Mengapa Menikah?
" Bagaimana persiapan pernikahannya sayang?"
" Alhamdulillaah sudah 90% bund."
Seorang gadis terlihat begitu bahagia menyambut hari pernikahannya. Ia bahkan menyiapkan segalanya sesuatunya sendiri.
" Nai sayang maaf jika bunda bertanya seperti ini. Apa kamu benar benar yakin dengan Adnan?"
Manik mata gadis itu seketika membesar mendengar pertanyaan bunda nya.
" Bund, apa bunda meragukan Adnan?"
Hah ... Wanita paruh baya berusia 48 tahun itu membuang nafasnya kasar. Namun secepat kilat ia tersenyum kepada sang putri. Ia pun membelai lembut rambut hitam sebahu milik putrinya.
" Bukan meragu, hanya saja sebagai seorang ibu bunda memiliki perasaan yang berbeda setiap kali melihat calon suami mu itu. Tapi mungkin hanya perasaan bunda. Coba lah kembali sholat istikharah Nai. Untuk kembali memantapkan hati mu."
" Iya bund, Nai akan ikuti saran bunda."
Wanita paruh baya itu berdiri lalu mencium kening sang putri dan berlalu dari kamar putrinya. Di depan kamar seorang pria yang masih terlihat gagah dan tampan diusianya yang sudah 54 tahun itu sudah menunggu sang istri.
" Gimana sayang?"
" Entahlah Mas. Kenapa Mas Juna nggak ngomong sendiri ke Nai sih."
" Haish ... Kamu kan tahu Dis. Aku tuh nggak bisa lihat wajah sedih Nai."
" Dasar bapak bapak melow."
Ya Naisha Gita Dewantara adalah putri dari Arjuna Dewantara dan Gendis Sri Wedari yang berusia 24 tahun. Naisha atau yang biasa di sapa Nai saat ini memimpin Star Building. Yakni sebuah bangunan yang menaungi beberapa perusahaan milik ayah nya juga.
Di dalam Star Building terdapat setidaknya 3 perusahaan.
Naisha saat ini tengah mempersiapkan pernikahannya dengan seorang pengusaha air minum mineral yang bernama Adnan Sasongko yang berusia 26 tahun.
Nai dan Adnan sudah berpacaran selama setahun ini dan keduanya sepakat untuk menikah. Namun entah mengapa Gendis dan Juna merasa bahwa Adnan bukanlah pria yang tepat untuk Gendis.
Di kamarnya Naisha kembali merenungkan perkataan sang bunda. Tadinya ia tidak mau berpikir terlalu jauh namun ia kembali menimbangnya.
" Sepertinya aku harus membuat surat perjanjian pra nikah. Ya aku harus memanggil pengacara untuk membuatkan."
Nai segera menghubungi asistennya yang tidka lain dan tidka bukan merupakan asisten sang ayah dulu.
" Assalamualaikum Om Teo."
" Waalaikumsalam Nai, ada apa malam malam begini."
" Om ... Minta Om Cahyo untuk ke kantor yan Om."
" Untuk apa Nai."
" Besok Nai ceritakan ke Om Teo dan Om Cahyo sekalian."
" Oke deh ... Rebes ... "
Di seberang sana Teo langsung segera menghubungi sang bos.
" Hallo bos."
" Te ... Astagfirullaah. Kau selalu menghubungiku di saat yang tidak tepat."
" Emang bos lagi ngapain?"
" Lagi nyangkul. Asem ... Ada apa?"
" Itu bos, Nai minta saya untuk memanggil Cahyo."
" Baik lakukanlah. Kabarkan segera kepadaku apa yang di bicarakan."
Juna menutup panggilan teleponnya. Ia membuang nafasnya kasar.
" Ayah harap keputusanmu benar Nai."
🍀🍀🍀
Keesokan harinya Nai pagi pagi benar sudah berada di Star Building. Ia sudah berada di ruang rapat.
" Hallo, Assalamualaikum Ad. Apa pagi ini kamu bisa ke Star Building?"
" Waalaikumsalam sayang. Apakah harus sekarang?"
" Iya Ad. "
" Baik kalau begitu. Aku akan segera ke sana."
Di depan Naisha sudah ada Teo dan Cahyo. Mereka siap dengan apa yang akan disampaikan oleh Naisha.
" Om, Nai minta tolong dibuatkan perjanjian pra nikah."
" Kamu yakin Nai?"
" Iya om, bagaimanapun semua ini milik ayah. Nai nggak mau ambil resiko?"
Cahyo dan Teo saling pandang. Ucapan Naisha sedikit ambigu di dengar oleh mereka.
" Mengapa berkata demikian?"
" Entahlah om Teo, Nai juga nggak tahu. Intinya Nai perempuan. Jika sudah menikah bukannya Nai sepenuhnya tanggung jawab suami Nai. Lagian masih ada~ "
" Baiklah. Om Cahyo akan buatkan. Nai katakan saja poin poinnya."
Naisha mengangguk, entah ini merupakan bagian dari ujian sebelum pernikahan atau apa. Tapi yang pasti ketika sebelumnya Nai begitu yakin ia tiba tiba meragu saat sang bunda menyampaikan keraguan terhadap Adnan si calon suami.
" Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disingkat UU Perkawinan). Nah Nai, perjanjian pra nikah itu jelas karena di atur dalam undang undang jadi kamu tidak perlu ragu."
" Baik om. Poin utamanya yakni semua harta milik Arjuna Dewantara adalah Arjuna pemiliknya dan Adnan tidak berhak mengotak atik nya. Yang kedua harta yang dihasilkan setelah menikah baru akan jadi harta bersama. Yang ketiga jika terjadi perselingkuhan makan yang selingkuh harus mengajukan cerai."
Lagi lagi Teo dan Cahyo terkejut dengan tiga hal yang diajukan oleh Naisha. Namun keduanya menghormati keputusan Naisha.
" Apakah bisa langsung om tulis?"
" Iya om. Langsung tulis aja."
Cahyo mengangguk dia pun langsung menulis apa yang dikatakan Naisha. Terlihat dari wajah gadis itu ,bahwa ia tampak begitu gelisah. Cahyo melirik ke arah Teo. Teo pun paham dan mengangguk. Teo sudah dari kecil mengenal Naisha , jadi Teo paham sekali perangaian putri dari bos nya itu. Teo pun beranjak dari duduk nya dan menghampiri Naisha. Ia mengusap lembut kepala gadis yang sudah ia anggap keponakannya sendiri.
" Nai, menuju ke sebuah mahligai pernikahan itu memang ngeri ngeri sedep. Tapi asalkan Nai yakin, semua pasti akan terlewati dengan baik. Om Teo yakin Nai adalah wanita yang kuat dan cerdas jadi Nai bisa melewati semuanya dengan lancar. Minta sama Allaah agar diberi kelancaran dan kemantapan hati. Jika Nai tidak yakin maka semua masih belum terlambat."
Naisha melihat ke arah Teo sejenak. Om nya itu memang luar biasa selalu bisa membuatnya merasa tenang.
" Thankyou om. Om Teo memang selalu yang terbaik."
" Jangan bicara begitu di depan ayah mu. Nanti om bisa di keeek ... Tau sendiri ayahmu itu bapak bapak posesip bin sensitip. "
Naisha tertawa dengan celotehan Teo. Gadis itu kembali merasa tenang. Sedangkan di depan ruangan seorang pria mengepalkan kedua tangannya dengan erat mendengar perkataan Teo.
Tok ... Tok ... Tok....
" Hei sayang ... "
" Oh Ad!"
Adnan masuk kemudian mencium kepala Naisha sebelum duduk. Teo pun seketika langsung menyingkir dari sebelah Naisha. Teo merasa tatapan mata Adnan ada yang lain kepadanya.
Nih bocah ngapa ya, ngelihatin nya begitu.
" Ada apa sayang ngajak aku ketemu? Kan pamali katanya kalau bentar lagi mau nikah ketemu."
Naisha tersenyum lembut pada pria yang akan jadi suaminya dalam beberapa hari lagi itu. Ia pun meraih tangan Adnan dengan lembut.
" Sebentar ya tunggu om Cahyo selesai."
Adnan tersenyum lalu mengangguk.
Treekkk... Tek...tek... Tek...
Suara mesin print terdengar nyaring. Cahyo berdiri lalu mengambil kertas yang sudah selesai diprint tersebut lalu memperlihatkan kepada Naisha dan Adnan untuk dibaca.
" Perjanjian pra nikah, sayang maksudmu apa?"
" Maaf ya Ad kalau ini mendadak. Tapi kita memang harus membuat ini."
Adnan mengambil kertas itu dan membacanya perlahan lahan. Seketika ia tersenyum namun dibawah meja tangan kirinya mengepal erat.
" Owalah ... Ini to. Baik aku juga setuju kok."
" Oooh benarkah. Alhamdulillaah. Aku senang Ad, leganya. Aku pikir kamu akan marah. Oh iya apakah ada hal lain yang ingin kau tambahkan?"
" Tidak aku rasa cukup."
Sialan, wanita ini lebih cerdas dari yang kubayangkan.
TBC
Hai readers, karya baru aku nih. Yang keberapa ya, yang ke 8 kalau tidak salah.
Ramaikan ya, kalau rame tiap hari up nya. Ada yang bisa nebak cerita anaknya siapa? Ya anak nya Juna dan Gendis.
Jangan lupa like dan di subscribe ya.
Terimakasih, Matursuwun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
martina melati
munafik... tangan kiri mengepal, apa artiny? s7... shrsny jika keberatan, diutarakn mumpung blm menikah... hika tidak cinta, jangan membuat ikatan pernikahan.
2024-10-31
0
Nur Bahagia
calon2 parasit nih
2024-10-11
0
komalia komalia
Waah kisah anak nya mas juna
2024-09-13
0