Gerak gerik Nai di taman itu ternyata diperhatikan oleh seseorang. Sejak ia turun dari mobil orang itu terus memperhatikan Nai. Tapi Nai tidak sadar akan hal itu. Nai baru merasa ada yang aneh saat ia melihat sekeliling.
Biasanya taman tersebut ramai dengan banyaknya pedagang di sekelilingnya. Tapi kali ini benar benar sepi. Hanya segelintir orang saja. Itu pun mereka hanya melintas.
Nai mulai mengeratkan jaketnya, bulu kuduknya tiba tiba berdiri. Bukan takut akan hantu, tapi Nai lebih takut terhadap manusia. Ia jadi sedikit parno, apalagi sekarang banyak berita berita mengenai kejahatan manusia terhadap manusia yang lain.
Naisha baru merasa ada seseorang yang mengawasinya. Nai pun segera bangkit dari duduknya dan berjalan cepat menuju mobil. Tapi rupanya orang itu muncul dan mengejarnya. Nai pun tidak bisa memasuki mobilnya. Ia kepalang takut dan akhirnya memilih lari. Nai lari sekuat tenaga dan berusaha meminta tolong namun sial tidak ada seorang pun di sana karena tempat itu baru saja diguyur hujan deras jadi memang begitu sepi.
Bruk, Nai jatuh tersungkur. Bukan karena tersandung macam di serial tivi tapi ia sudah tidak sanggup untuk berlari Nai merutuki dirinya sendiri yang jarang sekali berolahraga.
" Mau kemana cantik."
Pria asing itu mendekat. Nai berusaha untuk bangkit. Ia kembali berlari pria tersebut malah tertawa. Wajahnya tidak terlihat karena dia mengenakan helem fullface.
" Jangan lari aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin kau melihat ini. Lihatlah."
Pria itu membuka resleting celananya dan memperlihatkan bagian pribadinya.
"Aaaaaa!!!"
Terang saja Naisha berteriak lalu menutup matanya dengan kedua tangan. Pria itu semakin tertawa lebar sambil terus menggerak nggerakkan miliknya. Nai semakin ketakutan. Hingga ia tak lagi mendengar tawa pria itu. Yang ia dengar kini hanya suara pukulan dan teriakan kesakitan.
Bugh
Bugh
" Akhh!!! Sakit sakit ampun!"
" Pergi kalau kulihat lagi kau begitu kubawa kau ke rumah sakit jiwa."
Nai menajamkan telinganya. Ia merasa mengenal suara itu tapi Nai belum berani membuka matanya. Ia sungguh masih sangat takut.
" Noona orangnya sudah pergi."
" Dokter Nataya?"
Nai membuka matanya perlahan. Ada rasa lega yang luar biasa dalam dadanya.
" Apa noona tidak apa apa?"
" A-aku tidak apa apa. Terimakasih dokter. Tapi tadi itu apa dokter sungguh menakutkan."
" Itu adalah Eksibisionis."
Nai mengerutkan keningnya. Ia masih belum mengerti ucapan Nataya. Nataya yang paham pun membawa Nai untuk berjalan dan kembali duduk dulu agar bisa menetralkan keterkejutan wanita yang di depannya itu.
Nata melirik sekilas. Tampak kaki Nai berdarah. Mungkin karena jatuh tadi. Ya Nata melihat saat Nai dikejar si pria tak dikenal ketika ia hendak pulang dari rumah sakit menuju ke rumahnya. Ia pun langsung memarkirkan motornya dan berlari menyusul Naisha. Nata sungguh khawatir saat melihat Naisha dikejar orang tersebut.
Nata berjongkok di depan Naisha lalu membuka tasnya dan mengambil plaster. Nata pun membersihkan luka tersebut terlebih dahulu dan baru menempel platersnya.
Deg
Tiba tiba Naisha merasa jantungnya berdetak lebih kencang saat menerima perlakuan manis dari Nata. Padahal mereka baru dua kali bertemu. Naisha kemudian kembali bertanya untuk mengurangi kegugupannya.
" Tadi itu maksudnya apa ya dok."
" Ooh eksibisionis? Menurut para ahli kejiwaan menggolongkan ekshibisionisme sebagai tipe kelainan seksual yang disebut parafilia. Yakni kepuasan memperlihatkan kemalu*nnya terhadap banyak orang. Itu juga merupakan penyimpangan perilaku s*ksual."
" Astagfirullaah."
Nai sungguh terkejut. Sungguh penyakit jiwa orang jaman sekarang begitu bermacam macam. Ia merutuki dirinya sendiri yang keluar malam dan duduk sendirian di taman.
B*go juga sih aku. Ngapain juga pergi dari rumah gara gara pria brengsek itu.
Nataya melihat wajah Naisha secara seksama. Cantik, kata itulah yang muncul dari bibirnya meskipun snagat lirih. Bahkan tanpa memakai make up wanita yang di depannya itu terlihat sangat cantik.
Nata langsung memalingkan wajahnya dan beristighfar di dalam hati.
Inget Nat, doi bini orang. Ya Allaah usirlah setan setan yang ada di kepalaku ini.
Naisha bergidik mengingat kejadian tadi. Ia sungguh tidak menyangka akan mendapat kejadian seperti itu. Sedangkan Nataya, ia memicingkan sebelah matanya. Dalam benak pemuda itu bertanya, mengapa wanita yang sudah bersuami ini berkeliaran sendiri malam malam. Ingin bertanya langsung namun ia ragu. Tapi jika tidak bertanya Nata penasaran setengah hidup.
" Noona, maaf jika aku lancang. Kok noona malam malam di sini sendirian. Suami noona mana?"
Terkejut, Naisha sungguh terkejut dengan pertanyaan Nataya. Ia pun sedikit memutar otaknya untuk mencari alasan.
" Ooh itu, tadi apa. Ehmm mau beli martabak ya. Pengen beli martabak jadi keluar sendiri."
" Kok bukan suaminya yang pergi beli?"
" Kasian dia sudah capek."
Nataya mengangguk mencoba untuk percaya walau ia sebenarnya tidak percaya sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Nai. Nataya merasa ada yang tidak beres. Ia pun mencoba untuk menggunakan cara lain untuk menguatkan praduganya.
" Noona, mari kuantar sampai di tukang martabak."
" Ti-tidak usah terimakasih. Aku sudah tidak ingin. Aku akan kembali ke rumah saja. Takut suamiku menunggu."
Deg, entah mengapa mendengar mulut Nai mengucapkan kata suamiku membuat hati Nataya semakin teriris. Ia sendiri tidak mengerti bisa bisa nya hatinya jatuh sejatuhnya kepada Naisha. Biarlah dikata lebay tapi sungguh hati orang siapa yang tahu.
Nataya tersenyum kecut. Ia mengambil nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan.
" Baiklah mari, aku akan mengantar noona sampai ke rumah."
Tadinya Nai ingin menolak. Namun mengingat kejadian tadi ia pun mengangguk menyetujui usul Nataya.
" Terimakasih dokter. Sudah sangat banyak membantu saya malam ini. Jika bukan karena pertolongan dokter, entah bagaimana saya tadi."
" Tidak perlu sungkan noona. Sesama manusia bukankah kita berkewajiban untuk saling membantu?"
Naisha mengangguk menanggapi ucapan Nataya. Keduanya pun beranjak dari duduknya dan menuju kendaraan masing masing. Nataya akan mengiringi mobil Naisha menggunakan motornya.
Rupanya kesukaan naik motor dari sang papa menurun kepadanya. Dulu Dika juga lebih memilih menaiki motor saat bekerja ke rumah sakit. Katanya lebih cepat untuk sampai. Lebih lebih jika ada keadaan darurat.
Setelah berkendara selama 30 menit, Naisha pun memasuki kawasan perumahan elit milik DCC resident. Nataya tentu tidak terkejut mengingat Nai merupakan bagian dari keluarga Dewantara. Ia pun mengikuti mobil Nai hingga berbelok ke pekarangan rumah.
Naisha menghentikan mobilnya lalu turun untuk kembali mengucapkan terimakasih.
" Sekali lagi terimakasih dokter."
" Sama sama Noona."
Nataya tersenyum dan Naisha pun kembali ke dalam mobilnya lalu melajukan hingga ke depan rumah.
Rupanya pemuda 22 tahun itu tidak langsung pergi. Ia melihat Naisha hingga memasuki rumahnya.
Haaaah, kembali Nataya membuang nafasnya dengan kasar. Ia pun menyalakan mesin motornya lalu berbalik. Namun seketika ia kembali mematikan mesin motornya saat melihat sesuatu yang sangat aneh disana.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Salwa Antya
ayo dokter kejar naysa
2024-04-09
0
Miss Typo
astagfirullah ada orang yg stres
2024-03-21
0
Ernadina 86
ih orang gila
2023-11-21
0