Naisha dari tadi mondar mandir tidak jelas menunggui kemana sang adik pergi. Jam menunjukkan pukul 4 sore. Sudah sejak jam makan siang tadi Rey keluar dari star Building dan belum juga kelihatan batang hidungnya lagi.
" Kak, sudahlah. Mungkin hyung lagi jalan jalan sebentar atau ke suatu tempat."
"Airin, kamu sebenarnya sekpri nya siapa? Aku apa Rey. Heran aku, kalau ada Rey kamu selalu memihak padanya. "
" Wohooo kita kan cs kak. Begini kita."
Airin menautkan kedua jari telunjuknya mengisyaratkan bahwa hubungannya dengan adik sang bos adalah kawan dekat dan erat. Nai hanya membuang nafasnya dengan kasar. Ia pun memilih untuk segera pulang ke rumah.
Nai pulang menuju rumahnya bersama dengan Adnan. Tempat megah nan mewah yang mempunyai sebutan rumah itu tak ayalnya hanya sebuah tempat persinggahan. Di rumah itu tidak ada kehangatan keluarga atau apapun hal yang selayaknya dilakukan setiap penghuni rumah.
" Loh kak mau kemana?" teriak Airin.
" Pulang! Capek," jawab Nai singkat.
Airin hanya pasrah melihat sang bos pulang lebih dulu. Ia pun kembali ke ruangannya dan melanjutkan apa pekerjaannya yang masih belum terselesaikan.
Nai yang sudah berada di dalam mobil terlihat bersungut sungut karena kesal. Pak Jo bisa melihat Nai dari kaca spion mobil, dan pada akhirnya pria paruh baya itu tak tahan juga bertanya. Tanpa titik koma, Nai menceritakan kekesalannya kepada sang supir pribadi mengenai kelakuan Rey. Adik satu satu nya itu baru saja kembali ke tanah air sudah membuat kepalanya pusing. Pergi keluar tanpa pamit dan tidak kunjung kembali. Terlebih pemuda itu mematikan ponselnya sehingga Nai tidak bisa menghubunginya.
" Sabar non, kan udah paham seperti apa Den Rey."
" Iya sih Pak, tapi tetep aja kesel."
Pak jo hanya tersenyum sekilas. Kedatangan tuan mudanya rupanya bisa membuat sang nona lebih ekspresif.
Keadaan jalanan yang macet membuat Nai sampai di rumah mepet sekali magrib. Wanita itu langsung berlari masuk ke rumah saat mobilnya terparkir sempurna di halaman.
" Non pelan pelan, ngeri jatuh."
Pak Jo memperingatkan Nai, pasalnya Nai saat ini mengenakan sepatu berhak 7 cm. Pak Jo sungguh ngeri melihat Nai yang berlari terburu masuk ke rumah.
Naisha melirik sekilas, ternyata Adnan sudah pulang. Pria itu tengah duduk santai menikmati kopinya sambil melihat televisi.
Tumben udah pulang, dan sendirian lagi.
Nai bergumam pelan namun dia acuh. Ia kembali berjalan cepat menuju kamarnya untuk mandi dan menjalankan kewajiban 3 rakaat.
Setelah selesai, Nai berjalan keluar untuk makan malam. Tampak Adnan juga sudah duduk di ruang makan. Nai mengerutkan alisnya, selama hidup bersama di rumah ini baru kali pertama ini pria itu duduk untuk makan malam bersamanya.
Ada apa sebenarnya, apa yang direncanakan oleh pria ini.
Nai merasa ada yang aneh dengan Adnan. Tidak biasanya pria itu bersikap seperti itu. Nai pun memasang kewaspadaan yang tinggi saat ini. Ia kemudian duduk dan mengambil makanan yang sudah tersaji. Nai makan dengan perlahan hingga apa yang diambilnya bersih tanpa sisa. Namun pria di sampingnya itu tidak tampak mengambil apapun. Di hanya diam dna terlihat sedang berpikir.
Lagi lagi Nai acuh. Ia pun berdiri hendak kembali ke kamar. Namun langkahnya terhenti saat Adnan memanggil namanya.
" Nai … "
Nai mengambil nafasnya dalam dalam dan membuang perlahan. Ia memejamkan matanya untuk menahan gejolak di hatinya. Cara Adnan memanggilnya sama persis saat mereka masih pacaran. Lembut, manis dan terasa menggetarkan hati. Namun kali ini Naisha lebih ke hati hati, ia merasa ada siasat dalam panggilan itu.
" Ada apa, mengapa memanggilku?" tanya Nai ketus.
" Bisa kita bicara?" sahut Adnan.
Nai hanya mengangguk dan berjalan menuju ke ruang keluarga. Ia pun duduk di sofa dengan tenang.
" Cepat katakan, apa yang ingin kau bicarakan."
Adnan menghela nafasnya berat. Ia menampilkan wajah yang begitu sendu. Bukannya bersimpati, Nai malah mengerutkan kedua alisnya.
" Nai, aku minta maaf. Bisakah kita kembali bersama. Aku ingin memperbaiki hubungan kita seperti dulu lagi. Mari membina rumah tangga yang bahagia. A-aku berjanji akan jadi suami yang baik untukmu Nai."
Naisha sungguh terkejut dengan kata kata manis yang terucap dari bibir Adnan. Namun ketika ia tersenyum sinis, ia yakin Adnan tengah merencanakan sesuatu.
" Apakah kau serius Ad? Apakah kau benar benar akan jadi suami yang baik? A-aku … apakah kau akan meninggalkan wanita itu untuk hidup bersamaku selamanya," ucap Nai dibuat semanis mungkin.
" Iya, iya aku janji Nai. Aku berjanji," jawab Adnan dengan mata berbinar dan menganggukkan kepalanya dengan cepat. Pria itu sungguh lega ternyata tidak sesulit itu meminta Nai kembali. Namun sedetik kemudian Adnan dibuat kaget dengan tawa keras Naisha.
" Ha ha ha, lucu. Kau sungguh lucu Ad. Hahahha, siapa juga yang sudi kembali padamu. Hei jangan beranggapan kamu adalah pria satu satunya di bumi ini. Sehingga dengan mudah aku menerima kembali pria yang sudah menolakku. Asal kau tahu Ad aku tidak sudi kembali padamu. Jangan beranggapan cintaku padamu seluas samudra hingga aku akan menerima dan memaafkan kembali pria yang telah menyakitiku. Aku bukanlah wanita bodoh!"
Nai beranjak dari duduknya. Ia masuk ke kamar dan keluar lagi dengan memakai jaketnya. Ia meminta kunci mobil pada pak Jo dan pergi keluar rumah.
Adnan masih termangu di tempatnya. Ia hanya melihat Nai yang keluar dari rumah dengan tatapan pias. Ia kehabisan ide saat ini untuk bisa membuat Nai mau kembali padanya.
" Argh!!! Apa yang harus kulakukan agar dia mau kembali padaku dan mengandung anakku!!"
Adnan berteriak frustasi sambil terus berpikir bagaimana mewujudkan keinginan sang papa. Hingga sebuah ide gila muncul di kepalanya.
" Sepertinya aku harus melakukan itu, ya. Itu adalah cara terbaik untuk mengikatnya di sampingku. Tunggu Nai, aku yakin setelah ini kau tidak akan bisa lari dari sisi ku."
Adnan menyeringai, rencana yang ada di kepalanya begitu sempurna dan tentu saja dia yakin akan berhasil.
Nai yang mengemudikan mobilnya sendiri hanya berputar putar tidak jelas. Dia memang tidak punya tujuan saat ini. Yang dia butuh adalah bernafas di udara yang berbeda dari pria brengsek itu.
Akhirnya wanita itu memarkirkan mobilnya di samping taman. Ia lalu turun dari mobil dan duduk di bangku taman. Nai kembali mengingat masa kecilnya. Taman itu adalah tamna dimana ayah dan bunda nya selalu membawa Nai dan Rey berjalan jalan saat masih kecil.
Nai tersenyum kecil. Ia bergumam, " Andai bisa kembali lagi menjadi kecil pasti akan sangat menyenangkan. Dulu saat kecil ingin buru buru menjadi dewasa. Kini ketika dewasa sungguh aku merindukan masa kecil itu."
Nai kembali tersenyum, ia tidak sadar jika sedari tadi dirinya tengah diawasi oleh seseorang.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Miss Typo
mungkin Nataya yg sedang mengawasi Nai 🤔
apapun rencana Adnan semoga gagal
2024-03-21
0
Ernadina 86
najis
2023-11-21
0
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝓴𝓮𝓷𝓪𝓹𝓪 𝓝𝓪𝓲 𝓰𝓪𝓴 𝓹𝓲𝓷𝓭𝓪𝓱 𝓪𝓳𝓪 𝓻𝓾𝓶𝓪𝓱 𝓷𝔂𝓪 𝔀𝓪𝓵𝓪𝓾 𝓰𝓪𝓴 𝓫𝓪𝓵𝓲𝓴 𝓴𝓮 𝓻𝓾𝓶𝓪𝓱 𝓸𝓻𝓽𝓾 𝓷𝔂𝓪 𝔂𝓪 𝓴𝓮 𝓪𝓹𝓪𝓻𝓽𝓮𝓶𝓮𝓷 𝓴𝓪𝓷 𝓫𝓲𝓼𝓪 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-03-06
1