Virranda baru saja selesai memanggang kuenya, ia buru-buru meninggalkan dapur ketika suara tangisan verrel terdengar dari dalam kamarnya.
Ternyata, Joe sudah lebih dulu mengambil alih tugasnya. Virranda mendekat, ia memperhatikan cara Joe membersihkan pup bayinya, walau masih terlihat canggung melakukannya sama seperti dirinya, pria itu terlihat sabar melakukannya.
"Ini, celana gantinya," Virranda menyerahkan celana bayinya pada Joe yang baru ia ambil dari lemari pakaian. Pria itu menyambutnya, lalu mengenakannya pada bayi yang terlihat masih mengantuk itu.
"Bagaimana? Apakah kau sudah punya jawabannya, tentang perbincangan kita tadi pagi?" tanya Joe menatap Virranda yang meraih bayinya untuk menyusuinya, supaya bayi itu segera terlelap kembali.
"Aku dan Verrel siap ikut denganmu Joe," ungkap Virranda memberi keputusan.
"Yess!" Joe terlihat sangat senang, hingga ia menekukkan sikunya dengan kedua tangan terkepal. Virranda tersenyum melihat Joe yang kegirangan.
"Aku fikir, kau sudah terlalu banyak membantuku Joe. Jadi apa salahnya bila aku juga membantumu untuk meninggalkan kehidupan lamamu yang kelam itu," ujarnya memandang kearah Joe.
"Apa itu artinya kau juga menerima cintaku?" pancing Joe, berharap mendapatkan jawaban sesuai harapan.
"Untuk yang satu itu--, maafkan aku. Aku belum bisa mencintaimu Joe," ucap Virranda hati-hati, berharap pria itu tidak kecewa atas jawaban jujurnya.
"Tidak perlu minta maaf. Aku juga sudah menduganya. Kau pasti akan menjawab tidak. Bila aku boleh tahu alasanmu menolakku, apa ini ada hubungannya dengan ayah biologis dari Verrel?" Joe memperhatikan ekspresi wajah Virranda yang seketika berubah saat mendengar perkataannya.
"Maafkan aku, bila pertanyaanku terlalu pribadi. Mungkin kau sulit melupakannya," imbuh Joe, berharap Virranda tidak marah karena lancang bertanya hal demikian padanya. Sampai sejauh ini, ada bnyak hal yang tidak ia ketahui tentang Virranda, termasuk ayah bayinya.
"Kau benar Joe," Virranda menatap lekat wajah Joe yang juga sedang memandanginya yang tengah duduk ditepi tempat tidur sambil menyusui bayinya. "Aku memang sulit melupakan apa yang telah dilakukan laki-laki itu padaku tanpa seijinku, hingga aku mengandung anaknya," sambungnya lagi.
"Apa maksudmu?" Joe semakin lekat memandangnya, perkataan Virranda yang bernada geram itu menandakan wanita itu sedang menahan emosinya yang lebih mengarah pada kebencian pada ayah dari bayinya. Tapi kenapa? Mungkinkah pria itu lari dari tanggung jawab? batin Joe menduga-duga.
"Apa pacarmu tidak mau bertanggung jawab setelah mengetahui kau hamil?" sambung Joe lagi.
"Dia bukan pacarku, bahkan aku tidak mengenalnya." sahut Virranda cepat menampik.
"Bukan pacar? Dan kau tidak mengenalnya? Tapi, tapi kenapa kau bisa hamil dengannya?" Joe semakin tidak mengerti, dan tentu saja hal itu semakin membuatnya penasaran, ingin tahu apa sebenarnya yang telah terjadi antara Virranda dan ayah bayinya.
Virranda menghela napas panjang, sebenarnya ia ingin tetap menyimpan rahasianya untuk dirinya sendiri, menutupinya dari siapapun, tapi beban itu terasa berat untuk disimpannya sendiri. Mungkin ini saatnya ia harus berbagi. Ya, berbagi dengan Joe, berharap pria itu bisa dipercaya memegang rahasianya.
"Malam itu, aku menghadiri pesta makan malam sahabatku, Wina Arauna. Bukan hanya aku saja yang diundang, tapi ada beberapa teman-temanku. Dia berterima kasih padaku karena aku telah membantunya diterima berkerja diperusahaan Papi-ku," Virranda menerawang, mengingat kembali acara makan malam bersama teman-temannya.
"Entah kenapa, setelah makan, aku merasa pusing, lemas, dan sangat mengantuk yang tidak tertahankan. Nicholas, temanku menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Tapi aku menolaknya karena dia adalah seorang pria."
"Akhirnya, Wina menawarkanku untuk membuka hotel. Tanpa pikir panjang aku menerimanya, karena rasa kantuk yang luar biasa semakin menyerangku."
"Aku menginap dikamar hotel malam itu. Saat terbangun dipagi hari, ternyata aku telah ternoda. Aku sama sekali tidak tahu, siapa laki-laki ba*ingan itu." geram Virranda. Joe sempat menahan napasnya beberapa saat, ia turut geram, juga merasa iba, atas kemalangan yang telah menimpa isterinya itu.
"Yang aku takutkan akhirnya terjadi juga, aku hamil." mengatakan hal itu, suara Virranda terdengar bergetar, menahan rasa didadanya yang bergemuruh. Joe memejamkan matanya sesaat, merasakan perih dihatinya, ketika melihat Virranda berusaha keras tidak menangis menceritakan aibnya itu.
"Aku sudah cukup stress memikirkan kehamilanku. Tiba-tiba kedua orang tuaku mengabarkan padaku, bila seorang pria, anak dari sahabat bisnis mereka akan datang melamarku bersama keluarganya,"
"Tentu saja aku menolaknya. Aku takut Joe, bila laki-laki itu tahu aku telah hamil, dia pasti menolakku, dan kedua orang tuaku pasti akan merasa malu. Cukup aku saja yang menanggung aibku ini," Virranda masih berusaha keras menahan tangisnya agar tidak pecah, getar suaranya semakin jelas terdengar. Joe hanya bisa meremas tangannya sendiri mendengar semuanya itu.
"Saat aku berusaha menenangkan diriku sendiri. Aku bertemu denganmu dicafe malam itu. Setelah mendengarkan lagu yang kau nyanyikan itu, aku fikir kau adalah orang yang tepat untuk membantuku, menyembunyikan aibku, karena kedua orang tuaku pun tidak mengetahui kalau aku sedang hamil."
"Itu sebabnya, aku tidak pernah berusaha menemui orang tuaku sampai aku melahirkan. Supaya mereka tidak tahu, apa alasanku menikah tanpa persetujuan mereka," Virranda mengusap bulir air matanya yang hampir jatuh kepipinya.
"Untuk mengetahui kabar mereka, aku selalu menelpon salah satu asisten rumah tangga dirumah orang tuaku. Sebenarnya aku sangat merindukan mereka, tapi untuk sementara waktu, biarlah aku menjauh sampai amarah mereka mereda. Jadi, aku putuskan ikut denganmu dan membawa Verrel bersama kita," ucap Virranda mengakhiri kisahnya, dirinya kembali mendesah panjang, seolah sedang melepaskan semua energi negatif yang bergelayut didalam dadanya selama ini.
Joe turut mendesah panjang, ternyata konflik hidup wanita yang ia nikahi cukup rumit. Menanggung aib seorang diri, diusir oleh ayahnya, dan lebih mirisnya lagi, tidak tahu siapa ayah dari bayinya.
Dan dirinya sangat mengapresiasi sikap Virranda yang sama sekali tidak ada niat menggugurkan bayinya, tetap memberi kesempatan bayi itu hidup, walau ia harus menanggung aibnya sendiri.
"Virranda, aku sepertinya mencurigai sahabatmu yang bernama Wina itu. Mungkinkah dia terlibat pada apa yang telah terjadi padamu? Karena dia yang membawamu ke kamar hotel malam itu," ucap Joe menduga.
"Sebelumnya aku juga menduga seperti itu Joe, karena hanya dia yang punya akses masuk ke kamar hotelku malam itu. Tapi-, dia sahabat baikku Joe, tidak mungkin ia mencelakai diriku," ujar Virranda menolak dugaannya sendiri.
Joe kembali termanggu, memikirkan kalimat terakhir Virranda. Memang sangat menyakitkan bila tahu yang sebenarnya, sahabat yang kita percaya ternyata telah mencurangi kita. Dalam hati kecilnya, Joe sangat yakin bila sahabat Virranda itu benar-benar terlibat. Pria itu menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya, dengan pandangan pokus kesatu arah.
"Joe! Apa yang kau lihat?!" bentak Virranda tiba-tiba dengan wajah memerah.
"Melihat Verrel menyesap sumber makanannya," ucap Joe jujur, ia belum sadar bila apa yang dirinya katakan dan lakukan membuat Virranda marah.
"Tutup matamu!" titah Virranda menggeram.
"B-bukan salah mataku. K-kau yang sengaja menyusui Verrel didepan mataku," ucap Joe yang baru tersadar, dan berusaha membela diri.
"Joee!!!" teriak Virranda kesal, nyata-nyatanya pria itu salah, tapi tetap berusaha protes membela diri, batin Virranda.
Joe salah? Ah, entahlah, bukannya Joe adalah suami Virranda sekarang. Virranda memang mambagongkan dirinya sendiri.
Ooeeekk! Ooeeeekk! Ooeeeekk!
Verrel menangis kencang. Teriakan ibunya telah mengagetkannya yang mulai terlelap. Virranda dan Joe berpandangan sesaat, mereka terlihat gugup. Beberapa detik kemudian, keduanya memutuskan untuk berkerja sama menenangkan bayi yang menangis itu tanpa kata sepakat yang terlontar, hanya bahasa sorot mata yang mulai saling mengerti.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Noviyanti
bunga mendarat
2023-05-28
2
nowitsrain
Memang sungguh membagongkan
2023-05-22
1
nowitsrain
Justru musuh paling jahat itu bisa jadi adalah orang yang paling dekat 😔
2023-05-22
1