Ingin Memantaskan Diri
38 38. Majikan dan pelayan
39 39. Apa Boleh?
40 40. Tipe S-S-S
41 41. Rahasia Besar
42 42. Makan Siang Bertiga
43 43. Darah Dagingku
44 44. Bukan Omong Kosong
45 45. Tantangan Tuan Loenhard
46 46. Bukan Siapa-Siapa
47 47. Cinta Itu Ajaib
48 48. Ibu Dari Putraku
49 49. Aku Tidak Sakit
50 50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51 51. Berat Sebelah
52 52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53 53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54 54. Meleleh
55 55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56 56. Di Sekolah Verrel
57 57. Di Restoran
58 58. Joe dan Nickholas
59 59. Demi Dirimu
60 60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61 61. Pengakuan Wina Arauna
62 62. Terungkap
63 63. Perusak Mahkota
64 64. Hasil Interogasi
65 65. Cinta atau Obsesi
66 66. Uang Penitipan
67 67. Pingsan
68 68. Di Rumah Sakit
69 69. Interogasi
70 70. Angin Segar
71 71. Tersinggung
72 72. Saling Meminta Maaf
73 73. Nyonya Arauna
74 74. Ancaman Kebiri
75 75. Nervous
76 76. Ketukan Verrel
77 77. Merasa Istimewa
78 78. Undangan Pertunangan Nickholas
79 79. Tiga Belas Album
80 80. Mutasi
81 81. Pulang
82 82. Sehangat Kasih Sayang
83 83. Obrolan Keluarga
84 84. Putri-Putri Ferdinand
85 85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86 86. Permintaan Verrel
87 87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88 88 Joe Junior
89 89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90 90..Happy Ending
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Noda Darah
2
2. Menikahlah Denganku
3
3. Di Usir
4
4. Tuan Direktur dan Asisten Pribadinya
5
5. Aku Mau Berbagi
6
6. Ketahuan Hamil
7
7. Cemburu
8
8. Tidak Tampan Dan Buruk Rupa
9
9. Tekad Joe
10
10. Melahirkan
11
11. Menghilang
12
12. Mengguncang Jiwa
13
13. Mules
14
14. Melarikan Diri
15
15. Aku Sudah Bertobat
16
16. Kisah Joe
17
17. AIB-ku
18
18. Sayonara Indonesia
19
19. Amarah Yang Belum Mereda
20
20. Semua Ada Waktunya (Visual Ferdinand Kwang)
21
21. Setelah 5 Tahun (Visual Virranda Laura)
22
22. Come Back to Indonesian (Visual Joe Dirgantara)
23
23. Di Rumah Sakit
24
24. Familiar
25
25. Permintaan Ayah Virranda
26
26. Obrolan Teh Jahe Madu
27
27. Takut
28
28. Tidur Bertiga
29
29. Berpamitan
30
30. Pertemuan
31
31. Mirip
32
32. Statement Virranda
33
33. Tiga Sahabat
34
34. Obrolan Tidak Beretika
35
35. Buaya
36
36. Joe Dirgantara Vs Ferdinand Kwang
37
37. Ingin Memantaskan Diri
38
38. Majikan dan pelayan
39
39. Apa Boleh?
40
40. Tipe S-S-S
41
41. Rahasia Besar
42
42. Makan Siang Bertiga
43
43. Darah Dagingku
44
44. Bukan Omong Kosong
45
45. Tantangan Tuan Loenhard
46
46. Bukan Siapa-Siapa
47
47. Cinta Itu Ajaib
48
48. Ibu Dari Putraku
49
49. Aku Tidak Sakit
50
50. Cinta Hanya Sama Dirimu
51
51. Berat Sebelah
52
52. Pengakuan Ferdinand Kwang
53
53. Pengakuan Ferdinand Kwang 2
54
54. Meleleh
55
55. Kelakuan Anak Bau Kencur
56
56. Di Sekolah Verrel
57
57. Di Restoran
58
58. Joe dan Nickholas
59
59. Demi Dirimu
60
60. Nickholas dan Sekretaris Shen
61
61. Pengakuan Wina Arauna
62
62. Terungkap
63
63. Perusak Mahkota
64
64. Hasil Interogasi
65
65. Cinta atau Obsesi
66
66. Uang Penitipan
67
67. Pingsan
68
68. Di Rumah Sakit
69
69. Interogasi
70
70. Angin Segar
71
71. Tersinggung
72
72. Saling Meminta Maaf
73
73. Nyonya Arauna
74
74. Ancaman Kebiri
75
75. Nervous
76
76. Ketukan Verrel
77
77. Merasa Istimewa
78
78. Undangan Pertunangan Nickholas
79
79. Tiga Belas Album
80
80. Mutasi
81
81. Pulang
82
82. Sehangat Kasih Sayang
83
83. Obrolan Keluarga
84
84. Putri-Putri Ferdinand
85
85. Di Rumah Keluarga Toshigawa
86
86. Permintaan Verrel
87
87. Resepsi Pernikahan Nickholas dan Sekretaris Shen
88
88 Joe Junior
89
89. Kunjungan Ferdinand di Rumah Sakit
90
90..Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!