Ferdinand membolak-balik surat nikah milik Virranda dan Joe, berharap apa yang ada ditangannya adalah surat nikah yang palsu. Mau di bolak-balik bagaimanapun, ditunggang balikan bagaimanapun, dan dihempaskan keatas meja kerjanya berkali-kali, surat itu tetaplah asli, tidak bisa berubah, dan memiliki kekuatan hukum.
Ferdinand masih belum mengerti, kenapa Virranda yang pernah ia tiduri beberapa bulan yang lalu bisa menikah dengan Joe, penyanyi cafe sia*an itu, saat mengingat pertemuannya semalam dengan orang suruhannya.
Flashback On :
"Nona Virranda Laura, yang bersama Tuan di kamar hotel malam itu adalah putri tunggal tuan Loenhard pemilik perusahaan Natural Gas Ltd," jelas Jeremias, orang kepercayaan Ferdinand.
"Heumffhh!" Seketika detak jantung Ferdinand seakan berhenti, tidak percaya pada apa yang sedang ia dengar.
"Tidak mungkin, ini tidak mungkin! Kau pasti salah!" Ferdinand memegang kepalanya dengan kedua tangannya, mengacak rambut rapinya dengan kasar. Kenyataan itu membuat seluruh kehidupannya terasa bagai benang kusut yang sangat sulit terurai.
Jeremias masih berdiri ditempatnya setelah memberikan semua data yang ia dapat, sambil menunggu tugas apa yang selanjutnya akan diberikan padanya.
"B-bagaimana mungkin kegadisan wanita itu bisa dijual oleh mucikari itu kepadaku?" tanya Ferdinand bingung. Dalam benaknya, dirinya tidak yakin kalau Virranda mau meme*acurkan dirinya demi uang dengan menjual aset paling berharganya, sedangkan kedua orang tuanya adalah pengusaha kaya raya.
"Seorang sahabat baik Virranda, namanya Wina Arauna. Mereka bersahabat mulai Sekolah Menengah Pertama. Dialah yang menjualnya pada mucikari itu,"
"Wanita itu mengundang Nona Virranda dan beberapa teman kuliah mereka dalam satu party. Ia beralasan sebagai bentuk rasa terima kasihnya, karena nona Virranda-lah yang telah membantunya sehingga bisa diterima berkerja sebagai seorang sekretaris manager keuangan di perusahaan ayah nona Virranda. Lalu Wina Arauna mencuranginya dengan membubuhkan obat tidur dalam minuman Nona. Begitu ceritanya Tuan." jelasnya.
"Memangnya wanita itu menjual Virranda pada mucikari itu dengan harga berapa?" tanya Ferdinand detail, menurutnya pasti sangat fantastis, karena Virranda adalah anak seorang pengusaha kaya raya dan cantik juga. Mau tidak mau, Ferdinand memang harus mengakuinya, itu sebabnya saat ia diberi tawaran malam itu, dengan harga fantastis yang harus ia bayar ia tidak menolaknya.
"Tiga juta rupiah Tuan!" jawab Jeremias singkat.
"Apa?! Tidak mungkin!" Ferdinand terperangah, ia langsung terhenyak dikursinya, urat-urat sarafnya mendadak terasa lemas tak bertenaga. Ia tidak menduga mahkota kebanggaan Virranda itu hanya dihargai sedemikian rendahnya oleh sahabatnya sendiri.
Sedangkan, pada saat malam itu, Ferdinand harus membayar sepuluh ribu kali lipat pada sang mucikari dari angka yang disebutkan oleh Jeremias. Itu sebabnya, tanpa penawaran Ferdinand langsung membayarnya karena merasa yakin, wanita yang sudah disiapkan itu adalah wanita pilihan bila dinilai dari tarifnya.
"Itu benar Tuan," Jeremias kembali menjawab pasti.
"Apa alasannya?" Ferdinand masih terduduk lemas dikursinya, berharap mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mengganjal didadanya.
"Iri hati, karena Virranda memiliki kehidupan bagai seorang putri. Dan dendam masa lalu orang tua dari Wina Arauna. Jadi, wanita itu menjual murah, supaya nona Virranda mudah laku. Karena tujuan sahabatnya hanya untuk merusak nona Virranda," sahut Jeremias sesuai berita yang ia peroleh.
"Lalu bagaimana Virranda bisa menikah dengan penyanyi cafe itu tanpa diketahui oleh orang tuanya? kembali Ferdinand melontarkan pertanyaannya, menatap antusias pada pria suruhannya itu.
"Mohon maaf Tuan, saya merasa sangat sulit menemukan alasannya kenapa nona Virranda bisa menikah dengan penyanyi cafe itu. Menurut seorang asisten rumah tangga di rumah orang tuanya nona Virranda, katanya nona Virranda menolak perjodohan dengan seorang pria mapan yang memiliki strata sosial yang sama dengan keluarga mereka."
"Kenapa? Bukankah itu baik?" tanya Ferdinand penasaran. Karena dirinya yakin benar, bila pria mapan dengan strata sosial sama yang dimaksud adalah dirinya, ia lalu senyum-senyum sendiri tidak jelas. Jeremias yang melihatnya tentu saja tidak mengerti mengapa tuannya berlaku demikian.
"Mohon maaf Tuan, saya benar-benar belum menemukan alasan mengapa nona Virranda tidak mau dijodohkan dengan pria kaya raya itu." sahut Jeremias, ia memang benar-benar tidak tahu. Ferdinand yang terlanjur penasaran merasa tidak puas dengan jawaban orang suruhannya itu.
"Kalau begitu, aku perintahkan kau untuk mencari tahu sampai dapat, apa alasan Virranda tidak mau menikah dengan pria yang dijodohkan orang tuanya," titahnya memaksa.
"Kalau menurutmu, kira-kira kenapa Virranda tidak mau dijodohkan dengan pria kaya itu?" Ferdinand masih sangat penasaran, ia ingin tahu kenapa Virranda menolak perjodohan dari kedua orang tua mereka.
"Saya tidak berani berkomentar Tuan, saya takut salah bicara," sahut Jeremias, pria yang berpostur tubuh gempal, tinggi, dan kekar itu.
"Katakan saja, jangan takut. Aku yang memintamu berkomentar kenapa Virranda tidak mau dijodohkan dengan pria kaya itu?" ulangnya Ferdinand lagi meyakinkan.
"Hmm--, tapi ini menurut saya ya Tuan, menurut pengalaman saya pribadi, dan tidak mewakili pria kaya itu ya Tuan," ucap Jeremias ragu dan terkesan takut-takut.
"Iya, iya. Menurutmu Jeremi, menurut pengalamanmu apa, katakan saja, jangan takut begitu," paksa Ferdinand makin penasaran.
"Saya menikah baru dua tahun yang lalu, Tuan ingatkan?" ungkapnya menatap sungkan pada sang majikan, hanya untuk memastikan tuannya itu menggangguk.
"Hmm, iya. Aku ingat. Lalu?" Ferdinand berdehem sambil mengangguk dengan rasa tidak sabar menunggu kalimat Jeremias selanjutnya.
"Itu karena dijodohkan Tuan. Kata ayah saya, saya tidak bisa mencari sendiri wanita untuk dijadikan isteri, karena sibuk berkerja. Dan juga wajah saya dinilai tidak tampan."
Ferdinand terhenyak saat mendengar kalimat tidak bisa mencari isteri untuk diri sendiri dan tidak tampan, tapi ia berusaha menyabarkan hatinya untuk mendengar kelanjutan ucapan Jeremias.
"Awalnya saya tersinggung, tidak terima Tuan. Ternyata setelah saya perhatikan wajah saya dicermin, ternyata perkataan ayah saya itu memang benar, makanya saya menerima perjodohan itu. Tapi memang benar Tuan, dikeluarga saya, kami para pria yang dijodohkan rata-rata meniliki wajah dibawah standar, tidak ganteng, dan lebih tepatnya lagi buruk rupa," ungkap Jeremias dengan mimik serius dan apa adanya.
"Stop! Stop! Tapi pria yang dijodohkan dengan Virranda itu tidak jelek dan tidak buruk rupa. Dia pria tampan, wangi, selalu menjaga penampilan, dan juga berwibawa. Tidak seperti yang kau katakan itu Jeremias!" ucapnya kesal.
"Sepertinya Tuan sangat mengenal pria kaya itu? Apakah--"
"Tidak, aku tidak mengenalnya. Sekarang kau pergilah, aku akan memanggilmu lagi bila ada yang perlu aku tanyakan," setelah Jeremias pergi, Ferdinand melonggarkan dasinya, ia merasa begitu gerah setelah mendengar ucapan orang suruhannya itu.
Ia beranjak ketoilet, hanya untuk memperhatikan wajahnya dengan cermat dari pantulan cermin yang ada disana.
Flashback Off :
Bersambung....👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
hari gini masih percaya dg kata sahabat, kebnyakan yg ngaku nya sahabat bisa menjadi ular mematuk kapan saja
2023-09-14
3
Fenti
eehh malah curhat
2023-05-16
1
Fenti
hati-hati Ferdinand jawaban jujurnya😅
2023-05-16
1