Pagi itu suasana rumah sakit sedikit berbeda. Ember bocor yang biasanya sudah ramai menyapa setiap orang, entah mengapa pagi ini begitu diam, mulutnya pun tertutup rapat. Bahkan air setetes pun tidak keluar dari sana.
Nataya benar benar merasa moodnya sedang sangat jelek. Bolak balik dia menghela nafasnya kasar. Dika yang melihat sang putra bersikap seperti itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan.
" Emang gitu ya kalau jatuh cinta terus patah hati. Perasaan aku nggak gitu gitu amat."
Dika bergumam pelan. Bagaimana dia bisa merasakan apa yang putranya rasakan bila dia hanya sekali jatuh cinta dan itu dengan Silvya sang istri.
" Dokter Nataya, ikut saya visit ke ruangan pasien."
Ucapan Dika membuat Nataya sungguh terkejut. Tanpa banyak bertanya ia pun mengangguk dan mengekor sang papa mengunjungi pasien pasiennya.
" Jangan membawa perasaan pribadi dalam pekerjaan. Profesional lah dokter."
" Baik dok, maafkan saya."
Nataya berusaha menguasai hatinya. Ia mengambil nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan. Nataya pun kembali menarik bibirnya tersenyum dan ceria seperti sebelumnya. Ia menegaskan dalam hatinya untuk tidak mengharap wanita yang sudah bersuami.
Jam makan siang Nata menuju ke kantin rumah sakit. Namun dia berhenti saat seseorang merangkulnya dari belakang.
" Whats up bro?"
" Bangsat, kau rupanya."
Nataya memukul orang yang merangkulnya itu. Mereka berdua pun tertawa bersama. Nata menarik orang tersebut lalu membawanya ke kantin untuk makan bersama.
" Kau sungguh terlalu Nat. Masa iya temen jauh jauh datang dari Korea cuma diajak makan di kantin."
" Oh ayolah Rey, kau tahu betul aku sangat sibuk di rumah sakit. Masih beruntung perutku ini kena nasi tau nggak."
Rey tertawa terbahak, namun seketika mulut pria itu disumpal dengan sebuah kue onde onde oleh Nataya. Ya, Rey ternyata adalah sahabat baik Nataya. Namun selama ini Nata tidak pernah tahu kalau Rey adalah anak kedua dari Arjuna Dewantara. Hal tersebut terjadi karena Rey selalu mengenalkan dirinya kepada teman temannya tanpa embel embel Dewantara. Rey juga sangat jarang muncul di acara acara perusahaan. Jadi banyak yang tidak mengenal adik dari Naisha tersebut, hanya segelintir orang dan karyawan Star Building lah yang mengetahui siapa Rey Ganesh Dewantara.
" Ngapain lo pulang bro? Bukannya udah nyaman tinggal di negara gingseng itu."
" Haish, disuruh sama bokap buat pulang. Suruh bantu bantu kakak gue ngurus perusahaan."
" Bagus lah dari pada lo keliling keliling nggak jelas di LN. Mending lo pulang."
" Bangsat, omongan lo udah kayak orang tua aje Nat."
Keduanya kembali tertawa bersama. Umpatan umpatan tersebut biasa mereka lontarkan satu sama lain. Bukan karena tidak sopan tapi begitulah cara mereka saling mengungkapkan rasa sayang satu sama lain kepada sang sahabat. Meskipun jarang bertemu Nata dan Rey sering menghubungi melalui surel atau pun berkirim pesan. Intinya mereka selalu berkomunikasi.
" Nat, kapan lo free?"
" Kapan ya, entar gue lihat deh jadwal gue yak. Sekarang lo mau kemana setelah ini."
" Mau pulang gue, pusing dari pagi sampe siang ngeliatin kertas kertas mulu."
Nata mengangguk, ia pun mengantarkan sang sahabat hingga ke depan gedung rumah sakit. Rey akhirnya melenggang pergi. Nata sedikit heran sahabatnya itu pergi menaiki ojek online. Ia hanya menggeleng pelan.
Berbicara dengan Rey rupanya membuat mood nya semakin baik. Nata pun sudah bisa kembali tersenyum lebar. Seorang perawat menghampiri Nataya dan menyapa nya lembut.
" Siang dokter, sepertinya sudah kembali bersemangat."
" Eh perawat Dinar. Ia alhamdulillah sudah bisa kembali menyapa semua orang dengan senyuman super gantengku ini. Ya sudah saya kembali dulu ke ruangan. Mari."
Nataya tersenyum lalu berjalan menuju ruangan dokter berada. Tanpa dia tahu senyuman itu membuat seorang gadis begitu gugup dan merona. Perawat yang bernama Dinar itu sudah lama menaruh hati kepada Nata sejak dokter muda berbakat itu masuk ke rumah sakit sebagai dokter residen.
3 tahun memendam rasanya tidak kunjung membuat Dinar berani mengungkapkannya. Beberapa rekannya menyuruhnya untuk confes ke dokter Nata namun Dinar terlalu minder. Dia takut ditolak.
" Mending kamu ditolak daripada nyimpen rasa suka mu sendiri. Kalau udah diungkapin kan lega, soal ditolak itu urusan nanti."
Tapi tetap saja sekuat tenaga ia menyakinkan diri untuk berani confes ke dokter muda tersebut, nyalinya akan kembali menciut saat berhadapan langsung dengan Nata.
" Huft, mungkin aku hanya ditakdirkan mengagumi tanpa harus bisa memiliki."
Dinar tersenyum kecut. Ia pun kembali ke ruangannya membawa rasa di hati yang tak kunjung tersampaikan.
🍀🍀🍀
Adnan masih kebingungan bagaimana harus menjelaskan kepada papa nya kalau dia sudah menalak Naisha. Di sisi lain dia juga tidak mungkin meminta Naisha untuk kembali.
Adnan mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia benar benar kebingungan. Ia kemudian membuka media sosial. Pria itu melirik situs resmi Star Building. Disana terpajang beberapa hasil jepretan kamera fotografer saat pernikahan mereka berlangsung.
Nai sungguh cantik dengan kebaya putih dan make up adat jawa yang dipilihnya. Sedangkan untuk resepsi Nai tambah cantik lagi dengan gaun putih panjang sederhana namun elegan. Wanita itu memegang buket mawar aneka warna. Adnan tersenyum melihat wanita yang pernah jadi istrinya selama beberapa hari itu. Jika dilihat dengan seksama, Nai lebih cantik dari pada Bellia. Wajah Nai yang putih bersih dengan hidung kecil dan mancung serta pipi sedikit chubby terlihat seperti pemeran wanita korea yang berperan sebagai wanita kuat yang mampu mengangkat bus. Namun Nai sedikit lebih tinggi, ia memiliki tinggi badan sekitar 165 cm.
Adnan mencoba mengingat momen momen pernikahannya tersebut hingga ke momen saat malam pertama mereka. Ada rasa sesal dalam diri Adnan. Kenapa malam itu ia tidak menyentuh Naisha? Mereka sah secara agama dan negara. Tubuh Nai waktu itu adalah miliknya sepenuhnya. Ia pun memukul mukul kepalanya sendiri dengan tangan.
" Sial sial, ngapain sih waktu itu aku harus nolak dia. Shiiit, sekarang jadi susah sendiri. Mana udah jatuhin talak lagi."
" Siapa yang sudah dijatuhi talak Ad?"
Suara Dwi yang menggelegar di ruangan sunyi itu membuat Adnan sangat kaget. Ia bahkan sampai menjatuhkan ponselnya ke lantai. Beruntung ponselnya tidak rusak.
" Pa … kok papa disini?"
" Memangnya papa tidak boleh mengunjungi perusahaan papa."
" Bu-bukan begitu pa, hannya saja~"
Kalimat Adnan menggantung karena Dwi lebih dulu memotong untuk menanyakan ucapan yang keluar dari mulut Adnan sebelumnya.
" A-aku hanya salah ngomong pa,"
" Meskipun papa sudah tua tapi papa belum budek Ad. Papa denger ya tadi kamu ngucapin talak?"
" I-itu pa. I-tu sebenarnya Adnan sudah, sudah menjatuhkan talak kepada Nai."
" Apa kamu bilang!!"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Ernadina 86
Do Bong Sun
2023-11-21
0
Deshanita S
berlian di buang demi sampah
2023-11-05
0
ayu nuraini maulina
itulah goblok nya kmu Adnan membuang berlian demi batu kali
2023-09-27
0