Pagi pagi sekali Nai sudah pergi dari rumahnya. Ia sungguh tidak ingin bertemu dengan Adnan. Sejenak ia ingin pergi dari rumah itu namun kembali lagi ia masih memikirkan perasaan kedua orang tuanya. Kelihatannya sungguh klise dan bodoh, tapi Nai sungguh ingin menjaga hati ayah dan bunda nya sampai waktunya tiba ia bisa mengatakan semua yang terjadi di rumah tangganya.
Padahal tanpa Nai ketahui saat ini Juna sang ayah tengah meminta bantuan orang dari Wild Eagle untuk terus memata matai kehidupan rumah tangga nya.
Setelah sholat subuh Nai langsung pergi ke rumah ayah dan bunda nya. Ia akan menginterogasi Rey. Ya adik nya itu pergi entah kemana kemarin siang dan tidak kembali lagi ke Star Building. Ia mengemudi sendiri dan tidak disupiri oleh Pak Jo.
Tak tak tak
Nai berjalan menaiki tangga rumah ayah nya dan menuju ke kamar Rey. Ia membuka pintu kamar Rey dan melihat adik lelaki nya itu masih tertidur dengan lelap.
Nai pun menarik kaki Rey untuk membangunkannya, " Bangun. Udah siang. Nanti subuhnya terlewat."
Namun Rey bergeming. Badan Nai tentu saja tidak sebanding dengan Rey. Sekuat tenaga Nai menarik adiknya itu sama sekali tidak membuat Rey bergerak. Akhirnya Nai menggunakan cara terakhir yakni menggelitik Rey.
Rey sungguh tidak tahan geli. Kelemahannya memanglah itu. Nai pun menggelitik Rey, dan benar saja Rey langsung kegelian dan terbangun.
" Iiih mbak apa an sih, subuh subuh gini udah gangguin bujangan. Gangguin itu suami di rumah."
Cep, Naisha langsung terdiam mendengar gurauan sang adik. Namun sebisa mungkin Nai bersikap senormal mungkin.
" Ayok ah bangun, mbak di sini berkewajiban ngurus kamu selama ayah dan bunda berlibur."
" Mbak, kewajiban mbak tuh ngurus suami bukan ngurus adik."
Nai acuh, ia tidak menggubris perkataan Rey. Ia langsung menarik tangan Rey dan meminta nya memasuki kamar mandi. Setelah mendengar suara guyuran air, Nai tersenyum lalu turun ke dapur. Di sana sudah ada art yang membuat sarapan.
Nai ingin duduk tapi urung. Dia kembali naik ke lantai dua untuk menuju ke kamarnya. Masih ada beberapa baju kerja miliknya, ia pun berganti pakaian. Nai akan berangkat ke Star Building bersama dengan Rey.
Keduanya kini berada di meja makan untuk menyantap sarapan mereka. Tidak ada suara dari keduanya hingga mereka selesai sarapan.
" Kemana kemarin kamu pergi Rey?" tanya Nai setelah ia selesai mengelap mulutnya.
" Nemuin temen mbak," jawab Rey singkat.
" Kok nggak balik ke Star Building?"
" Maaf mbak aku capek. Masih jetlag juga."
Nai hanya bisa pasrah mendengar jawaban sang adik. Ia sendiri tidak bisa terlalu menekan Rey. Bagaimanapun juga Rey masih dalam tahap belajar.
" Lalu hati ini apa yang akan kau lakukan."
" Mau ke JD Advertising mbak. Lihat proses pembuatan iklan Naure Outdoor yang baru."
Nai mengangguk mengerti. Paling tidak ada yang menarik perhatian Rey suatu hari kepemimpinan Star Building akan ia serahkan kepada Rey. Dia hanya ingin menjadi ibu rumah tangga seperti bunda nya yang mengurus rumah tangga. Meski entah kapan hal itu akan terwujud.
Akan tetapi saat ini hal yang harus dilakukan adalah membuat Rey menyukai Stat Building terlebih dahulu. Anak itu yang sebelumnya masih suka main main pasti akan kesulitan mengikuti ritme pekerjaan yang begitu banyak. Maka dari itu Nai meminta Rey untuk memegang Naure Outdoor.
Nai merasa NO adalah bidang yang tepat untuk Rey. Adiknya itu sendiri menyukai adventure, jadi ia yakin Rey akan mudah beradaptasi di bidang tersebut.
" Berarti kita satu pakai mobil masing masing?"
" No, aku mau pake motor aja mbak. Biar cepet. Males kalau naik mobil macet pasti."
Nai mengangguk pasrah. Dari masa sekolah dulu Rey memang lebih suka berkendara dengan motor. Dulu Nai sering ikut tapi dia kapok karena adiknya itu suka ngebut. Apalagi kalau terburu buru.
" Ingat jangan ngebut oke?"
" Iya mbak enggak, tapi kalau kepepet ya bagaimana lagi."
" Rey, sekarang bukan jamannya sekolah dan kuliah yang harus ngejar guru atau dosen. Awas ya jangan aneh aneh."
Rey melenggang keluar sambil menutup kedua telinganya dari ocehan sang kakak.
🍀🍀🍀
Di rumah miliknya Adnan marah marah tidak jelas mengetahui Naisha sudah pergi pagi pagi sekali. Niatnya untuk kembali membujuk Nai agar mau bermakna pun gagal lagi.
" Sial, brengseeeeek! Wanita itu sudah pergi pagi pagi buta. Oke, aku akan menunggu hingga nanti malam."
Triiing
Suara ponsel Adnan berbunyi. Sekilas ia melihat nama di layar ponsel miliknya itu. Ia mengambil nafasnya dalam dalam dna membuangnya perlahan. Adnan berusaha menetralkan kemarahannya.
" Ya sayang"
" Sayang, aku udah di bandara nih. Kamu dimana?"
" Bellia sayang ,maaaaf banget. Aku nggak bisa antar kamu. Pagi ini aku ada rapat dadakan. Nanti Ela akan mengantarkan tiket nya. Dia udah on the way kok. Maaf ya sayang."
" Oke oke, ya udah kalau gitu."
Adnan berjalan keluar lalu memasuki mobilnya dan menutup pintu mobilnya dengan sangat kuat. Bahkan Pak Jo yang sedang mencuci mobil Nai yang lain pun sangat kaget dengan kelakuan pria tersebut.
" Astagfirullaah, emang dasar orang kasar," cibir Pak Jo.
Sepanjang jalan Adnan tengah berpikir keras. Ia mencari cara bagaimana bisa membuat Nai kembali. Tak jarang ia melamun di lampu merah hingga tak sadar bahwa lampu sudah hijau sampai sampai kendaraan di belakangnya membunyikan klakson.
Pikirannya akan Naisha sungguh membuat Adnan melamun dan sedikit kehilangan kendali mobilnya. Hingga tanpa sadar ia menyenggol sebuah kendaraan.
Ckiiit … Brak!!!
" ****!"
Adnan terkejut. Ia sedikit panik. Namun bukannya turun dan melihat keadaan orang yang ia tabrak, Adnan malah memundurkan mobilnya lalu pergi dari lokasi kejadian.
" Siaaal, kenapa sih harus nabrak segala."
Adnan menengok ke belakang memastikan ia tidak dikejar. Ia semakin kencang mengemudikan mobilnya karena khawatir jika tertangkap maka urusannya akan panjang. Adnan masih merasa was was hingga ia sampai di halaman perusahaan Tirta Segar.
Nafas Adnan masih tersengal. Ia kini memikirkan bagaimana menyingkirkan mobilnya itu. Ada sedikit kekhawatiran saat korban yang ia tabrak tadi tidak bergerak.
" Gawat, bagaimana kalau orang itu mati."
Adnan semakin panik. Ia pun langsung menghubungi seseorang untuk membuang mobil tersebut.
" Aku ingin mobil ini di lenyapkan. Mau dibuang, dihancurkan, diubah warnanya, whatever. Yang jelas jangan sampai masih berwujud seperti ini."
" Rebes bos yang penting bayarannya cocok."
" Gampang ntar aku langsung transfer."
Adnan mengkhahiri panggilannya terhadap orang tersebut. Ia pun kemudian langsung memasuki gedung Tirta Segar. Meskipun tangannya sedikit gemetar tapi ia sebisa mungkin bersikap untuk tenang.
Sedangkan di tempat kejadian perkara seorang pemuda tengah berusaha bangun. Namun rupanya kaki kirinya tidak bisa digerakan. Beruntung beberapa orang mendekat dan menolong.
" Sialan, gue jadi korban tabrak lari. Mana nggak lihat lagi plat mobilnya. Auchhh sakit sih mayan."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Miss Typo
Rey atau Nataya
2024-03-21
0
Siti Nurjanah
apa rey yg di tabrak?
2024-02-14
0
Ilan Irliana
pst Rey yg ditabrak dah....
2023-09-06
1