Pagi harinya Nataya terlihat begitu bahagia. Ia menyapa siapapun yang ia temui. Bahkan ia bersenandung kecil. Namun saat berada di depan kamar rawat Rey, dia berhenti sejenak. Nataya mengambil nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan. Ia merasa jantungnya memompa begitu cepat.
Ceklek
" Assalamualaikum, eh papa. Maksud saya Dokter Dika?"
" Waalaikumsalam."
Dika melirik sang putra sekilas. Banyak hal yang akan ia tanyakan kepada putra sulungnya itu. Apalagi semalam putranya itu tidak pulang ke rumah.
Di samping itu, Juna dan Gendis tersenyum melihat kedatangan Nataya. Terlebih mereka sudah mendengar dari Rey kalau keduanya berteman lama.
" Selamat pagi tuan, nyonya."
" Selamat pagi nak, terimakasih sudah merawat Rey nak. Panggil aja bunda sama seperti Rey, bunda dengar kalian sudah lama berteman?"
" Iya benar. Tapi Nataya tidak pernah tahu kalau Rey putra anda berdua."
Juna dan Gendis pun mengangkat sebelah alisnya. Rey yang paham tatapan kedua orang tuanya pun menjelaskan maksud dari sang sahabat. Saat itu Juna tahu bahwa Nataya adalah anak yang baik. Dika sendiri juga tidak pernah tahu bahwa putranya memiliki hubungan yang begitu baik dengan putra dari seorang Arjuna Dewantara.
" Maafkan putra saya Tuan Juna jika ada yang kurang memuaskan dalam memberikan perawatan kepada putra anda."
" Waah Dokter Dika jangan berbicara begitu, saya lihat Dokter Nataya adalah dokter muda yang begitu berbakat. Sepertinya benar benar keahliannya menurun dari anda. Oh iya maafkan saya dokter kemarin saya tidak bisa menghadiri rapat. Sekali lagi minta maaf.'
" Eh, tidak apa apa Tuan Juna. Putri anda sungguh luar biasa. Benar benar seperti anda."
Juna tertawa, akhirnya suasana yang tadinya sedikit kaku mencair juga. Dika sendiri tidak menyangka jika Juna merupakan pribadi yang hangat. Selama ini dia hanya melihat Juna saat menghadiri rapat pemegang saham dan tidak pernah berkesempatan berbicara banyak. Begitu pun sebaliknya, Juna yang hanya mendengar nama besar Dika juga tidak pernah terlibat obrolan langsung dengan dokter tersebut.
Kini di kamar rawat itu tinggal Rey dan Nataya. Kedua orang tua nya tengah pulang sebentar sedangkan Dika tentu saja kembali bekerja.
" Rey, apa kau mengenal baik kakak iparmu?"
" Maksudmu Mas Adnan?"
" Ya siapa lah itu namanya."
Rey terdiam sejenak dan berpikir. Ia sendiri hanya bertemu Adnan 2 kali. Yang pertama saat Nai membawa Adnan ke rumah untuk diperkenalkan, yang kedua saat keduanya bertunangan. Ketika menikah pun Rey tidak datang. Bukan karena kurang ajar atau bagaimana, saat itu dia benar benar tengah ada hal yang tidak bisa ditinggalkan di Korea. Dan, dia juga sudah mengatakan kepada sang kakak bahwa dia tidak bisa menghadiri pernikahan kakak nya.
" Jadi maksud lo, lo nggak kenal baik pria itu?"
" Lebih kurang sih begitu bray. Kenapa emang, kok lo penasaran gitu sama suami Mbak Naisha."
Nataya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung menjelaskan kepada sang sahabat. Terlebih dia sudah berjanji bahwa tidak akan memberitahukan kepada siapapun mengenai kenyataan yang ia tahu mengenai Naisha.
" Eh nggak pa pa, hanya heran aja. Kok lo dirawat dianya nggak nongol."
" Eeh bener juga ya apa yang lo bilang."
" Ya udah kalau gitu, gue cabut ya. Musti ready di depan gerbang IGD. Kalau butuh apa apa lo tinggal pencet itu bel. Pangeran mah dapat pelayanan nomor wahid. Apalagi setelah tahu lo anak Arjuna Dewantara."
" Sialan lo, ini yang nggak gue suka. Ribet jatuhnya. Awas aja tuh yang tabrak lari gue kalau ketemu, doi harus tanggung jawab bikin gue terkenal."
Nataya hanya tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Rey. Sebenarnya dia tahu persis, berada di bawah nama hebat orang tua sedikit membuat mereka tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi memang relate mereka adalah anak anak yang terlahir dari keluarga yang sudah hebat sebelumnya. Mau tidak mau mereka hanya bisa menerima. Namun baik Nataya ataupun Rey mereka tetap memilih jadi pribadi mereka masing masing dan tidak terpengaruh dengan nama hebat orang tua mereka.
Di kediamannya Juna berada di ruang kerja tengah membuka kembali hasil pengamatan dari Wild Eagle. Dia sungguh tak habis pikir mengapa menantunya itu bisa berbuat seperti itu terhadap putrinya. Tangan Juna mengepal erat. Putri yang ia jaga sepenuh hati tiba tiba disakiti oleh seseorang.
" Hal apa yang kulewatkan. Aku merasa tidak pernah membuat kesalahan terhadap keluarga Sasongko."
Juna memutar otaknya, sebelum menerima Adnan menjadi menantunya ia terlebih dahulu sudah menyelidiki keluarga Sasongko, dan semuanya bersih. Mereka tidak punya record yang buruk. Dwi Sasongko adalah pengusaha air mineral yang tidak neko neko dan yang jelas tidak pernah bersinggungan dengan Star Building. Bahkan setiap Juna memiliki acara ia selalu menggunakan produk milik Sasongko.
Juna mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Ia merasa hatinya begitu sakit melihat pengkhianatan pria yang dicintai putrinya itu. Air matanya menetes.
" Maafkan ayah Nai, maafkan ayah yang tidak bisa melindungimu."
Juna kembali mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Wild Eagle kembali.
" Bisakah aku meminta tolong kembali?"
" Tentu saja tuan, apa yang bisa saya bantu?"
" Bisakah kalian menempatkan seseorang yang ahli untuk menjaga putriku? Dan aku minta informasi dari orang yang bernama Dwi Sasongko."
" Yang pertama bisa kami lakukan tuan tapi yang kedua anda harus meminta kepada ahlinya."
" Ooh iya aku lupa. Terimakasih sebelumnya."
" Sama sama tuan."
Juna pun membuka tablet miliknya dan mengunjungi situs orang tersebut. Akhirnya Ia kembali menggunakan jasa orang itu. Tapi untuk kepentingan yang berbeda. Jika dulu ia meminta untuk kepentingan Star Building sekarang ia meminta untuk kepentingan pribadi.
Tak tak tak
Juna menuliskan beberapa permintaannya lalu menekan tanda kirim. Ia yakin orang itu tidak akan lama mengerjakannya.
Ceklek
Pintu ruang kerja Juna dibuka oleh Gendis. Mengapa ia bisa tahu, karena hanya Gendis yang berani membukanya bahkan Nai dan Rey pun tidak berani melakukan itu.
" Sayang, apa yang kamu kerjakan?"
" Kemarilah."
Gendis berjalan mendekat, dan tanpa aba aba Juna sudah menarik tangan Gendis di pangkuannya. Ia membelai lembut wajah sang istri lalu menatap mata istrinya itu.
" Sayang, apa kau akan marah padaku jika terjadi sesuatu terhadap putrimu."
" Maksud Mas Juna apa?"
" Lupakan, maafkan aku."
Gendis tidak tahu apa yang diucapkan oleh sang suami. Tapi dari tatapan mata Juna ia bisa menangkap sebuah pancaran ketakutan dan kekecewaan. Sungguh ia tidak pernah melihat suaminya seperti itu.
Cup
Gendis mengecup bibir Juna sekilas membuat pria itu terkejut.
" Sayang pagi pagi begini kau menggodaku?"
" Hishh, siapa juga yang menggodamu. Aku ha~"
Kalimat Gendis tertahan, Juna lebih dulu membungkam mulut istrinya dengan ciuman lembut miliknya. Pria itu melu*m*t mulut sang istri. Ciuman itu lambat laun merembet kemana mana. Juna benar benar mencurahkan kekhawatirannya dengan mereguk kenikmatan bersama sang istri.
Mereka melakukan penyatuannya di sofa ruang kerja milik Juna. Gendis hanya bisa pasrah terhadap perlakuan suaminya.
" Mas kau ini benar benar."
" Benar benar apa, benar benar nikmat bukan."
" Haish kau ini sudah tua juga masih begitu mesum."
" Hei tua itu hanya sebatas jumlah umur sayang, dia yang dibawah itu masih kuat berdiri lama. Kau sudah membuktikannya sendiri."
Gendis mencubit perut sang suami. Meskipun sudah berkepala lima Juna memang masih begitu bertenaga. Tampilannya pun terlihat semakin matang. Jika boleh dibilang semakin tua semakin menawan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
nandayue
traveling judulnya..🤣🤣🤣
2023-03-09
1
Asahel Rachel
kaiiii
2023-03-09
0
STARLA my journey
lanjutkan perjuangan nataya ....jd suami yg bisa diandalkan he ge
2023-03-08
0