Di kediamannya yang mewah namun sepi Adnan terlihat uring uringan dan gelisah. Berkali kali ia melihat jam di dinding dan memeriksa ke depan rumah namun Nai tak kunjung kelihatan.
" Sudah jam 12 malam, kemana dia pergi?"
Adnan mencoba mengambil ponselnya untuk menghubungi Naisha. Tapi sia sia, ponsel Naisha tidak aktif atau bahkan dimatikan. Ingin rasanya Adnan melempar ponselnya tapi dia urung.
" Brengsek, kemana wanita itu pergi?"
Tadi Adnan sempat menanyakan keberadaan Naisha kepada Pak Jo. Tapi Pak Jo tidak tahu dimana Nai berada. Seharian ini bahkan Pak Jo tidak melihat Nai karena Nai mengemudikan mobilnya sendiri.
Kring
Suara ponsel yang digenggam Adnan berbunyi. Ia segera melihatnya namun sial bukan Naisha yang menghubunginya. Dengan enggan Adnan mengangkat panggilan orang tersebut.
" Sayang, kok lama?"
" Maaf. Apakah kamu sudah sampai? Bukankah disana sekarang jam 2 malam?"
" Aku merindukanmu Ad. Kapan kau akan menyusulku, hmmm?"
" Tunggu ya pekerjaanku masih banyak. Tidurlah aku harus melanjutkan pekerjaanku agar bisa segera menyusulmu."
Akhirnya Bellia mau mengakhiri panggilan teleponnya. Entah mengapa Adnan sungguh malas berbicara dengan Bellia.
" Harus ku apakan wanita itu. Apa aku harus menyingkirkan dia? Haish, entah mengapa aku mulai bosan dengan Bellia. Sikapnya yang kelewat manja membuat ku lama lama muak. Sungguh sangat jauh dengan Naisha."
Adnan menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Kali ini pikirannya dipenuhi dengan Naisha. Bayangan Naisha memakai baju haram saat malam pertama mereka kini menari nari di pelupuk mata Adnan.
" Shiiiiiit, sialan mengapa malah mengingat waktu itu. Sial dia sungguh sangat seksi. Bodoh bodoh bodoh, mengapa waktu itu aku menolaknya. Arghhh bangsat!!!"
Adnan meremas rambutnya dengan erat. Ia merutuki kebodohannya saat menolak sang istri saat itu.
" Tidak, aku tidak boleh melepaskan Naisha. Aku harus mendapatkannya kembali."
Di rumah sakit, Niasha tengah menyelinap pergi ke luar dari kamar rawat Rey. Ia berjalan mengendap endap agar kedua orang tuanya tidak terbangun. Tanpa Nai sadari Juna, sang ayah belum tidur juga.
Tapi Juna membiarkan putrinya itu keluar. Dia membuang nafasnya kasar. Tidak terasa air matanya luruh juga. Dada Juna sungguh terasa sesak.
Ya, tadi dia baru mendapatkan laporan mengenai apa yang terjadi kepada rumah tangga putrinya. Rasanya ingin sekali malam itu juga Juna melampiaskan amarahnya kepada Adnan. Tapi mengingat sang putri ia harus bisa menahannya dulu. Ia ingin tahu bagaimana putrinya itu menyelesaikan masalahnya.
Naisha berjalan ke rooftop rumah sakit dan duduk di sana. Pandangannya menelisik ke arah depan. Melihat gedung gedung tinggi pencakar langit kota J yang dihiasi lampu lampu malam.
Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Rupanya di sana angin berhembus lebih kencang sehingga hawa dingin tidak terelakkan.
Namun Naisha terkejut saat tiba tiba sebuah jaket mendarat di punggungnya.
" Mengapa noona malam malam begini berkeliaran sendirian?"
Naisha hendak melepaskan jaket tersebut namun dihalangi oleh Nataya.
" Pakailah noona, kamu terlihat begitu kedinginan."
" Terimakasih."
Benar saja Nai sedikit kedinginan malam itu. Ia mengeratkan jaket milik Nataya. Pria itu tersenyum tidak sia sia dia tadi memantau kamar sang sahabat. Saat mengetahui kakak dari sahabatnya itu keluar kamar ia pun segera mengikuti dengan jarak aman.
" Apa yang sedang noona pikirkan? Apakah tentang suami noona?"
" Huft, sebenarnya aku sudah bercerai."
Nataya membelalakkan matanya. Ia sungguh terkejut dengan ucapan Naisha. Tapi ada sedikit rasa senang di hatinya.
Yes, tapi dosa nggak sih gue bahagia diatas penderitaan orang lain.
Nataya bermonolog, tapi ia kemudian menatap wajah Naisha yang menghadap lurus ke depan itu.
" Maksud noona bercerai bagaimana? Mengapa noona masih tinggal satu rumah jika sudah bercerai?"
" Adnan sudah menjatuhkan talak padaku. Aku yang minta. Tapi aku belum mengajukan gugatan ke pengadilan, ada hal yang harus ditemukan terlebih dahulu."
Nataya mengerutkan keningnya. Ia masih tidak mengerti. Sedangkan Naisha, entah mengapa dia malah bercerita kepada dokter muda itu. Ia sendiri merasa aneh dengan dirinya. Keberadaan Nataya membuat Naisha merasa sedikit lega. Terlebih setelah ia mengatakan apa yang di sembunyikan dari semua orang termasuk ayah dan bundanya.
" Jika memang noona dan pria itu sudah tidak ada hubungan, lebih baik noona segera keluar dari rumah itu. Kalian saat ini haram berada di bawah atap yang sama."
Naisha mengangguk mendengarkan setiap kata demi kata Nataya. Ia sendiri sedang berpikir tentang hal itu. Nampaknya besok dia akan keluar dari rumah Adnan. Biarlah rumah tersebut ditempati pria brengsek itu dengan kekasihnya.
" Sepertinya ucapan Dokter Nataya benar. Aku harus keluar dari rumah."
" Jangan panggil dokter saat kita berdua noona, panggil saja nama ku. Oh iya, apa noona mau tinggal di rumah ku?"
Naisha memicingkan sebelah matanya. Mencoba mencerna apa yang dikatakan pria tinggi dan tampan di depannya. Garis wajahnya benar benar sempurna. Hidung mancung, kulit putih, mata tidak besar tapi juga tidak sipit dan bibir tipis, ditambah terkena cahaya lampu malam membuat wajah dokter muda itu begitu memesona.
Sesaat Nai tertegun melihat wajah Nataya. Selama ini dia tidak terlalu memperhatikan wajah tampan pria itu. Menyadari dirinya diperhatikan, Nataya pun tersenyum kecil. Muncul ide untuk menjahili wanita di depannya.
" Apakah aku sangat tampan?"
Naisha langsung memalingkan wajahnya. Ia merutuki apa yang sudah ia lakukan.
Sial, ngapain sih ngeliatin ini bocah.
Nataya terkekeh geli melihat Naisha yang salah tingkah.
" Tenang noona aku memang tampan, tapi sungguh ketampananku ini hanya untuk noona kalau noona mau?"
" Maksudmu?"
" Hahaha, noona akan tahu maksudku nanti. Oh iya gimana, apakah mau pindah ke rumahku? Jangan banyak berpikir. Rumah ini bukan rumahku bersama mama papa ku, ini rumah pribadi ku. Sesekali aku pulang ke sana. Daripada apartemen aku lebih suka memiliki rumah."
Naisha berpikir sesaat. Jika dia memang menginginkan bisa segera keluar dari rumah itu, sepertinya tawaran Nataya memang bagus.
" Apakah tidak apa apa aku sementara tinggal di rumahmu?"
" Tentu tidak apa apa, aku malah seneng."
" Maksudnya?"
" Eeeh, ya seneng jadi rumahku ada yang merawat gitu."
" Tapi aku tidak akan lama tinggal di rumahmu Nat."
" Tidak masalah."
Akan ku buat kau tinggal lebih lama di rumahku noona. Jika perlu selamanya kau akan tinggal di sana bersama ku hahahah.
Nataya tertawa memikirkan tujuannya itu. Entah mengapa ia benar benar seperti mendapat durian runtuh malam ini. Ia sungguh merasa tidak sia sia menginap di rumah sakit meskipun bukan jadwalnya jaga malam.
Naisha yang melihat tingkah aneh Nataya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia sungguh heran dengan kelakuan absurd dokter muda yang duduk di sampingnya itu.
Juna yang berada jauh di belakang akhirnya urung untuk menemui sang putri. Terlebih saat melihat putra dari Dokter Dika itu berada di sana. Hanya ada satu pertanyaan yang terlontar dari bibir pria paruh baya itu, " Ada hubungan apa Naisha sama putra dari Dokter Dika?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Miss Typo
kocak Nataya 😁
2024-03-21
0
Bunga Ros
mbokya pulang ke teh org tuan waeto ngapain mejeng rmh cowok nanti di tuduh kumpul kebohongan hak mau
2024-02-06
0
Juragan Jengqol
sama2 haram, dodol... 🤣🤣🤣
2023-12-30
0